SUMBER
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
By
Chintia Maretha Amelia (2022015029)
Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan salah satu pelajaran inovatif yang
berkaitan erat dengan alam sekitar, mengarahkan guru untuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Keberadaan lingkungan belajar siswa yang mendukung
proses pembelajaran IPA sangat mendukung bagi peserta didik untuk
menggunakannya sebagai media pembelajaran. Dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar IPA, maka diharapkan dapat membantu meningkatkan mutu
pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa, siswa tidak hanya belajar dari
buku teks, tetapi juga dari interaksi langsung dengan dunia nyata di sekitar
mereka. Keberadaan lingkungan belajar yang mendukung sangat penting dalam
proses pembelajaran IPA. Lingkungan yang memadai dapat memfasilitasi eksplorasi
dan percobaan, membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih mendalam.
Misalnya, melalui kunjungan lapangan ke taman atau hutan, siswa dapat mengamati
berbagai jenis flora dan fauna, mempelajari siklus air, atau meneliti pola
cuaca secara langsung. Pengalaman langsung semacam ini tidak hanya membuat
pembelajaran lebih hidup, tetapi juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan observasi, analisis, dan penalaran.(Rosita, 2018)
Keberadaan
lingkungan belajar yang mendukung sangat krusial dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Lingkungan yang tepat dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk melakukan eksplorasi dan percobaan langsung, yang pada gilirannya membantu
mereka memahami konsep-konsep IPA dengan lebih baik. Misalnya, melalui
kunjungan ke taman atau hutan, siswa dapat mengamati flora dan fauna lokal,
mempelajari siklus air, atau mengamati pola cuaca secara langsung.
Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih hidup, tetapi
juga mengembangkan keterampilan observasi, analisis, dan penalaran siswa.
Lingkungan
sekitar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
karena lingkungan dapat berfungsi sebagai sasaran belajar, sumber belajar,
maupun sarana belajar IPA. Pada dasarnya anak usia Sekolah Dasar taraf
perkembangan intelektualnya termasuk kategori operasional kongkret, dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran IPA, maka siswa dapat
memperoleh pengalaman yang nyata sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami
konsep IPA. Menurut Djanali (2007 : 279) “sumber belajar paling dekat dengan
anak adalah lingkungan, karena lingkungan inspirasi dan ide yang tiada
batasnya”.(Rosita, 2018)
Pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar IPA juga dapat merangsang minat dan motivasi
belajar siswa. Ketika siswa dapat melihat relevansi antara apa yang mereka
pelajari di kelas dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari,
mereka cenderung lebih tertarik dan lebih bersemangat untuk belajar. Selain
itu, pembelajaran yang berbasis lingkungan juga mempromosikan kesadaran
lingkungan dan kepedulian terhadap alam sekitar. Pendukung tercapainya tujuan
pembelajaran salah satu faktor yang penting adalah tersedianya sumber belajar
yang cukup bagi siswa dengan melihat tujuan pembelajaran IPA disekolah dasar
yang erat kaitannya dengan perkembangan lingkungan disekitarnya, maka sumber
belajar untuk proses pembelajaran disekolah dasar tidak cukup dengan hanya
mengandalkan ketersediaan buku teks yang ada. Sarana belajar IPA disekolah
dasar akan lebih optimal jika didukung dengan sarana belajar yang berasal dari
lingkungan tempat tinggal siswa atau lingkungan dimana sekolah itu berada.
Dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPA.
Dengan demikian, penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar IPA bukan hanya sekadar pendekatan alternatif, tetapi merupakan
langkah yang dapat signifikan meningkatkan mutu pembelajaran. Guru perlu
kreatif dalam merancang kegiatan yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar
untuk memaksimalkan potensi pembelajaran siswa. Dengan cara ini, pembelajaran
IPA tidak hanya menjadi pengalaman intelektual, tetapi juga pengalaman yang
menginspirasi dan relevan bagi kehidupan siswa di masa depan.
