ARTIKEL
Modifikasi Perilaku Siswa di SD Inklusif
Judul:
Peran Guru dan Orang Tua dalam Modifikasi Perilaku
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif
Pendahuluan
Pada hakikatnya, potensi munculnya isu pembelajaran ada pada setiap individu pada usia sekolah. Perbedaannya terletak pada tingkat signifikansi isu tersebut; ada yang bersifat minor dan tidak memerlukan intervensi eksternal, serta ada pula yang substansial sehingga membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar. Anak-anak dengan karakteristik unik atau dikenal sebaga anak berkebutuhan khusus tidak otomatis memiliki kendala dalam belajar. Namun demikian, partisipasi mereka dalam sistem pendidikan umum bersama rekan seusianya mengharuskan adanya fokus dan penyesuaian tertentu dari pendidik dan institusi Pendidikan demi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dari anak-anak pada umumnya, baik secara fisik, intelektual, sosial, maupun emosional. Tidak jarang, mereka menunjukkan perilaku menantang seperti agresivitas, tantrum, penolakan tugas, hingga perilaku melukai diri sendiri. Perilaku ini bukan sekadar "kenakalan", melainkan bagian dari cara anak merespon lingkungan atau kesulitan yang tidak mampu mereka ungkapkan secara verbal. Dalam konteks ini, modifikasi perilaku menjadi pendekatan yang efektif untuk membantu ABK mengembangkan keterampilan sosial dan perilaku yang adaptif. Namun, strategi ini tidak akan berhasil tanpa sinergi antara guru dan orang tua.
Pembahasan
Pengertian Perilaku
Perilaku atau juga yang dapat dipahami sebagai aktivitas, aksi, kinerja, respons atau reaksi, pada dasarnya mencakup segala tindakan dan ucapan manusia, termasuk aktivitas gludular, muscular, dan elektrikal atau dapat disebut juga dengan aktivitas fisik dan biologis. Contoh dari aktivitas-aktivitas tersebut yaitu dimulai dari gerakan sederhana seperti mengedipkan mata hingga respons kompleks terhadap lingkungan secara motoric, fisiologis, kognitif, maupun afektif. Menurut Miltenberger (2005), perilaku adalah apa yang dilakukan dan dikatakan seseorang yang bersifat tindakan sehingga dapat diamati, dijelaskan, dan dicatat.
Pengertian Modifikasi dan Modifikasi Perilaku
Modifikasi juga dapat diartikan sebagai perubahan. Modifikasi secara lebih rinci yaitu proses sistematis dalam menyesuaikan atau mengadaptasi berbagai aspek kurikulum dan pembelajaran agar relevan dan responsif terhadap kebutuhan belajar individu peserta didik dengan kebutuhan khusus (PDBK).
Modifikasi perilaku adalah upaya, proses, atau tindakan sistematis untuk mengubah perilaku individu melalui pendekatan yang terstruktur dan konsisten, dengan memberikan penguatan positif, hukuman yang bersifat mendidik, dan manipulasi lingkungan belajar. Dalam praktiknya, modifikasi perilaku tidak dapat berdiri sendiri sebagai metode "intervensi klinis", tetapi harus menjadi bagian dari interaksi harian yang penuh empati dan konsistensi.
Peran Guru dan Orang Tua dalam Modifikasi Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
Guru memiliki peran penting karena mereka adalah fasilitator utama pembelajaran di sekolah. Melalui pengamatan langsung di kelas, guru dapat mengidentifikasi pemicu perilaku menantang, mencatat frekuensinya, dan mencoba menerapkan teknik seperti token economy, penguatan positif, time-out, atau pengajaran keterampilan pengganti (replacement behavior). Namun, strategi ini akan jauh lebih efektif bila guru tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga memperhatikan kebutuhan emosional dan sosial siswa.
