Dampak
Penggunaan Ponsel Terlalu Lama pada Kesehatan Mental Anak
By Agatha Salma Sasikirana (2022015019)
Federasi Kesehatan
Mental Dunia (World
Faderation for Mental
Health) pada saat
Kongres Kesehatan Mental di
London tahun 1948,
merumuskan pengertian kesehatan
mental sebagai berikut: (1)
kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang
optimal baik secara fisik, intelektual, dan emosinal, sepanjang hal itu sesuai
dengan keadaan orang lain; (2) sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat
yang membolehkan perkembangan ini pada
anggota masyarakatnya selain
pada saat yang
sama menjamin dirinya
berkembang dan toleransi terhadap
masyarakat yang lain (Latipun & Notosoedirdjo, 2002: 31).
Menurut
Ariady, kesehatan mental mengacu pada kemampuan seseorang untuk menahan tekanan
mental dan kecemasan, yang dapat mencakup neurosis dan psikosis (tindakan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial). Orang dengan kesehatan mental yang
baik hampir pasti akan merasa tenang dan tenang dalam situasi apa pun. Mereka
juga akan ikut introspeksi terhadap segala aktivitasnya sehingga bisa mengatur
dan menilai dirinya sendiri.
Saat
ini teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu contoh
teknologi yang sangat populer adalah gadget. Menurut Efendi (2013), gadget
adalah istilah dalam bahasa Inggris yang menggambarkan suatu perangkat
elektronik berukuran kecil dengan berbagai fungsi tertentu. Dalam praktiknya,
sebuah gadget juga bisa memiliki berbagai macam bentuk, seperti smartphone,
tablet, laptop, kamera, dan lain sebagainya. Indonesia sendiri termasuk negara
“lima besar” yang menggunakan gadget, terutama smartphone.
Memanfaatkan
telepon sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi
anak-anak. Dengan kemajuan teknologi, guru kini dapat menawarkan berbagai
manfaat, termasuk akses terhadap informasi, pendidikan, dan bahkan pekerjaan.
Namun penggunaan ponsel secara berlebihan, terutama oleh anak kecil, mungkin
berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Artikel ini akan mengkaji
secara langsung dampak buruk penggunaan ponsel dalam waktu lama terhadap
kesehatan mental anak.
1. Kecanduan
Teknologi
Salah satu kelemahan utama dalam
menggunakan smartphone yang lebih canggih adalah
penggunaan teknologi. Tren ini tidak hanya mencakup media sosial dan game tetapi juga konsumsi konten video
berkualitas tinggi. Anak kecil yang menghabiskan hari-harinya bermain di luar rumah lebih besar
kemungkinannya terkena dampak negatif
dari aktivitasnya, seperti belajar, bermain di luar, dan berinteraksi sosial dengan teman sekelasnya.
Ketergantungan teknologi pada anak
dapat menimbulkan masalah serupa dengan ketergantungan
zat, seperti ketidakmampuan menggunakan ponsel, kesulitan menggunakan tablet atau ponsel padahal
tidak dapat menggunakannya, dan kesulitan menggunakan
tangan orang lain. Hal ini mungkin berdampak pada menurunnya prestasi akademik dan menurunnya kualitas
interaksi sosial.
2. Gangguan
Tidur
Penggunaan
ponsel yang berlebihan, terutama sebelum tidur, dapat mengganggu pola tidur
anak. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar ponsel dapat menekan produksi
melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, anak-anak mungkin
mengalami kesulitan untuk tidur atau mengalami tidur yang tidak nyenyak.
Pola
tidur anak mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan mentalnya. Anak-anak
yang kurang tidur akan mengalami masalah konsentrasi, perubahan suasana hati,
dan peningkatan risiko masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Tidur
yang baik dan berkualitas tinggi sangat penting untuk perkembangan bayi dan
kesejahteraan emosional.
3. Penurunan
Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yang sehat merupakan komponen penting dalam perkembangan anak.
Penggunaan ponsel yang dipilih dengan baik dapat mengurangi jumlah waktu yang
diberikan kepada anak-anak untuk melakukan percakapan tenang dengan anggota
keluarga dan orang dewasa lainnya. Anak-anak yang sering menggunakan ponsel
tampaknya lebih menikmati komunikasi melalui pesan teks atau media sosial
dibandingkan interaksi tatap muka.
Jenis
interaksi sosial ini mungkin menghambat perkembangan keterampilan sosial anak,
seperti kemampuan memahami, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik. Anak-anak
yang tidak rukun dengan orang lain mungkin juga merasa lebih terasing dan
kesal, sehingga meningkatkan risiko terkena depresi dan kecemasan.