Sumber
Belajar
Menurut
Januszewski (dalam Arsyad 2014:8) “Istilah sumber belajar dipahami sebagai
perangkat, bahan (materi), peralatan, pengaturan, dan orang dimana pembelajar
dapat berinteraksi dengannya yang bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan
memperbaiki kinerja”. Menurut Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang
(diakses tanggal 13 Februari 2016). Oleh karena itu yang dimaksud dengan sumber
belajar adalah sumber-sumber yang mendukung belajar termasuk sistem penunjang,
materi dan lingkungan pembelajaran. Arshad mengatakan (2014:8) “Media
pembelajaran dan sumber belajar memiliki kesamaan disuatu sisi dan juga
perbedaan disisi lain. persamaannya, media berfungsi sebagai sumber untuk membantu
individu dan perbedaannya media hanya berfungsi sebagai peralatan fisik saja”. Sumber
belajar merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan
belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi
hasil belajar. Melalui pemanfaatan berbagai macam sumber belajar dapat
merangsang keinginan untuk belajar dan mempermudah pemahaman serta penguasaan
materi yang dipelajari dalam pembelajaran IPA.
Menurut pengertian yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, sumber belajar merujuk pada berbagai perangkat,
bahan, peralatan, pengaturan, dan orang yang dapat digunakan oleh pembelajar
untuk memfasilitasi proses belajar dan meningkatkan kinerja mereka. Istilah ini
mencakup segala hal yang berperan dalam mendukung pembelajaran, baik dalam
konteks formal maupun informal. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada materi
fisik seperti buku teks atau alat praktikum, tetapi juga mencakup berbagai
elemen di sekitar lingkungan belajar yang secara fungsional berkontribusi pada
proses pembelajaran IPA Dalam konteks pembelajaran modern, media pembelajaran
sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk sumber belajar. Perbedaan antara
media pembelajaran dan sumber belajar dapat dilihat dari sudut pandang
fungsionalnya. Media pembelajaran berperan sebagai alat atau perangkat fisik
yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau memfasilitasi pembelajaran,
sementara sumber belajar mencakup segala hal yang mendukung proses belajar
secara menyeluruh, termasuk interaksi dengan lingkungan dan penggunaan berbagai
alat pembelajaran.
Dengan memahami konsep sumber
belajar ini, pendidik dapat lebih efektif dalam merancang pengalaman
pembelajaran yang bervariasi dan mendukung bagi siswa, memastikan bahwa mereka
memiliki akses ke sumber-sumber yang memungkinkan mereka untuk mencapai potensi
pembelajaran maksimal mereka. Sumber belajar yang beragam dan terintegrasi
dengan baik, seperti lingkungan alam asli, lingkungan alam buatan, dan
interaksi sosial, memainkan peran krusial dalam memperkaya dan memfasilitasi
pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar. Penggunaan sumber belajar yang tepat
tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep ilmiah siswa tetapi juga merangsang
minat belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka secara
holistik.
Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Beberapa jenis lingkungan yang
dapat dijadikan sumber belajar yaitu lingkungan alam asli, lingkungan alam
buatan, dan lingkungan sosial. Menurut Basuki (Rasdawati, 2012:4) “lingkungan
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terdiri dari Lingkungan sosial dan
Lingkungan fisik (alam)”.
·
Lingkungan Sosial: Lingkungan
sosial mencakup semua interaksi sosial yang mempengaruhi proses pembelajaran
siswa. Ini termasuk interaksi dengan guru, siswa lain, dan orang-orang di
sekitar siswa dalam komunitas belajar. Lingkungan sosial memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok, kolaborasi dalam
proyek, serta pembelajaran dari pengalaman sosial. Interaksi dengan guru yang
mendukung, teman sebaya, dan ahli di bidangnya dapat memperkaya pemahaman siswa
tentang berbagai konsep IPA.
·
Lingkungan Fisik (Alam):
-
Lingkungan Alam Asli: Ini mencakup semua elemen
alam yang tidak dimodifikasi oleh manusia secara signifikan. Contohnya adalah
hutan, sungai, dan gunung. Lingkungan alam asli memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengamati dan mempelajari langsung berbagai fenomena alam, seperti
siklus hidrologi, interaksi predator-mangsa, dan adaptasi organisme terhadap
lingkungan mereka.
