Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Remaja
By Annisa Wahyu Oktaviana (2023015138)
Proses
tumbuh kembang remaja harus mendapat perhatian khusus agar fase tersebut dapat
terkontrol. Kontrol dan regulasi perlu dilakukan terhadap dorongan-dorongan
seks dan implus-implus seks, agar tidak terlampau eksesif dan semakin
menjadi-jadi, sehingga bisa mencakup aktivitas dan spiritual. Penting bagi
remaja untuk menjauhi pergaulan bebas dan mampu mengendalikan diri agar
terhindar dari dampak buruknya. Sebaliknya mereka yang tak dapat bertahan akan
terjerumus di dunia pergaulan bebas yang kelak akan merusak masa depannya,
harapan dan tujuan sebagai genarasi muda akan hancur akibat pergaulan bebas
yang tidak terkontrol. Perilaku seks berisiko sangat erat kaitannya dengan
pergaulan bebas.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan pergaulan bebas. Misalnya,
kurangnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, khususnya keyakinan agama dan
moral, serta semakin terbukanya peluang terjadinya pergaulan bebas tergantung
pada banyaknya pengetahuan sosial dan kelompok pertemanan. Ada anggapan di
kalangan remaja, bahwa seks merupakan indikasi kedewasaan yang biasa merupakan
suatu kesalahpahaman terhadap seks. Namun karena kurang mengetahui rahasia dan fungsi seks, mereka biasanya memaknainya hanya
sebagai pelampiasan hasratnya saja tanpa
mempertimbangkan risikonya.
Berdasarkan
sumber dari beberapa penelitian terdahulu mencatat dua faktor penyebab perilaku
seks berisiko di kalangan remaja yakni faktor internal (dari dalam diri) maupun
faktor eksternal (lingkungan). Pertama adalah faktor dalam yang merupakan
perubahan secara biologis dan sosiologis pada remaja yang memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi, yang pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya, dan kedua, tercapainya identitas peran.
Kemudian
yang kedua adalah faktor eksternal yang menyebabkan munculnya perilaku seks
berisiko di kalangan remaja. Pertama adalah faktor keluarga. Keluarga yang
merupakan lembaga pertama dan yang utama untuk mensosialisasikan nilai pada
anak-anak. Di sini anak dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan sosialnya,
mengenali aturan-aturan hidup dan norma-norma tertentu. Di tengah-tengah
keluarga, anak mendapatkan cinta kasih, bimbingan dan perlindungan. Melalui
pemahaman inilah seorang anak mulai mengenal simpati, kasih sayang,
solidaritas, loyalitas keluarga yang murni dan menumbuhkan sosialitas sejati
pada diri anak. Jika terjadi pertikaian antara kedua orang tua itu akan
mempengaruhi perasaan dan mental anak-anak, bahkan sering membuat mereka sangat
sedih dan panik. Timbullah rasa tidak aman secara emosional ( bersemangat dalam
keamanan). Batin mereka sangat menderita dan tertekan oleh segala ulah orang
tua yang dianggap tidak mampu mendidik.
Yang kedua
adalah berinteraksi dengan teman sepermainan. Remaja berusaha beradaptasi
dengan cara bersosialisasi dan peran teman sebaya menjadi penentu perilaku
remaja. Jika bergaul dengan teman-teman yang mempunyai akhlak yang baik, maka
akan menjadi orang yang berakhlak baik dan
sebaliknya, jika bergaul dengan teman-teman yang mempunyai masalah, maka
akan ikut bermasalah pula. Sangat penting bagi remaja untuk mencari teman yang
seumuran agar tidak mengarah pada penyimpangan sosial.
Yang
ketiga adalah tempat tinggal yang kurang baik. Meningkatnya interaksi dan
sosialisasi remaja dengan teman dekat juga mempengaruhi perilaku remaja. Ketika
remaja bersosialisasi dalam lingkungan
yang baik maka remaja menjadi terarah / baik, begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, orang tua idealnya membantu
mendorong interaksi sosial anak-anaknya.
Saat
ini, jika kita berbicara tentang seks, maka yang terlintas dalam pikiran sebagian
besar orang adalah hubungan seks. Faktanya, seks berarti gender dan secara
biologis membedakan laki-laki dan perempuan. Seksualitas juga mencakup aspek
biologis lainnya. Artinya, berkaitan dengan reproduksi organ tubuh,
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan. Seksualitas melalui aspek psikologisnya
berkaitan dengan identitas peran gender dan perasaan terhadap seksualitas dan
pelaksanaan fungsi sebagai makhluk seksual, dan aspek sosialnya berkaitan
dengan bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia atau terkait
dengan bagaimana lingkungan mempengaruhi
pembentukannya pandangan mengenai seksualitas. Aspek budaya seksualitas
dan perilaku seksual serta menunjukkan
bahwa perilaku seksual merupakan bagian dari budaya yang ada dalam suatu
masyarakat.
Ada
dua alasan mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja. Pertama, saat
anak-anak beranjak remaja, mereka sering kali tidak memiliki pemahaman tentang
pendidikan seks karena orang tua masih menganggap topik ini tabu. Akibatnya,
remaja menjadi kurang bertanggung jawab terhadap seks dan kesehatan reproduksi
mereka. Kedua, ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi
membuat mereka mencari informasi sendiri. Di masyarakat, banyak konten tentang
seksualitas dan reproduksi yang tersedia melalui berbagai media seperti VCD,
majalah, internet, dan televisi, sering kali mengandung pornografi yang tidak
pantas untuk remaja. Banyak remaja belum mampu memilah mana yang sesuai untuk
mereka dan mana yang tidak, sehingga apa yang mereka lihat di media dianggap
sebagai hal yang biasa.
Oleh karena itu, pendidikan seksualitas dan
kesehatan reproduksi harus dilihat secara komprehensif, dengan mempertimbangkan
berbagai aspek seksualitas yang dihadapi remaja yang dapat mempengaruhi
keputusan mereka terkait perilaku seksual berisiko. Pendidikan kesehatan
reproduksi harus menjadi bagian dari proses pendidikan yang bertujuan
memperkuat pengetahuan dasar dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan
ini, remaja dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku
positif terkait kesehatan reproduksi dan seksual mereka, serta meningkatkan
kualitas kesehatannya. Pada saat ini,
anak terus berkembang dan mulai di didik tentang menstruasi, mimpi
basah, bahkan perubahan fisik yang terjadi pada
remaja. Orang tua dapat menjelaskan bahwa anak perempuan mengalami
perubahan bentuk payudara atau tumbuh rambut di sekitar alat kelamin. Pada
masa remaja, remaja banyak mengalami perubahan
seksual. Orang tua perlu
menanamkan nilai-nilai moral yang baik secara lebih intensif serta
menjelaskan kerugian dari seks bebas, seperti penyakit menular dan akibat
emosional.