UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS III SD N SAYIDAN
By Diela Raihanum (2021015267)
Di era pendidikan 4.0, minat baca siswa khususnya siswa di level sekolah dasar perlu ditingkatkan(Handayani, Adisyahputra, & Indrayanti,2018). Era pendidikan 4.0 menjadi tantangan tersendiri tak terkecuali bagi pihak sekolah dasar dalam membentengi siswa dari dampak negatif derasnya penggunaan teknologi terutama dalam keseharian siswa. Era pendidikan 4.0 merupakan era modern dimana adanya sistem digitalisasi hampir dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam aspek pendidikan.Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentunya hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan menjadi tantangan tersendiri bagi para siswa. Pendidikan 4.0 tidak hanya berfokus pada pemanfaatan teknologi, akan tetapi minat baca siswa juga perlu ditingkatkan untuk menyongsong Pendidikan 4.0. Derasnya arus informasi dan teknologi di era pendidikan 4.0 ini berdampak pada semakin terbatasnya waktu yang dimiliki para siswa untuk membaca. Padahal, kemampuan literasi siswa.
Dalam membaca tentunya dapat sangat diperlukan bagi siswa untuk tetap dapat mengikuti segala perkembangan terutama yang terkait dengan dunia pendidikan merekaYuriza, Adisyahputra, & Sigit, 2018; Juhanda,& Maryanto, 2018).Pada saat ini sesungguhnya para siswa dihadapkan pada pada persoalan bagaimana mengatasi keterbatasan waktu dan dapat membaca dalam waktu yang relatif singkat tetapi dapat memperoleh informasi yang sebanyak banyaknya(Rahmania, Miarsyah, & Sartono, 2015). Bagaimana dapat melakukan kegiatan membaca secara efektif tanpa membuang-buang waktu. Selaras dengan pernyataan tersebut, terlihat bahwa kemampuan literasi membaca sangatlah dibutuhkan para siswa seiring dengan pesatnya perkembangan informasi dan teknologi di masa sekarang ini. Hanggi (2016) menyatakan bahwa literasi membaca dapat menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah. Literasi dasar, termasuk lilterasi membaca, sudah selayaknya perlu ditanamkan sejak pendidikan dasar(Ristanto, Zubaidah, Amin & Rochman, 2017). Hal tersebut diperlukan supaya para siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam upaya mengakses informasi ataupun ilmu pengetahuan. Literasi akan mengantarkan para siswa untuk
memahami suatu pesan (Hernowo, 2003). Pentingnya literasi juga dismapiakan oleh Kemendikbud (2016) bahwa budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk memahami informasi secara analitiss, kritis, dan reflektif. Pemerintah juga telah mencanangkan program Gerakan Literasi Bangsa (GLB) yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Ironisnya, pesatnya perkembangan informasi dan teknologi justru membawa bangsa ini kemunduran dalam hal minat membaca. Siswa-siswa kini lebih sering menghabiskan waktu untuk menonton TV ataupun menghabiskan waktu mereka di depan layar gadget (Ane, 2015). Hasil observasi di lapangan juga menunjukkan bahwa SDN Sayidan rupanya belum menerapkan secara maksimal Gerakan Literasi Sekolah. Hal ini berarti bahwa pihak sekolah belum mengupayakan aksi-aksi yang dapat mendukung dan meningkatkan terutama kemampuan literasi membaca siswa. Minat membaca para siswa di SDN tersebut tergolong masih rendah. Mereka kurang tertarik untuk membaca berbagai ragam jenis teks.
Pada saat peneliti melakukan PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan) di SD N Sayidan Kota Yogyakarta, upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan minat baca siswa dengan cara mengadakan gerakan literasi pagi. Gerakan ini dilaksanakan setiap hari setelah apel pagi, dan diberi waktu 30 menit untuk membaca, Gerakan ini sudah rutin dilakukan 2 tahun ini.
Isi
Secara etimologi kata survei berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua suku kata yakni sur yang berasal dari kata super yang berarti di atas atau melampui. Sedangkan suku kata vey berasal dari kata videre yang berarti melihat. Jadi survey berarti melihat di atas atau melampui (Leedy, 1980, dalam Irawan Soeharto, 2000:53).
Penelitian survei digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu skala besar yang aktual dengan populasi sangat besar, sehingga diperlukan sampel ukuran besar (Widodo, 2008:43). Sejalan dengan pendapat diatas, dalam penelitian survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Umumnya, pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sampel di mana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi (sampel) untuk mewakili seluruh populasi (Masri Singarimbun). Ada 3 karakteristik pokok pada metode Survei: 1) Data informasi dikumpulkan dari kelompok besar orang dengan tujuan mendiskripsikan berbagai aspek dan karakter seperti: pengetahuan, sikap, kepercayaan, kemampuan dari populasi, 2) Data informasi diperoleh dari pengajuan pertanyaan (tertulis dan bisa juga lisan) dari populasi, 3) Data informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi (Nana Syaodih Sukmadinata).
Asmadi Alsa (2004:20) mengemukakan rancangan survey merupakan prosedur dimana peneliti melaksanakan survei atau memberikan angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteritik responden. Dari hasil survei ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada dalam populasi.
Berdasarkan pemaparan pendapat dari para ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian survei adalah metode penelitian yang mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan metode sampel yang memiliki tujuan untuk mengetahui perilaku, karakteristik, dan membuat deskripsi serta generalisasi yang ada dalam populasi tersebut.
Minat Baca
Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap bahasa Indonesia akan memusatkan perhatian lebih banyak daripada yang lain. Pemusatan perhatian yang intensif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan mencapai apa yang diinginkan. Minat merupakan perhatian atau ketertarikan berlebihan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri sendiri. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Minat berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan.
Hal senada juga diungkapkan Slameto dalam Djaali (2012: 121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Menurut Rahim (2005:28) minat baca merupakan keinginan yang kuat yang disertai usaha-usaha seorang untuk membaca. Minat baca yang kuat diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran diri.
Frymeir dalam Rahim (2005: 28-29) mengidentifikasi tujuh faktor yang memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.
a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika belum pernah mengalaminya.
b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.
c. Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa.
d. Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarik minat mereka.
e. Tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
f. Kekompleksitasan materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.
Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa seorang guru harus
berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.
Menurut Bloom dan Piaget dalam Rahim (2005:20) membaca bersumber dari kognitif. Ranah kognitif berkaitan dengan pemahaman, interpretasi, asimilasi. Radahal, ranah kognitif bersumber dari ranah afektif. Ranah berkaitan dengan minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko. Minat dapat disimpulkan merupakan ranah afektif yang kemudian menjadi sumber pemahaman, interpretasi dan asimilasi seseorang dalam membaca.
Minat baca merupakan keinginan atau ketertarikan seseorang terhadap suatu bacaan yang kemudian mendorongnya untuk memahami atau bahkan menelaah lebih lanjut bacaan yang diinginkan. Minat baca adalah sesuatu yang membuat kita terus saja membaca yang menurutnya menarik tanpa ada kata bosan.
Menurut Tarigan (2008:106) ada dua faktor yang memengaruhi minat baca. Faktor pertama adalah faktor penyediaan waktu untuk membaca. Faktor kedua adalah pemilihan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma estetik, sastra, dan moral.