-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

MENGIMPLEMENTASIKAN AJARAN TAMANSISWA DALAM PENDIDIKAN ABAD 21 : IMPLEMENTASI AJARAN TAMANSISWA DI ERA DIGITALISASI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MINAT BACA

Jumat, 05 Juli 2024 | Juli 05, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-06T02:00:52Z

MENGIMPLEMENTASIKAN AJARAN TAMANSISWA DALAM PENDIDIKAN  ABAD 21 : IMPLEMENTASI AJARAN TAMANSISWA DI ERA DIGITALISASI  DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MINAT BACA 

Brendawati Hadi Putri1, Latifah Maelani2, Nur Azizah3 

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP 

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 

Yogyakarta 

Email : brendaputri3814@gmail.com latifahmaelani86@gmail.com na4573712@gmail.com 

ABSTRACT 

The important role of education in advancing the nation, seen from a historical perspective to  the context of the 21st century. Education is recognized as the main means to educate the  nation's life, an idea that has been instilled since the era of the struggle for independence. Ki  Hajar Dewantara, as the Father of Indonesian National Education, made a major contribution  through Taman Siswa National College with his principles which include "ing ngarsa sung  tuladha", "ing madya mangun karsa", and "tut wuri handayani". Reading interest skills are  also considered important in the context of 21st century education, because they not only help  in reading comprehension but also in holistic self-development. The role of parents and  educators is crucial in developing children's interest in reading, as a foundation for forming a  generation that loves to read and has good critical skills. Education that is based on the values  of the times and contemporary needs is believed to have a positive impact on advancing the  nation, facing global challenges, and improving the welfare of society as a whole. 

ABSTRAK 

Peran penting pendidikan dalam memajukan bangsa, dilihat dari perspektif sejarah hingga  konteks abad ke-21. Pendidikan diakui sebagai sarana utama untuk mencerdaskan kehidupan  bangsa, sebuah gagasan yang telah ditanamkan sejak zaman perjuangan kemerdekaan. Ki Hajar  Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memberikan kontribusi besar  melalui Perguruan Nasional Taman Siswa dengan prinsip-prinsipnya yang meliputi "ing ngarsa  sung tuladha", "ing madya mangun karsa", dan "tut wuri handayani". Keterampilan minat baca  juga dipandang penting dalam konteks pendidikan abad 21, karena tidak hanya membantu  dalam pemahaman bacaan tetapi juga dalam pengembangan diri secara holistik. Peran orang 

tua dan pendidik menjadi krusial dalam mengembangkan minat baca pada anak, sebagai  fondasi untuk membentuk generasi yang gemar membaca dan memiliki kemampuan kritis yang  baik. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai zaman dan kebutuhan kontemporer diyakini  dapat membawa dampak positif dalam memajukan bangsa, menghadapi tantangan global, dan  meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 

PENDAHULUAN 

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman  perjuangan kemerdekaan, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa  pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan  bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Pendidikan dijadikan media untuk  mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat  dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak  dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai aktor utama. Tokoh yang memiliki sumbangsih besar  untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan  Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Beliau adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan  Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia 

Bersama rekan-rekan seperjuangannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Nationaal  Onderwijs Institut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Taman Siswa  pada 3 Juli 1922. Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsanya, Ki Hajar Dewantara  mempunyai Semboyan yaitu ing ngarsa sung tuladha (di depan, seorang pendidik harus  memberi teladan atau contoh tindakan baik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara  murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan tut wuri handayani (dari belakang  seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Begitu juga konsep Sistem Among  (sistem pengajaran) dan Kodrat Alam (kehendak alam) juga merupakan buah gagasan dari  pemikirannya. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara merangkum konsep yang  dikenal dengan istilah Among Methode atau sistem among. Among mempunyai arti menjaga,  membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksana “among” disebut Pamong, yang  mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Guru atau dosen di Taman  Siswa disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu. Semboyan  ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.

Memasuki abad 21 kemajuan teknologi telah memasuki berbagai sendi kehidupan,  termasuk pendidikan. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus bangsa kembali membedah  intisari dari konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam pandangan pendidikan  multiliterasi. Tuntutan revitalisasi sistem kurikulum diimplementasikan oleh Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan cara mengembangkan kurikulum baru  yaitu kurikulum K13. Kurikulum K13 ini mengadaptasi konsep pendidikan abad 21.  Kompetensi Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan,  keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi  (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan  global. (Ayu, 2019). Abad 21 dicirikan oleh berkembangnya informasi secara digital.  Masyarakat secara masif terkoneksi satu dengan lainnya. Hal inilah yang dikatakan oleh  banyak orang dengan revolusi industri, terutama industri informasi.  

Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C  Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak  hanya pada tuntutan kinerja guru dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran dan  tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan anak-anak menerapkan 4C dalam  keseharian (Prihadi, 2017). Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan  Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas  dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di  Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan  karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.  Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah.  Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus melawan hawa  nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi yang belum  terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan kebiasaan  baik untuk membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Sangat disayangkan, apabila  siswa mempunyai minat membaca yang rendah karena pengetahuan siswa terbatas. Oleh sebab  itu adanya kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak yang terkait serta membuat kegiatan  yang sesuai dan edukatif diharapkan dapat membangun dan meningkatkan minat baca di  kalangan siswa sekolah.

METODE 

Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dengan mengumpulkan dan  menganalisis berbagai sumber yang relevan, termasuk buku,artikel, dan dokumen kebijakan  pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara rinci dan  mendalam tentang keterampilan minat baca siswa di sekolah dasar. Waktu dan tempat  penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar X. Waktu penelitian dilaksanakan pada jam  pembelajaran. Objek pada penelitian ini adalah perpustakaan dan pojok baca, serta siswa yang  membaca buku diperpustakaan. 