-
Lingkungan Alam Buatan: Merupakan lingkungan
yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia untuk tujuan pendidikan. Ini bisa
termasuk laboratorium sains, kebun binatang, taman kota, dan fasilitas
pendidikan lainnya. Lingkungan alam buatan dirancang untuk menyediakan
pengalaman belajar yang terkendali dan dapat diulang, serta untuk
mendemonstrasikan konsep-konsep ilmiah yang mungkin sulit diamati secara
langsung di alam asli.
Penggabungan kedua jenis
lingkungan ini memungkinkan pendekatan pembelajaran yang holistik dan beragam
dalam IPA. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sosial untuk mempromosikan
kolaborasi dan diskusi, sementara lingkungan fisik (baik alam asli maupun buatan)
digunakan untuk menyediakan pengalaman langsung dan praktis dalam memahami
konsep-konsep ilmiah
Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan
lingkungan, lingkungan adalah sumber belajar yang vital, pembelajaran yang
menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar dapat memberikan pengalaman nyata
dan langsung kepada peserta didik. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat
bermakna sebagai segala sesuatu yang ad disekitar atau disekeliling kita
misalnya (benda mati dan mahkluk hidup) yang digunakan dalam proses belajar
mengajar.lingkungan yang ada disekitar anak-anak merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Anita (Potale, 2014:2)
mengemukakan “apabila seorang guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar maka akan lebih bermakna karena para siswa dihadapkan pada kenyataan
dan peristiwa yang sebenarnya”.
Manfaat Lingkungan dijadikan sebagai Sumber
Belajar
Menurut Moha (2015), “adapun manfaat lingkungan
dijadikan sebagai sumber yaitu:
1.
Mengatasi Kebosanan dalam Belajar:
Lingkungan yang beragam dan dinamis dapat membantu mengurangi kebosanan dalam
belajar. Misalnya, dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda-beda dan
bervariasi dalam lingkungan yang menarik, siswa akan lebih terlibat secara
aktif dan lebih termotivasi untuk belajar.
2.
Memberikan Suasana Belajar yang Menyenangkan
bagi Siswa: Lingkungan yang menyenangkan akan menciptakan pengalaman
belajar yang positif. Hal ini dapat mencakup penggunaan materi pembelajaran
yang menarik, dekorasi kelas yang menginspirasi, dan penggunaan teknologi yang
menarik perhatian siswa.
3.
Siswa Dapat Belajar Mandiri:
Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemandirian dalam proses belajar mereka. Contohnya, dengan
menyediakan sumber daya yang mudah diakses dan materi yang terstruktur, siswa
dapat mengatur waktu dan pendekatan belajar mereka sendiri.
4.
Kesempatan untuk Menerapkan Teori:
Lingkungan praktik seperti laboratorium sains atau kegiatan lapangan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menerapkan teori yang dipelajari dalam konteks
nyata. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep tetapi juga mengembangkan
keterampilan praktis dan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari.
5.
Memperluas Berfikir Siswa: Lingkungan
yang merangsang pikiran seperti debat kelas, diskusi kelompok, atau eksperimen
ilmiah akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Mereka diajak untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan
mengembangkan argumen yang terinformasi dan terbukti.
6.
Meningkatkan Prestasi Belajar: Dengan
menyediakan lingkungan yang memungkinkan pengalaman belajar yang mendalam dan
bervariasi, prestasi belajar siswa cenderung meningkat. Ini karena mereka tidak
hanya menguasai materi secara teoritis tetapi juga dapat mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dengan cara yang bermakna dalam berbagai konteks.
