KONSEP TRI N DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PRAKTIS SISWA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan salah pembelajaran yang kaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis (Sibyan, Setyawan, Ernawati, & Ayuningtyas, 2019) didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Utaminingsih & Rahayu, 2017). Pembelajaran bukan hanya tentang menghafal, namun mengenai faktafakta yang terjadi pada alam.
Proses pembelajaran IPA adalah penanaman sikap kreatif. Sikap kreatif sangat diperlukan oleh siswa agar mampu menghasilkan inovasi atau ide-ide baru yang akan mendukung kesuksesannya di kehidupan nyata atau di dunia kerja dan dalam penyesuaian diri dengan perkembangan zaman di berbagai era (Nisa, Prasetyo, & Istiningsih, 2019). Sains merupakan mata pelajaran yang dapat diterapkan dengan penanaman sikap kreatif. Dalam konteks ini, salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah konsep Tri N, yang merupakan salah satu konsep pembelajaran dari Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang diimplementasikan di Tamansiswa.
Yang mana konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam Tamansiswa diantaranya adalah niteni, nirokke, dan nambahi (Damayanti & Rochmiyati, 2019) atau biasa disebut juga Tri-N (Nisa & Hidayati, 2015); (Hakim, 2016); (Kuncoro & Arigiyati, 2020); (Novika & Harahap, 2018). Merujuk referensi, dengan mengimplementasikan konsep Tri N dapat menumbuhkan jiwa kreatif (Nisa & Hidayati, 2015) membangun sikap jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan rasa ingin tahu (Nisa & Hidayati, 2015) serta mengembangkan kemampuan pada peserta didik. Konsep ini dapat dipandang sebagai suatu teori pembelajaran (Nita, Jazuli, Sumaryanto, & Sayuti, 2017). Konsep Tri N dari KHD juga dapat dikatakan sebagai teknik dalam pembelajaran (Rozak & Wardina, 2014).
Konsep “niteni” berarti mengingat atau mengenang pengetahuan sebelumnya (Darmawan & Sujoko, 2019). Pendapat sejenis menyatakan, niteni adalah menandai dengan menggunakan seluruh pancaindera secara seksama (Ermawati & Rochmiyati, 2020), melalui proses mengamati menggunakan indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera peraba, indera pengecap, menggali informasi lebih dalam dari hasil pengamatan, dan menalar dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah (Damayanti & Rochmiyati, 2019). Niteni adalah proses kognitif atau pikiran manusia, berasal dari kata “titen”, yang menunjuk pada kemampuan secara cermat mengenali, dan menangkap makna (sifat, ciri,prosedur, kebenaran) dari suatu objek yang diamati, dengan cara memperhatikan, membandingkan, mengamati secara saksama, jeli dan mendalam serta melibatkan seluruh indra (Nisa et al., 2019).
Selanjutnya, tahap niroake atau meniru yang adalah tahapan kelanjutan dari tahap pengamatan. Konsep “niroake” atau “niruaken” berarti meniru (Rozak & Wardina, 2014). Selaras dengan ungkapan tesebut, nirokke adalah menirukan apa yang diajarkan melalui model/contoh/teladan sumber belajar (Damayanti & Rochmiyati, 2019) Niroake sangat berguna karena memiliki sifat mendidik diri melalui orientasi dan pengalaman (Nita et al., 2017). Niroake bukanlah perbuatan salah, namun menduplikasi model, metode, semangat, dan manajemen untuk menyerap informasi (Wijayanti & Utaminingsih, 2017). Dalam pembelajaran, Nirokké dapat dilakukan dengan pemodelan atau menyalin perilaku orang lain (guru, teman, masyarakat, dll) untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman belajar.
Kemudian “nambahi” berarti menambahkan (Rozak & Wardina, 2014) atau dapat diterjemahkan sebagai meniru dan mengembangkan (Sibyan et al., 2019) yang merupakan proses lanjut dari niroake. Pada proses ini terdapat proses kreatif dan inovatif untuk memberikan nuansa yang baru pada model yang ditiru (Rozak & Wardina, 2014) sehingga kita tidak hanya meniru belaka, tetapi memperbaiki, menambah, mengurangi, mengubah, dan mengolah sesuatu yang ditiru. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara menyatakan bahawa kita tidak meniru belaka, tetapi juga mengolah (Sibyan et al., 2019). Nambahi, dalam kegiatan nambahi peserta didik mempresentasikan hasil diskusi yang sudah dilakukan (Siti & Endang, 2019). Dalam kegiatan mempresentasikan, dosen akan menunjuk salah satu nomor yang dipegang peserta didik dalam kelompok tersebut untuk maju (Siti & Endang, 2019). Poin pentingnya adalah nambahi merupakan aktivitas mengembangkan sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya.
Keterampilan praktis siswa merujuk pada kemampuan praktis yang diperoleh oleh siswa melalui pembelajaran dan pengalaman yang berhubungan dengan situasi nyata atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan praktis melibatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan konsep yang mereka pelajari ke dalam tindakan nyata dan situasi praktis. David Kolb dan Roger Fry (1975), menjelaskan bahwa keterampilan praktis siswa adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas konkret dan nyata, menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi yang relevan, serta mempraktikkan apa yang telah dipelajari. Sementara itu, menurut Robert Sternberg (1985), keterampilan praktis siswa melibatkan penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi praktis atau kontekstual, serta kemampuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pekerjaan.
Konsep Tri N (Niteni, Niroke, Nambahi) adalah pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan praktis siswa dalam pembelajaran. Konsep Tri N dan bagaimana penerapannya dalam pembelajaran IPA:
Niteni (Mengamati):
Penjelasan: Tahap ini mengajak siswa untuk mengamati fenomena atau objek secara cermat. Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung melalui eksperimen atau secara tidak langsung melalui media lain seperti video atau gambar.
Penerapan: Guru dapat memulai dengan memberikan demonstrasi eksperimen atau menunjukkan video tentang suatu fenomena IPA. Siswa kemudian diminta untuk mencatat apa yang mereka amati, termasuk detail-detail penting yang relevan dengan materi yang dipelajari.
Niroke (Menirukan):
Penjelasan: Tahap ini melibatkan siswa untuk menirukan atau mencoba melakukan kembali apa yang telah mereka amati. Proses ini membantu siswa memahami langkah-langkah dan prosedur yang benar dalam melakukan suatu eksperimen atau kegiatan praktis.
Penerapan: Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen yang telah mereka amati pada tahap Niteni. Misalnya, jika mereka telah melihat demonstrasi tentang reaksi kimia tertentu, mereka akan mencoba melakukan reaksi tersebut sendiri dengan mengikuti langkah-langkah yang telah diamati.
Nambahi (Menambahkan):
Penjelasan: Tahap ini mengajak siswa untuk mengembangkan dan menambahkan kreativitas mereka sendiri terhadap apa yang telah dipelajari. Siswa dapat mencoba variasi eksperimen, mengajukan pertanyaan baru, atau mengaitkan konsep yang dipelajari dengan situasi lain.
Penerapan: Setelah siswa berhasil menirukan eksperimen, mereka dapat mencoba memodifikasi variable dalam eksperimen tersebut untuk melihat hasil yang berbeda. Misalnya, mereka dapat mengubah konsentrasi bahan kimia atau menggunakan peralatan yang berbeda dan kemudian mencatat hasilnya. Guru juga dapat mendorong diskusi mengenai aplikasi konsep tersebut dalam konteks yang lebih luas atau dalam kehidupan sehari-hari.