4. Paparan
Konten Negatif
Jenis
interaksi sosial ini mungkin menghambat perkembangan keterampilan sosial bayi,
seperti kemampuan memahami, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik. Anak-anak
yang tidak rukun dengan orang lain mungkin juga merasa lebih terasing dan
kesal, sehingga meningkatkan risiko terkena depresi dan kecemasan.
Internet,
termasuk media sosial dan platform video, kerap menyajikan konten yang tidak
pantas untuk anak kecil. Dampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak
dapat diakibatkan oleh perilaku orang tua terhadap konten yang mengandung
konten seksual eksplisit, pornografi, atau konten tidak pantas lainnya. Anak
kecil sering kali mengembangkan perspektif yang sehat terhadap norma dan
realitas sosial.
Selain
itu, pelecehan melalui cyberbullying (pelecehan online) juga merupakan
permasalahan yang serius. Anak-anak yang mengalami atau memperburuk gangguan
tidur mungkin mengalami stres emosional yang signifikan, yang dapat berdampak
negatif pada kesehatan mentalnya. Bisa saja dilanjutkan sampai usia lanjut.
Rasa takut, rendah diri, dan kecemasan yang ditimbulkan oleh perundungan siber.
5. Pengaruh
Terhadap Perkembangan Emosional
Anak kecil yang
menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya cenderung kurang terlibat dalam aktivitas yang
memperburuk perkembangan emosi. Misalnya, berolahraga
dan berinteraksi fisik dengan teman sekelas merupakan cara efektif untuk mengajarkan empati dan kecerdasan emosional.
Dampak gangguan psikologis dapat menurunkan
kemampuan anak dalam mengalami dan memproses berbagai emosi secara sehat.
Selain itu, media sosial seringkali
menampilkan gambaran kehidupan sehari-hari yang tidak realistis, sehingga dapat menyebabkan rendahnya harga
diri dan martabat anak. Mengamati
kehidupan "sempurna" orang lain mungkin membantu anak-anak merasa kurang terikat pada diri mereka sendiri dan
kehidupan mereka, sehingga dapat membantu
mengatasi depresi dan kecemasan.
6. Penurunan
Aktivitas Fisik
Penggunaan
ponsel yang terlalu lama seringkali mengurangi waktu anak untuk melakukan
aktivitas fisik. Kesejahteraan fisik dan mental berkorelasi kuat dengan
aktivitas fisik. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki risiko lebih tinggi
mengalami obesitas, yang juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental
mereka.
Peningkatan
aktivitas fisik juga dikaitkan dengan penurunan gejala depresi dan kecemasan.
Olahraga membantu tubuh melepaskan endorfin, yang sering dikenal sebagai
"hormon perilaku", dan membantu mengurangi stres. Jika dibandingkan
dengan mereka yang banyak menghabiskan waktu di pinggir lapangan, anak-anak
yang lebih sering bermain di luar dan mengikuti aktivitas olahraga memiliki
kesehatan mental yang lebih baik.
7. Penurunan
Kemampuan Kognitif
Penggunaan
ponsel adalah mengatur kemampuan kognitif anak-anak. Studi tersebut menunjukkan
bahwa terlalu banyak waktu menatap layar dapat berdampak negatif pada rentang
perhatian, memori, dan kemampuan belajar anak-anak. Penggunaan pensil secara
terus-menerus dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap tugas-tugas yang
memerlukan konsentrasi tinggi, seperti membaca atau belajar.
Penurunan
prestasi akademik dapat disebabkan oleh gangguan perhatian yang terfokus pada
penggunaan ponsel yang berlebihan. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas sekolah. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi prestasi akademis mereka tetapi juga kesadaran diri dan motivasi
belajar mereka.
Kesimpulan
Anak-anak
yang menggunakan ponsel secara berlebihan menimbulkan beragam dampak negatif
terhadap kesehatan mentalnya. Beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut: penurunan teknologi, gangguan tidur, penurunan
interaksi sosial, paparan konten negatif, pengaruh terhadap perkembangan
emosional, penurunan aktivitas fisik, dan penurunan kemampuan kognitif.
Untuk
mengurangi dampak negatif ini, penting bagi orang tua dan wali untuk memantau
dan mengatur penggunaan ponsel pintar oleh anak-anak mereka. Mengurangi waktu
menganggur, mendidik anak-anak tentang penggunaan teknologi yang aman, dan
mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial adalah beberapa dari banyak
strategi yang dapat digunakan untuk melindungi kesehatan mental anak-anak.
Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak dapat memperoleh manfaat dari teknologi
tanpa mengorbankan kesehatan mental mereka.