Lingkungan sebagai sumber belajar memiliki peran
yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif dan
bermakna bagi siswa. Dengan memanfaatkan potensi dari berbagai jenis lingkungan
ini, pendidik dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar dan mempersiapkan
siswa untuk menghadapi tantangan dalam ilmu pengetahuan alam dengan lebih baik.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
akan tercapai dengan baik jika dilakukan sesuai prosedur dari pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar. Menurut (Hamalik, 2012:194), “sebelum
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka guru harus mempersiapkan
dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan lingkungan akan optimal dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya”. Untuk mengembangkan lebih lanjut,
kita bisa mengeksplorasi beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan ditentukan
oleh guru sebelum mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
dalam kegiatan belajar mengajar:
- Identifikasi
Tujuan Pembelajaran: Guru perlu mengidentifikasi tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai melalui penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar. Misalnya, apakah tujuan untuk memahamkan konsep tertentu,
mengembangkan keterampilan praktis, atau meningkatkan pemahaman siswa
tentang hubungan antara teori dengan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
- Evaluasi
Ketersediaan Sumber Daya: Sebelum memulai pembelajaran, guru perlu
mengevaluasi ketersediaan sumber daya di lingkungan yang akan digunakan.
Ini termasuk mengecek ketersediaan alat, bahan, dan fasilitas yang
diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar secara efektif.
- Penyesuaian
Rencana Pembelajaran: Berdasarkan identifikasi tujuan pembelajaran
dan evaluasi sumber daya, guru perlu menyesuaikan rencana pembelajaran
dengan lingkungan yang ada. Hal ini mencakup pengembangan aktivitas
pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan konteks lingkungan, serta
penyusunan langkah-langkah yang jelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Pengorganisasian
Lingkungan:
Sebelum mengajak siswa untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar, guru harus mengorganisasikan lingkungan tersebut secara efektif.
Ini termasuk pengaturan fisik ruang kelas atau area belajar lainnya agar
mendukung aktivitas pembelajaran yang aman, tertata rapi, dan mudah
diakses.
- Mengembangkan
Strategi Pembelajaran: Guru perlu mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Misalnya, penggunaan demonstrasi, eksperimen, observasi langsung,
atau kunjungan lapangan, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi pembelajaran.
- Evaluasi
dan Refleksi:
Setelah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, guru perlu
melakukan evaluasi terhadap efektivitas metode yang digunakan dan
pencapaian tujuan pembelajaran. Refleksi atas pengalaman tersebut dapat
membantu guru untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran di masa depan.
Dengan mempersiapkan dan menentukan hal-hal
tersebut secara cermat, guru dapat memastikan bahwa pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar tidak hanya dilakukan secara efektif, tetapi juga dapat
memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan mendalam bagi siswa. Hal
ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD serta mengoptimalkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kaitan antara Pembelajaran IPA dengan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Menurut Usman samatowa
(2011:22) "Mata pelajaran yang berhubungan erat dengan lingkungan yaitu
mata pelajaran IPA. Karena IPA mempelajari tentang alam. Pembelajaran IPA
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar merupakan cara yang efektif untuk
memusatkan perhatian siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran,
mengkongkretkan informasi dan merupakan sumber belajar yang tidak ada habisnya.
Dalam proses pembelajaran IPA, lingkungan dapat dijadikan sebagai sasaran
belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Lebih lanjut ditegaskan bahwa
pembelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dapat mengembangkan
aspek pedagogis. Untuk mengembangkan lebih lanjut, kita bisa mengeksplorasi
beberapa aspek penting yang terkait dengan pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran IPA:
1.
Memusatkan Perhatian Siswa:
Pemanfaatan lingkungan sekitar membantu memusatkan perhatian siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Dengan mengamati fenomena alam secara langsung
atau melakukan eksperimen di lapangan, siswa lebih terlibat secara aktif dan
dapat mengalami pembelajaran yang lebih mendalam dan berarti.
2.
Mengkongkretkan Informasi: Lingkungan
sekitar memberikan kesempatan untuk mengkongkretkan informasi yang dipelajari
dalam kelas. Melalui pengamatan langsung terhadap flora dan fauna, fenomena
cuaca, atau geologi lokal, siswa dapat menghubungkan teori yang dipelajari
dengan pengalaman nyata, sehingga memperdalam pemahaman mereka terhadap
konsep-konsep IPA.
