-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Remaja

Kamis, 13 Juni 2024 | Juni 13, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-13T07:52:08Z

 Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Remaja

By Annisa Wahyu Oktaviana (2023015138)


 

 

Pada masa sekarang ini, di mana informasi mudah diakses dan norma sosial terus berkembang, pendidikan seksualitas menjadi topik yang semakin penting, terutama bagi para remaja. Masa remaja merupakan masa krusial dalam perkembangan fisik, mental, dan emosional. Remaja mulai mengeksplorasi identitas diri, termasuk seksualitas mereka. Sayangnya, banyak remaja yang masih kekurangan informasi dan pemahaman yang memadai tentang seksualitas. Hal ini dapat berdampak pada berbagai masalah, seperti kehamilan dini, infeksi seksual menular, dan perilaku seksual yang tidak aman. Oleh karena itu, pendidikan seksualitas menjadi sangat penting untuk membekali remaja dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab tentang seksualitas mereka. Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa yang melibatkan perubahan berbagai aspek seperti biologi dan psikologis. Dalam keadaan demikian, seringkali terjadi kecenderungan melakukan pelanggaran norma. Remaja mengalami proses pemahaman dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, khususnya mengenai pergaulan. Perasaan bahagia dan kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan oleh individu secara kualitatif bergantung pada sikap pribadinya terhadap diri sendiri, yaitu bergantung pada proses penamaan diri atau (zelfdenaming). Dampaknya dapat meluas ke berbagai aspek, mulai dari kehidupan dan perilaku pribadi, hingga lingkungan keluarga dan masyarakat. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku seperti: kenakalan remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV dan AIDS , kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan sebagainya. Untuk mencegah semua itu perlunya kehadiran orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat mempengaruhi remaja.

Proses tumbuh kembang remaja harus mendapat perhatian khusus agar fase tersebut dapat terkontrol. Kontrol dan regulasi perlu dilakukan terhadap dorongan-dorongan seks dan implus-implus seks, agar tidak terlampau eksesif dan semakin menjadi-jadi, sehingga bisa mencakup aktivitas dan spiritual. Penting bagi remaja untuk menjauhi pergaulan bebas dan mampu mengendalikan diri agar terhindar dari dampak buruknya. Sebaliknya mereka yang tak dapat bertahan akan terjerumus di dunia pergaulan bebas yang kelak akan merusak masa depannya, harapan dan tujuan sebagai genarasi muda akan hancur akibat pergaulan bebas yang tidak terkontrol. Perilaku seks berisiko sangat erat kaitannya dengan pergaulan bebas.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan pergaulan bebas. Misalnya, kurangnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, khususnya keyakinan agama dan moral, serta semakin terbukanya peluang terjadinya pergaulan bebas tergantung pada banyaknya pengetahuan sosial dan kelompok pertemanan. Ada anggapan di kalangan remaja, bahwa seks merupakan indikasi kedewasaan yang biasa merupakan suatu kesalahpahaman terhadap seks. Namun karena kurang mengetahui  rahasia dan fungsi seks,  mereka biasanya memaknainya hanya sebagai  pelampiasan hasratnya saja tanpa mempertimbangkan risikonya.

Berdasarkan sumber dari beberapa penelitian terdahulu mencatat dua faktor penyebab perilaku seks berisiko di kalangan remaja yakni faktor internal (dari dalam diri) maupun faktor eksternal (lingkungan). Pertama adalah faktor dalam yang merupakan perubahan secara biologis dan sosiologis pada remaja yang memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi, yang pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya, dan kedua, tercapainya identitas peran.

Kemudian yang kedua adalah faktor eksternal yang menyebabkan munculnya perilaku seks berisiko di kalangan remaja. Pertama adalah faktor keluarga. Keluarga yang merupakan lembaga pertama dan yang utama untuk mensosialisasikan nilai pada anak-anak. Di sini anak dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan sosialnya, mengenali aturan-aturan hidup dan norma-norma tertentu. Di tengah-tengah keluarga, anak mendapatkan cinta kasih, bimbingan dan perlindungan. Melalui pemahaman inilah seorang anak mulai mengenal simpati, kasih sayang, solidaritas, loyalitas keluarga yang murni dan menumbuhkan sosialitas sejati pada diri anak. Jika terjadi pertikaian antara kedua orang tua itu akan mempengaruhi perasaan dan mental anak-anak, bahkan sering membuat mereka sangat sedih dan panik. Timbullah rasa tidak aman secara emosional ( bersemangat dalam keamanan). Batin mereka sangat menderita dan tertekan oleh segala ulah orang tua yang dianggap tidak mampu mendidik.

