-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS III SD N SAYIDAN

Sabtu, 29 Juni 2024 | Juni 29, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-30T00:17:35Z

 UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS III SD N SAYIDAN 

By Diela Raihanum (2021015267) 

Di era pendidikan 4.0, minat baca siswa khususnya siswa di level  sekolah dasar perlu ditingkatkan(Handayani, Adisyahputra, & Indrayanti,2018).  Era pendidikan 4.0 menjadi tantangan tersendiri tak terkecuali bagi pihak sekolah  dasar dalam membentengi siswa dari dampak negatif derasnya penggunaan  teknologi terutama dalam keseharian siswa. Era pendidikan 4.0 merupakan era  modern dimana adanya sistem digitalisasi hampir dalam segala aspek kehidupan,  tak terkecuali dalam aspek pendidikan.Dengan perkembangan teknologi yang  semakin pesat, tentunya hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung  akan menjadi tantangan tersendiri bagi para siswa. Pendidikan 4.0 tidak hanya  berfokus pada pemanfaatan teknologi, akan tetapi minat baca siswa juga perlu  ditingkatkan untuk menyongsong Pendidikan 4.0. Derasnya arus informasi dan  teknologi di era pendidikan 4.0 ini berdampak pada semakin terbatasnya waktu  yang dimiliki para siswa untuk membaca. Padahal, kemampuan literasi siswa. 

Dalam membaca tentunya dapat sangat diperlukan bagi siswa untuk tetap  dapat mengikuti segala perkembangan terutama yang terkait dengan dunia  pendidikan merekaYuriza, Adisyahputra, & Sigit, 2018; Juhanda,& Maryanto,  2018).Pada saat ini sesungguhnya para siswa dihadapkan pada pada persoalan  bagaimana mengatasi keterbatasan waktu dan dapat membaca dalam waktu yang  relatif singkat tetapi dapat memperoleh informasi yang sebanyak banyaknya(Rahmania, Miarsyah, & Sartono, 2015). Bagaimana dapat melakukan  kegiatan membaca secara efektif tanpa membuang-buang waktu. Selaras dengan  pernyataan tersebut, terlihat bahwa kemampuan literasi membaca sangatlah  dibutuhkan para siswa seiring dengan pesatnya perkembangan informasi dan  teknologi di masa sekarang ini. Hanggi (2016) menyatakan bahwa literasi membaca  dapat menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan  ilmu yang didapatkan di sekolah. Literasi dasar, termasuk lilterasi membaca,  sudah selayaknya perlu ditanamkan sejak pendidikan dasar(Ristanto,  Zubaidah, Amin & Rochman, 2017). Hal tersebut diperlukan supaya para siswa  dapat meningkatkan kemampuannya dalam upaya mengakses informasi  ataupun ilmu pengetahuan. Literasi akan mengantarkan para siswa untuk 

memahami suatu pesan (Hernowo, 2003). Pentingnya literasi juga dismapiakan oleh  Kemendikbud (2016) bahwa budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta  didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk  memahami informasi secara analitiss, kritis, dan reflektif. Pemerintah juga telah  mencanangkan program Gerakan Literasi Bangsa (GLB) yang bertujuan untuk  menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis).  Ironisnya, pesatnya perkembangan informasi dan teknologi justru membawa  bangsa ini kemunduran dalam hal minat membaca. Siswa-siswa kini lebih  sering menghabiskan waktu untuk menonton TV ataupun menghabiskan waktu  mereka di depan layar gadget (Ane, 2015). Hasil observasi di lapangan juga  menunjukkan bahwa SDN Sayidan rupanya belum menerapkan secara maksimal  Gerakan Literasi Sekolah. Hal ini berarti bahwa pihak sekolah belum  mengupayakan aksi-aksi yang dapat mendukung dan meningkatkan terutama  kemampuan literasi membaca siswa. Minat membaca para siswa di SDN  tersebut tergolong masih rendah. Mereka kurang tertarik untuk membaca berbagai  ragam jenis teks. 

Pada saat peneliti melakukan PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan) di  SD N Sayidan Kota Yogyakarta, upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan  minat baca siswa dengan cara mengadakan gerakan literasi pagi. Gerakan ini  dilaksanakan setiap hari setelah apel pagi, dan diberi waktu 30 menit untuk membaca,  Gerakan ini sudah rutin dilakukan 2 tahun ini. 