3.
Sumber Belajar yang Tidak Terbatas:
Lingkungan alam menyediakan sumber belajar yang tak terbatas. Setiap situasi
atau kondisi baru yang ditemui siswa di lapangan dapat menjadi peluang untuk
pembelajaran baru. Hal ini merangsang rasa ingin tahu mereka dan mendorong
eksplorasi yang terus menerus dalam ilmu pengetahuan alam.
4.
Sasaran, Sumber, dan Sarana Belajar:
Lingkungan sekitar dapat berfungsi sebagai sasaran pembelajaran, misalnya untuk
mempelajari interaksi ekosistem atau gejala alam. Sebagai sumber belajar,
lingkungan menyediakan materi yang dapat diamati, diukur, dan dipelajari. Dan
sebagai sarana belajar, lingkungan mendukung penggunaan berbagai metode aktif
seperti observasi, eksperimen, dan pembelajaran praktis.
5.
Pengembangan Aspek Pedagogis:
Pemanfaatan lingkungan sekitar tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep-konsep
IPA, tetapi juga mengembangkan aspek pedagogis siswa. Mereka belajar untuk
menjadi pengamat yang teliti, peneliti yang kritis, dan solver masalah yang
terampil dalam konteks ilmiah.
Dengan menggunakan pendekatan
ini, guru tidak hanya dapat membuat pembelajaran IPA lebih menarik dan relevan
bagi siswa, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan esensial
dalam ilmu pengetahuan alam. Integrasi yang cermat antara lingkungan dan
kurikulum IPA dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang mendalam dan
berkesan bagi siswa, yang pada gilirannya akan membantu mereka mengembangkan
pemahaman yang kuat dan berkelanjutan tentang dunia alam di sekitar mereka.
Peran Lingkungan sebagai
Sumber Belajar
Alam bisa memberikan
kegembiraan kepada peserta didik. Coba saja kita lihat di lapangan, di kebun,
di pekarangan rumah, atau bahkan di tempat-tempat yang kurang bersih seperti
parit, selokan, dan air tergenang, banyak anak-anak yang bermain di sana. Perhatikan
mereka ketika bermain lumpur di tengah hujan, dengan baju yang basah kuyup dan
kotor. Sesungguhnya kejadian seperti ini adalah saat yang paling tepat bagi
kita orang dewasa untuk memberikan pelajaran berharga bagi mereka. Yaitu dengan
memberi penjelasan tentang akibat kehujanan dan bermain lumpur bagi kesehatan
mereka. Lebih jauh kita bisa menjelaskan arti kebersihan, kerapian, dan
kesehatan. Apabila hal itu diberikan secara bijaksana maka mereka nantinya akan
mampu menjalankan kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar. Mereka akan
mencuci tangan sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur, menggosok gigi
sebelum dan sesudah makan, mereka akan menjaga kebersihan sandal dan sepatu.
Karena terbiasa bersih, mereka akan menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan
dirinya kotor.(Haryati & Dini, 2016)
Manusia hidup dengan alam oleh
karena itu kita harus bersatu dengan alam. Di sekolah peserta didik juga harus
kita dekatkan dengan alam. Secara naluriah mereka akan merasa gembira apabila
dengan alam. Perhatikan mereka ketika bermain air yang berasal dari kolam atau
dari bak mandi dengan berbagai peralatan seperti botol, gayung, atau
benda-benda lainnya, maka ketika itulah tampak keceriaan yang luar biasa di
wajah mereka. Ekspresi wajah mereka begitu ceriah, lepas tanpa beban. Benda
yang sering menjadi alat bermain anak adalah tanah dan pasir. Tanah dan pasir
sering mereka gunakan untuk menumpahkan sebagai kreasi dan imajinasi mereka.
Daftar
Pustaka
Haryati,
& Dini. (2016). Haryati. Dini. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 3,
80–96. https://doi.org/10.24252/auladuna.v3i2a4.2016
Rosita,
K. (2018). PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Oleh. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.