Selain guru kelas, sekolah yang menyelenggarakan pendidikn inklusif juga pastinya meminta bantuan dari Guru Pembimbing Khusus (GPK). Pada Pendidikan Inklusif ini sangat dibutuhkan instrument input memadai sebagai penunjang keberhasilan program inklusifitas. Salah satunya yaitu peran professional dari Guru Pembimbing Khusus. Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru yang bertugas untuk mendampingi di sekolah penyelenggara Pendidikan inklusif dan memiliki kompetensi dalam menangani siswa berkebutuhan khusus. Hal tersebut selaras dengan pernyataan dari Scoot (1995) bahwa “the success of the inclusive education depens, tp a lare extent, on the willingness and the ability of teachers to make accomodations for individuals with special needs” yang artinya “Keberhasilan pendidikan inklusif sangat bergantung, sebagian besar, pada kemauan dan kemampuan guru untuk melakukan akomodasi bagi individu dengan kebutuhan khusus”. Scoot menegahkan bahwa kesuksesan Pendidikan inklusi itu tergantung pada besarnya keinginan dan kemampuan seorang guru dalam mengakomodasi kebutuhan individu dari Anak Berlebutuhan Khusus (ABK). Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah seorang guru yang didatangkan dari Skolah Luar Biasa (SLB) terdekat untuk membantu dalam mendidik anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
Sementara itu, orang tua adalah figur utama di rumah yang memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan perilaku anak. Konsistensi antara strategi di sekolah dan di rumah sangat krusial. Misalnya, bila di sekolah anak diberikan reinforcement chart untuk perilaku duduk tenang, maka orang tua dapat melanjutkan sistem itu di rumah dengan bentuk hadiah sederhana atau pujian verbal. Komunikasi yang terbuka antara guru dan orang tua menjadi fondasi utama keberhasilan modifikasi perilaku ini. Tanpa adanya koordinasi, anak dapat mengalami kebingungan karena aturan yang tidak seragam di dua lingkungan utama mereka.
Orang tua dari anak berkebutuhan khusus tentunya memiliki peranan yang sangat besar juga, baik dalam hal pengambilan Keputusan untuk Pendidikan sampai pada dukungan kepada anak mereka. Dukungan orang tua adalah keterlibatan orang tua dalam berbagai bentuk termasuk dalam mengasuh di dalam rumah, menciptakan situasi yang aman dan stabil, serta model atau pola pengasuhan yang tepat. Seorang anak berkebutuhan khusus dapat mencapai potensinya secara maksimal apanila mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Dukungan dari ibu dapat memunculkan perasaan berharga pada anak, sementara dukungan dari ayah dapat mengembangkan kompetensi anak (Danielsen, 2009).
Selain itu, penting untuk menyadari bahwa setiap anak berbeda. Strategi yang berhasil untuk satu anak belum tentu cocok untuk anak lain. Maka dari itu, guru dan orang tua perlu bekerja sama merancang strategi yang individual dan fleksibel. Pendekatan ini juga menghindarkan praktik menghukum yang tidak mendidik atau mempermalukan anak, karena prinsip utama dalam modifikasi perilaku adalah menumbuhkan keterampilan, bukan sekadar menghilangkan masalah.
Kesimpulan
Modifikasi perilaku pada Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan kerja sama yang erat dan harmonis antara guru dan orang tua. Keduanya harus menjadi teladan, pembimbing, sekaligus pendukung yang konsisten dalam membentuk perilaku anak ke arah yang lebih positif. Dengan pendekatan yang berbasis kasih sayang, komunikasi terbuka, serta strategi yang tepat dan berkelanjutan, anak-anak dengan perilaku menantang dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, adaptif, dan percaya diri. Pada akhirnya, keberhasilan intervensi perilaku bukan hanya tentang menghilangkan masalah, tetapi tentang membangun masa depan anak dengan penuh harapan dan empati.
Sumber
Dermawan, O. (2013). Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di slb. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 886-897.
Latif, M. A., Kusumawardani, N., Ayuni, N., & Febriayanti, H. (2024). Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini: Problematika Anak ADHD. Nak-Kanak Journal of Child Research, 1(2), 83- 93.
Nurfadhillah, S. (2023). Pendidikan Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus). CV Jejak (Jejak Publisher).
Identitas
Nama : Calista Lintang Maharani
Institusi : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa