-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

MEMBANGUN RUANG KELAS YANG MENENANGKAN: PERAN GURU DALAM MENUNJANG KESEHATAN MENTAL ANAK SD

Jumat, 04 Juli 2025 | Juli 04, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-04T15:22:40Z

MEMBANGUN RUANG KELAS YANG MENENANGKAN: PERAN GURU DALAM MENUNJANG KESEHATAN MENTAL ANAK SD

Eva Desiana (2024015103)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa
2025





Abstrak


Kesehatan mental anak sekolah dasar (SD) merupakan aspek krusial dalam mendukung keberhasilan belajar dan perkembangan emosional mereka. Guru memainkan peran penting sebagai pencipta ruang kelas yang aman dan mendukung secara psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran guru dalam membangun ruang kelas yang menenangkan guna menunjang kesehatan mental anak SD. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif melalui studi literatur dan observasi lapangan terbatas di beberapa sekolah dasar di Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa guru yang menerapkan pendekatan emosional seperti empati, komunikasi positif, dan pengelolaan kelas yang fleksibel dapat mengurangi stres siswa, meningkatkan motivasi belajar, dan memperkuat hubungan sosial. Simpulan penelitian ini menegaskan perlunya pelatihan guru dalam penguatan kompetensi sosial-emosional serta kebijakan sekolah yang lebih inklusif terhadap kesejahteraan psikologis siswa.

Kata kunci: ruang kelas tenang, guru empatik, kesehatan mental anak, sekolah dasar, dukungan emosional


Pendahuluan

Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai lingkungan kedua setelah rumah bagi anak-anak dalam proses tumbuh kembangnya. Anak usia sekolah dasar (6–12 tahun) berada dalam tahap perkembangan emosi yang dinamis, namun belum sepenuhnya mampu mengelola perasaan secara mandiri. Pada fase ini, dukungan emosional dari lingkungan sekolah sangat diperlukan, terutama dari guru sebagai figur utama dalam interaksi harian mereka.

Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia masih cenderung menitikberatkan pada pencapaian akademik, sementara kesejahteraan psikologis siswa kerap terabaikan. Banyak ruang kelas dipenuhi tekanan tugas, hukuman, dan interaksi satu arah yang minim empati. Hal ini dapat menurunkan motivasi belajar dan meningkatkan potensi gangguan mental seperti kecemasan dan stres.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia 6–12 tahun berada pada tahap operasional konkret, di mana pembelajaran efektif terjadi jika dikaitkan dengan pengalaman nyata dan kestabilan emosional. Jika anak merasa aman dan diterima di kelas, mereka akan lebih terbuka, berani, dan termotivasi dalam belajar. Sebaliknya, ruang kelas yang kaku dan penuh tekanan dapat menjadi pemicu kecemasan dan gangguan emosi.

Laporan WHO (2021) menyebutkan bahwa sekitar 10–20% anak usia sekolah di dunia mengalami masalah kesehatan mental. Di Indonesia, persoalan ini menjadi lebih nyata pasca pandemi COVID-19, di mana banyak anak menunjukkan gejala stres, kecemasan, dan penurunan motivasi belajar. Oleh karena itu, membangun ruang kelas yang menenangkan, aman, dan suportif secara emosional menjadi kebutuhan yang mendesak.


Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan dua teknik utama: studi literatur dan observasi lapangan terbatas. Studi literatur dilakukan terhadap jurnal ilmiah nasional dan internasional terkait peran guru dalam mendukung kesehatan mental siswa SD. Observasi terbatas dilakukan di beberapa SD di Indonesia, seperti di Malang, Jepara, Bandung, dan Tapanuli.

Fokus utama penelitian adalah menelaah pola interaksi guru-siswa, strategi pembelajaran yang mendukung suasana kelas yang tenang, serta dampaknya terhadap aspek psikologis siswa. Data dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi praktik efektif dalam menciptakan ruang kelas yang suportif secara emosional.


     Hasil dan Pembahasan

Kelas yang Menyenangkan dan Pengaruhnya terhadap Psikologi Anak
Di beberapa sekolah, guru menerapkan strategi sederhana namun berdampak signifikan, seperti sesi waktu hening lima menit sebelum pelajaran dimulai. Di SD Kota Malang, teknik ini membantu anak lebih fokus dan mengurangi konflik antar teman. Praktik ini diperkuat oleh penelitian Oktaviani (2023) yang menyatakan bahwa suasana tenang, warna hangat, serta teknik pernapasan dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan belajar.

Guru sebagai Pemberi Dukungan Emosional
Guru yang aktif menyapa siswa, mengenali ekspresi wajah mereka, dan memberi ruang untuk berbagi perasaan menciptakan hubungan interpersonal yang sehat. Di SD Jepara, guru yang konsisten membangun komunikasi positif berhasil menjangkau siswa dari latar belakang keluarga kurang harmonis. Simanjuntak (2021) menyebutkan bahwa siswa yang mendapat dukungan emosional dari guru menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah dan motivasi belajar yang lebih tinggi.

Strategi Praktis Membangun Kelas Suportif
Beberapa strategi praktis yang diterapkan guru antara lain: - Check-in harian: siswa menuliskan suasana hatinya sebelum memulai pelajaran. - Sudut tenang: area khusus untuk siswa yang sedang merasa cemas atau tidak nyaman. - Refleksi mingguan: aktivitas untuk membantu anak mengenali dan mengelola emosinya.

Selain itu, penggunaan bahasa positif seperti mengganti “kamu salah” menjadi “apa yang bisa kita perbaiki bersama?” turut membantu menciptakan rasa aman dan mendorong motivasi internal siswa.


Simpulan 

Ruang kelas yang menenangkan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental anak SD. Guru bukan hanya penyampai materi, tetapi juga pendamping emosional yang berperan dalam menciptakan iklim belajar yang sehat secara psikologis. Strategi seperti check-in emosional, sudut tenang, dan komunikasi empatik terbukti mampu meningkatkan rasa aman dan keterlibatan belajar siswa. Diperlukan pelatihan intensif bagi guru dalam pengembangan kecerdasan emosional serta dukungan kebijakan sekolah yang lebih berpihak pada kesejahteraan mental anak.


Daftar Pustaka

Astuti, S. (2021). Manajemen kelas emosional dan peningkatan motivasi belajar. Jurnal Inovasi Pendidikan SD, 9(1).

Fatimah, L. (2020). Mindfulness sebagai strategi mengelola kecemasan siswa di SD. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 4(2).

Lumban Gaol, D. (2022). Dukungan sosial guru dan implikasinya pada kesehatan mental anak. Jurnal Psikologi Pendidikan Kristen, 6(1).

Oktaviani, A. (2023). Peran guru dalam meningkatkan kesejahteraan emosional siswa SD di Kota Malang. Jurnal Psikologi Pendidikan Anak, 8(2).

Simanjuntak, R. (2021). Pengaruh dukungan guru terhadap kesejahteraan psikologis siswa broken home di SD Pengkol. Jurnal Pendidikan Dasar dan Karakter, 5(1).

World Health Organization. (2021). Mental health of children and adolescents. https://www.who.int/publications/i/item/9789240039940


×
Berita Terbaru Update