Yang kedua adalah berinteraksi dengan teman sepermainan. Remaja berusaha beradaptasi dengan cara bersosialisasi dan peran teman sebaya menjadi penentu perilaku remaja. Jika bergaul dengan teman-teman yang mempunyai akhlak yang baik, maka akan menjadi orang yang berakhlak baik dan  sebaliknya, jika bergaul dengan teman-teman yang mempunyai masalah, maka akan ikut bermasalah pula. Sangat penting bagi remaja untuk mencari teman yang seumuran agar tidak mengarah pada penyimpangan sosial.

Yang ketiga adalah tempat tinggal yang kurang baik. Meningkatnya interaksi dan sosialisasi remaja dengan teman dekat juga mempengaruhi perilaku remaja. Ketika remaja bersosialisasi  dalam lingkungan yang baik maka remaja menjadi terarah / baik, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,  orang tua idealnya membantu mendorong interaksi sosial anak-anaknya.

Saat ini, jika kita berbicara tentang seks, maka yang terlintas dalam pikiran sebagian besar orang adalah hubungan seks. Faktanya, seks berarti gender dan secara biologis membedakan laki-laki dan perempuan. Seksualitas juga mencakup aspek biologis lainnya. Artinya, berkaitan dengan reproduksi organ tubuh, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan. Seksualitas melalui aspek psikologisnya berkaitan dengan identitas peran gender dan perasaan terhadap seksualitas dan pelaksanaan fungsi sebagai makhluk seksual, dan aspek sosialnya berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia atau terkait dengan bagaimana  lingkungan mempengaruhi pembentukannya pandangan mengenai seksualitas. Aspek budaya seksualitas dan  perilaku seksual serta menunjukkan bahwa perilaku seksual merupakan bagian dari budaya yang ada dalam suatu masyarakat.

Ada dua alasan mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja. Pertama, saat anak-anak beranjak remaja, mereka sering kali tidak memiliki pemahaman tentang pendidikan seks karena orang tua masih menganggap topik ini tabu. Akibatnya, remaja menjadi kurang bertanggung jawab terhadap seks dan kesehatan reproduksi mereka. Kedua, ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi membuat mereka mencari informasi sendiri. Di masyarakat, banyak konten tentang seksualitas dan reproduksi yang tersedia melalui berbagai media seperti VCD, majalah, internet, dan televisi, sering kali mengandung pornografi yang tidak pantas untuk remaja. Banyak remaja belum mampu memilah mana yang sesuai untuk mereka dan mana yang tidak, sehingga apa yang mereka lihat di media dianggap sebagai hal yang biasa.

Oleh karena itu, pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi harus dilihat secara komprehensif, dengan mempertimbangkan berbagai aspek seksualitas yang dihadapi remaja yang dapat mempengaruhi keputusan mereka terkait perilaku seksual berisiko. Pendidikan kesehatan reproduksi harus menjadi bagian dari proses pendidikan yang bertujuan memperkuat pengetahuan dasar dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan ini, remaja dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif terkait kesehatan reproduksi dan seksual mereka, serta meningkatkan kualitas kesehatannya. Pada saat ini,  anak terus berkembang dan mulai di didik tentang menstruasi, mimpi basah, bahkan perubahan fisik yang terjadi pada  remaja. Orang tua dapat menjelaskan bahwa anak perempuan mengalami perubahan  bentuk payudara atau  tumbuh rambut di sekitar alat kelamin. Pada masa remaja,  remaja banyak mengalami  perubahan  seksual. Orang tua perlu  menanamkan nilai-nilai moral yang baik secara lebih intensif serta menjelaskan kerugian dari seks bebas, seperti penyakit menular dan akibat emosional.

×
Berita Terbaru Update