PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KOGNITIF PERILAKU PADA SISWA HIPERAKTIF KELAS III SD N BATURETNO
Anak hiperaktif adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan anak yang mengalami gejala hiperaktivitas. Secara klinis, kondisi ini dapat tergolong dalam gangguan perilaku yang dikenal sebagai Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan hiperaktivitas dan kurang perhatian.
Karakteristik umum dari anak hiperaktif meliputi:
Hiperaktivitas: Mereka cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak sebaya mereka. Mereka sulit untuk duduk diam atau berlama-lama dalam satu aktivitas.
Impulsivitas: Kesulitan dalam mengendalikan impuls, yang bisa mengakibatkan mereka mengganggu orang lain, bertindak tanpa berpikir panjang, atau kesulitan menunggu giliran.
Gangguan Perhatian: Mereka mungkin sulit berkonsentrasi atau mempertahankan fokus terhadap tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian atau waktu lama.
Gejala-gejala ini dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan sering kali mempengaruhi fungsi sosial, akademik, dan emosional anak. Penting untuk dicatat bahwa diagnosa ADHD harus dilakukan oleh profesional medis yang berpengalaman, seperti psikolog atau psikiater, setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perilaku dan pola perkembangan anak. Pengelolaan ADHD sering melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk penggunaan terapi perilaku, pendekatan pengelolaan lingkungan, intervensi medis jika diperlukan, serta pendidikan dan dukungan bagi orangtua dan guru dalam mendukung kebutuhan anak tersebut.
Apa Itu Pendekatan Kognitif Perilaku?
Pendekatan kognitif-perilaku adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang mengintegrasikan elemen-elemen dari dua paradigma utama: pendekatan kognitif dan pendekatan perilaku.
Pendekatan Kognitif:
Fokus utamanya adalah pada proses mental individu seperti pemikiran, keyakinan, persepsi, dan interpretasi terhadap pengalaman.
Menganggap bahwa cara individu memahami dan menginterpretasikan dunia akan mempengaruhi perilaku mereka.
Pusat perhatian terletak pada bagaimana pola pikir dan penilaian seseorang dapat mempengaruhi emosi dan tindakan mereka.
Pendekatan Perilaku:
Berkonsentrasi pada perilaku yang dapat diamati dan diukur secara langsung.
Mengajukan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari dan dimodifikasi melalui penguatan positif (reward) dan pengurangan stimulus negatif (punishment).
Memanfaatkan prinsip-prinsip seperti pembentukan perilaku, penguatan, ekstinsifikasi, dan penghambatan.
Integrasi Pendekatan Kognitif-Perilaku:
Pendekatan kognitif-perilaku menggabungkan elemen-elemen kunci dari kedua paradigma ini. Misalnya, dalam mengelola gangguan seperti kecemasan atau depresi, pendekatan ini dapat mengidentifikasi pola pikir negatif (kognitif) yang mungkin memicu atau memperburuk gejala, sambil menggunakan teknik-teknik perilaku seperti penguatan positif untuk meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku yang maladaptif.
Pendekatan ini juga dapat mencakup teknik-teknik seperti restrukturisasi kognitif, yang bertujuan untuk mengubah pola pikir yang tidak sehat atau tidak realistis menjadi lebih sehat dan adaptif.
Dalam konteks pengelolaan perilaku anak, pendekatan ini sering digunakan untuk membantu anak memahami dan mengatur emosinya, mengembangkan keterampilan sosial, dan meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah.
Pendekatan kognitif-perilaku telah terbukti efektif dalam berbagai konteks klinis dan pendidikan, karena mampu menyediakan pendekatan yang sistematis dan terstruktur dalam mengubah perilaku dan pola pikir yang tidak produktif menjadi lebih sehat dan adaptif.
Jadi menangani anak hiperaktif dengan pendekatan kognitif-perilaku melibatkan berbagai strategi yang dirancang untuk mengubah pola pikir dan perilaku anak secara sistematis. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Pemahaman dan Evaluasi:
Langkah awal adalah memahami kondisi anak secara menyeluruh melalui evaluasi yang dilakukan oleh profesional kesehatan mental. Ini mencakup mengidentifikasi gejala ADHD atau hiperaktivitas serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi perilaku anak.
Pengelolaan Perilaku:
Menerapkan teknik-teknik dari pendekatan perilaku seperti reinforcement positif dan pengurangan stimulus negatif. Misalnya, memberikan penguatan positif dalam bentuk pujian atau hadiah untuk perilaku yang diinginkan, dan mengurangi penguatan terhadap perilaku impulsif atau tidak terkendali.
Pengelolaan Lingkungan:
Menciptakan lingkungan yang terstruktur dan teratur untuk membantu anak mengelola impulsivitas dan meningkatkan fokus mereka. Ini bisa termasuk menyediakan jadwal rutin, mengurangi distraksi, dan memberikan petunjuk visual atau aturan yang jelas.
Pengajaran Keterampilan Kognitif:
Mengajarkan anak teknik-teknik pengaturan diri (self-regulation) dan keterampilan penyelesaian masalah untuk membantu mereka mengelola emosi dan mengambil keputusan yang lebih baik.
Restrukturisasi Kognitif:
Melakukan restrukturisasi pola pikir anak dengan mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif atau distorsi kognitif yang mungkin dimiliki anak. Ini bisa melibatkan mengajarkan anak untuk menggantikan pikiran negatif dengan pemikiran yang lebih realistis dan positif.
Intervensi Kolaboratif:
Kerjasama dengan orangtua dan sekolah dalam mengimplementasikan strategi-strategi ini secara konsisten di berbagai lingkungan tempat anak berada.
Pemantauan dan Penyesuaian:
Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap respons anak terhadap intervensi yang diberikan, dan menyesuaikan pendekatan sesuai dengan kebutuhan individu anak.
Pendekatan ini berfokus pada mengajarkan keterampilan baru kepada anak untuk mengelola hiperaktivitas mereka, sambil mendukung pengembangan keterampilan sosial dan akademik yang lebih baik. Konsistensi dalam penerapan strategi dan dukungan dari orangtua serta lingkungan sekolah sangat penting dalam membantu anak hiperaktif meraih potensi mereka secara maksimal.