-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kenapa Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 Masih Menjadi Tantangan di Sekolah Dasar?

Selasa, 08 Juli 2025 | Juli 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-09T00:02:58Z

Kenapa Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 Masih Menjadi Tantangan di Sekolah Dasar?

Penulis : Afiqah Kurniawati (2024015053), PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa



Abstrak

Penilaian autentik adalah pendekatan penilaian yang menekankan kemampuan peserta didik dalam konteks nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 telah mengadopsi pendekatan ini sebagai bentuk penilaian utama. Namun, pelaksanaannya di Sekolah Dasar masih menghadapi banyak kendala. Artikel ini membahas berbagai tantangan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan penilaian autentik, seperti kurangnya pelatihan, beban administrasi, waktu terbatas, dan kurangnya pemahaman terhadap konsep penilaian itu sendiri. Melalui metode kualitatif deskriptif dan observasi di beberapa SD, ditemukan bahwa meskipun penilaian autentik sangat ideal, implementasinya membutuhkan dukungan sistemik dan pelatihan yang berkelanjutan.

Kata Kunci : Penilaian autentik, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar, guru, tantangan implementasi. 

Abstract

Authentic assessment is an evaluation approach that emphasizes students’ abilities in real-life, meaningful contexts. The 2013 Curriculum has adopted this as its main assessment method. However, implementation in elementary schools still faces many challenges. This article explores the obstacles encountered by teachers in applying authentic assessment, including lack of training, administrative burden, limited time, and insufficient understanding of the assessment concept. Using a descriptive qualitative method and observation in several elementary schools, it was found that while authentic assessment is ideal, its implementation requires systemic support and continuous professional development.

Keywords : Authentic assessment, 2013 Curriculum, Elementary School, teacher, implementation challenge.

Pendahuluan

Kurikulum 2013 hadir sebagai upaya pembaharuan sistem pendidikan Indonesia dengan menekankan pembelajaran berbasis kompetensi. Salah satu komponen penting dalam kurikulum ini adalah penilaian autentik, yaitu penilaian yang tidak hanya menguji hafalan siswa, tetapi juga kemampuan mereka dalam menghadapi permasalahan nyata.

Penilaian autentik seharusnya memberikan gambaran menyeluruh terhadap perkembangan siswa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru SD sering mengalami kesulitan dalam menerapkannya. Penilaian autentik membutuhkan kesiapan dari sisi guru, sistem pendukung, serta sarana dan prasarana yang memadai. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis tantangan nyata yang dihadapi guru SD dalam mengimplementasikan penilaian autentik di era Kurikulum 2013.

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan di tiga Sekolah Dasar negeri yang mewakili wilayah urban, semi-urban, dan rural di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data mencakup :

1. Wawancara mendalam dengan guru kelas, kepala sekolah, dan pengawas.

2. Observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran dan penilaian di kelas.

3. Dokumentasi berupa RPP, instrumen penilaian, dan portofolio siswa.

Analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menurut model Miles dan Huberman.

Hasil

Dari hasil penelitian lapangan, ditemukan sejumlah tantangan utama dalam pelaksanaan penilaian autentik, antara lain :

1. Kurangnya pemahaman guru terhadap konsep penilaian autentik, terutama dalam merancang instrumen dan rubrik penilaian.

2. Waktu pembelajaran yang terbatas, tidak memungkinkan guru melakukan penilaian mendalam terhadap semua aspek (kognitif, afektif, psikomotor).

3. Tingginya beban administrasi, di mana guru harus membuat laporan naratif dan portofolio yang memakan waktu.

4. Minimnya pelatihan berkelanjutan, sehingga guru hanya mengandalkan pemahaman awal saat pelatihan K-13.

5. Fasilitas dan teknologi yang belum memadai, seperti ketiadaan alat bantu evaluasi berbasis digital atau sumber belajar autentik.

Pembahasan

Pelaksanaan penilaian autentik sebenarnya sudah diatur dalam berbagai pedoman resmi, namun tantangan di lapangan membuat implementasinya belum optimal. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya pemahaman guru terhadap praktik penilaian autentik. Banyak guru yang masih menganggap penilaian cukup dilakukan dengan tes tertulis dan tugas rumah.

Selain itu, keterbatasan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran juga menjadi penghalang besar. Dalam satu minggu, guru harus mengajarkan beberapa mata pelajaran dan melakukan penilaian secara bersamaan. Hal ini membuat guru sulit memberikan penilaian menyeluruh terhadap keterampilan dan sikap siswa.

Tingginya beban administrasi juga menjadi keluhan umum. Guru dituntut mengisi berbagai format laporan, seperti deskripsi hasil belajar, catatan anekdot, lembar observasi, dan portofolio. Beban ini mengurangi waktu guru untuk merancang instrumen yang benar-benar mencerminkan penilaian autentik.

Minimnya pelatihan dan bimbingan teknis membuat guru sering merasa bingung dan akhirnya kembali menggunakan metode lama yang lebih mudah dan cepat. Seharusnya, pemerintah atau dinas pendidikan memberikan pelatihan berkelanjutan, tidak hanya sebatas sosialisasi awal.

Di sisi lain, kurangnya sarana dan teknologi juga memperburuk kondisi ini. Banyak SD, terutama di daerah, belum memiliki akses terhadap perangkat evaluasi modern atau media kontekstual yang mendukung penilaian autentik.

Kesimpulan

Meskipun penilaian autentik merupakan pendekatan yang sangat ideal untuk diterapkan di Sekolah Dasar sesuai Kurikulum 2013, praktik di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak kendala yang harus diatasi. Tantangan tersebut meliputi pemahaman yang terbatas, beban kerja dan administrasi guru yang tinggi, keterbatasan waktu dan sumber daya, serta kurangnya pelatihan lanjutan.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan Langkah - langkah seperti :

1. Pelatihan berkala dan pendampingan teknis kepada guru.

2. Penyederhanaan administrasi penilaian.

3. Penyediaan sarana pendukung seperti rubrik digital dan alat evaluasi berbasis TIK.

4. Penguatan peran kepala sekolah sebagai pembina penilaian dan pengawasan mutu pembelajaran.

Daftar Pustaka

- Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

- Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications.

- Sani, R.A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

- Widiastuti, N. (2020). Tantangan Implementasi Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 8(2), 120-130.

- Suprihatiningrum, J. (2015). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


×
Berita Terbaru Update