Isi 

Secara etimologi kata survei berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua suku  kata yakni sur yang berasal dari kata super yang berarti di atas atau melampui.  Sedangkan suku kata vey berasal dari kata videre yang berarti melihat. Jadi  survey berarti melihat di atas atau melampui (Leedy, 1980, dalam Irawan  Soeharto, 2000:53). 

Penelitian survei digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu skala besar  yang aktual dengan populasi sangat besar, sehingga diperlukan sampel ukuran  besar (Widodo, 2008:43). Sejalan dengan pendapat diatas, dalam penelitian survei  informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. 

Umumnya, pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sampel di mana  informasi dikumpulkan dari sebagian populasi (sampel) untuk mewakili seluruh  populasi (Masri Singarimbun). Ada 3 karakteristik pokok pada metode Survei: 1)  Data informasi dikumpulkan dari kelompok besar orang dengan tujuan  mendiskripsikan berbagai aspek dan karakter seperti: pengetahuan, sikap,  kepercayaan, kemampuan dari populasi, 2) Data informasi diperoleh dari  pengajuan pertanyaan (tertulis dan bisa juga lisan) dari populasi, 3) Data  informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi (Nana Syaodih  Sukmadinata). 

Asmadi Alsa (2004:20) mengemukakan rancangan survey merupakan prosedur  dimana peneliti melaksanakan survei atau memberikan angket atau skala pada  satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteritik  responden. Dari hasil survei ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan  yang ada dalam populasi. 

Berdasarkan pemaparan pendapat dari para ahli diatas maka dapat diambil  kesimpulan bahwa penelitian survei adalah metode penelitian yang mengkaji  populasi yang besar dengan menggunakan metode sampel yang memiliki tujuan  untuk mengetahui perilaku, karakteristik, dan membuat deskripsi serta  generalisasi yang ada dalam populasi tersebut. 

Minat Baca 

Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau keinginan yang  besar terhadap sesuatu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar  terhadap bahasa Indonesia akan memusatkan perhatian lebih banyak daripada  yang lain. Pemusatan perhatian yang intensif akan memungkinkan siswa untuk  belajar lebih giat dan mencapai apa yang diinginkan. Minat merupakan perhatian  atau ketertarikan berlebihan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.  Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri sendiri. Minat diartikan  sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti  sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri.  Minat berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan.

Hal senada juga diungkapkan Slameto dalam Djaali (2012: 121) minat adalah  rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang  menyuruh. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan  bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula  dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa  sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. 

Menurut Rahim (2005:28) minat baca merupakan keinginan yang kuat yang  disertai usaha-usaha seorang untuk membaca. Minat baca yang kuat diwujudkan  dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya  atas kesadaran diri. 

Frymeir dalam Rahim (2005: 28-29) mengidentifikasi tujuh faktor yang  memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut. 

a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap  sesuatu jika belum pernah mengalaminya. 

b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa  mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu dipandang  berguna dan membantu meningkatkan dirinya. 

c. Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang  yang berwibawa. 

d. Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh anak  akan menarik minat mereka. 

e. Tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa merasa dirinya mempunyai beberapa  tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih  tinggi. 

f. Kekompleksitasan materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual  dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks. 

Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa seorang guru harus 

berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi  terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan  membaca.

Menurut Bloom dan Piaget dalam Rahim (2005:20) membaca bersumber dari  kognitif. Ranah kognitif berkaitan dengan pemahaman, interpretasi, asimilasi.  Radahal, ranah kognitif bersumber dari ranah afektif. Ranah berkaitan dengan  minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan  kemauan untuk mengambil resiko. Minat dapat disimpulkan merupakan ranah  afektif yang kemudian menjadi sumber pemahaman, interpretasi dan asimilasi  seseorang dalam membaca. 

Minat baca merupakan keinginan atau ketertarikan seseorang terhadap suatu  bacaan yang kemudian mendorongnya untuk memahami atau bahkan menelaah  lebih lanjut bacaan yang diinginkan. Minat baca adalah sesuatu yang membuat  kita terus saja membaca yang menurutnya menarik tanpa ada kata bosan. 

Menurut Tarigan (2008:106) ada dua faktor yang memengaruhi minat baca.  Faktor pertama adalah faktor penyediaan waktu untuk membaca. Faktor kedua  adalah pemilihan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma estetik, sastra, dan  moral.


×
Berita Terbaru Update