HASIL dan PEMBAHASAN 

A. Implementasi Ajaran Tamansiswa pada Pendidikan abad-21 

Pendidikan tamansiswa dalam menghadapi perkembangan zaman dan alam.  Pada Pendidikan abad 21 ini memerlukan kemampuan beradaptasi untuk  mempertahankan jati diri. Dalam melakukan adaptasi memerlukan budaya yang  dipegang kuat dalam mengimplementasikan yaitu adat istiadat SBII (sifat, bentuk, isi,  dan irama). Dalam SBII yang menjadi paten yaitu sifat, bentuk, dan isi, sedangkan  irama dapat berubah mengikuti dengan perkembangan zaman yang ada. Dalam dunia  Pendidikan SBII dapat di implementasikan melalui ajaran tamansiswa. Ajaran  tamansiswa yaitu Pendidikan tamansiswa yang dilaksanakan untuk mempertajam daya  cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan tamansiswa memiliki ciri khas pancadarma yaitu,  kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Kodrat alam  yaitu sesuatu yang berkaitan dengan minat bakat untuk mengembangkan aspek  pengembangan, kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk. Kemerdekaan yaitu  menjadi dasar untuk mengembangkan diri menjadi sabar dan kuat dalam suasana  keseimbangan dan keselarasan kehidupan di Masyarakat. Kebudayaan yaitu merupakan  bukti bahwa manusia dapat mengatasi berbagai rintangan di dalam hidup untuk  mencapai sebuah kesuksesan. Kebangsaan yaitu adanya suatu bangsa dalam suka  maupun duka, serta mencapai kebahagiaan lahir dan batin seluruh bangsa.  Kemanusiaan yaitu memiliki akal sehat serta keluhuran akal budi untuk menimbulkan  rasa dan cinta kasih kepada sesama manusia dan makhluk hidup.  

Ajaran tamansiswa bersifat konseptual, fatwa, pedoman operasional, dan  nasehat atau semboyan-semboyan tamansiswa. Ada beberapa ajaran tamansiswa yang  perlu kita ketahui sebagai berikut:

a. Tripusat Pendidikan 

Tripusat Pendidikan adalah dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga,  lingkungan sekolah, dan lingkungan Masyarakat, ketiga lingkungan tersebut saling  berkaitan untuk membentuk Pendidikan serta memberikan manfaat bagi  Masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa agar lebih maju. 

b. Trikon 

Trikon adalah digunakan untuk mengembangkan kebudayaan yang terdiri dari  kontinyu, konvergensi, dan konsentris, dari ketiga tersebut saling berkaitan dan  berkelanjutan untuk kemajuan kebudayaan yang ada dan tidak meninggal budaya  yang asli. 

c. Tringa : Ngerti, Ngrasa, Nglakoni 

Tringa adalah untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang apa yang  telah dipelajari, mempertajam pemahamannya, dan meningkatkan kemampuannya  dalam menerapkan apa yang dipelajarinya. Konsep Tringa terdiri dari Ngerti,  Ngroso, Nglakoni. Ngerti artinya mengerti, Ngroso artinya merasakan atau  menghayati, dan Nglakoni artinya melakukan. Maka dari itu dalam  mengimplementasikannya tidak hanya cukup mengerti, merasakan, namun harus  melakukan apa yang telah dipelajari. 

d. Tri Hayu 

Tri Hayu adalah Memayu hayuning saliro (membahagiakan diri sendiri), Memayu  hayuning bongso (membahagiakan hidup bangsa), Memayu hayuning manungso (  membahagiakan hidup manusia pada umumnya).  

e. Tripantangan 

Tripantangan adalah larangan atau pantangan dalam tamansiswa yaitu:  1. Larangan dalam penyalahgunaan kekuasaan yang telah dimiliki. 2. Larangan dalam pelanggaran kesusilaan. 

3. Larangan dalam penyelewangan keuangan, termasuk larangan tak tertulis,  bahwa ketua menjabat sebagai ketua bagian dari perbendaharaan.  f. Tri N 

Tri N adalah salah satu Ajaran Tamansiswa yang digunakan dalam proses  pembelajaran. Tri N bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam  penbelajaran IPA di sekolah dasar. Tri N terdiri dari niteni, niroake, dan nambahake

Jika di implementasikan dalam proses pembelajaran, niteni yaitu mengingat atau  mengenali apa yang telah disampaikan oleh guru atau sesuatu yang telah dipelajari,  niroake yaitu menirukan sesuatu yang telah dipelajari, nambahake yaitu  menginovasikan atau mengembangkan sesuatu yang telah dipelajari. 

g. Tri Sakti Jiwa 

Tri Sakti Jiwa adalah kemampuan yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa yang  berarti Pendidikan harus mengembangkan daya olah piker, olah hati, dan daya karsa  atau kemuan anak didik secara seimbang. Jika akan mengimplementasikan Tri Sakti  Jiwa maka anak harus melakukannya secara berurutan. 

h. Trilogi Kepemimpinan 

Trilogi Kepemimpinan adalah semboyan yang mejadi dasar Pendidikan yang  meliputi dari: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri  handayani, arti dari semboyan ini yaitu seorang pendidik didepan harus  memberikan contoh yang terpuji atau terbaik, ditengah memberikan dukungan atau  dorongan keanak didik, dan mengikuti dari belakang untuk memberikan pengaruh  baik. 

i. Tritantangan 

Tritantangan adalah salah satu ajaran tamansiswa yang dilakukan untuk megatasi  hambatan dan tatangan yang menghadang untuk memajukan memerdekan serta  mensejahterakan bagsa yaitu dengan : 

1. Mengatasi dalam hal kebodohan 

2. Megatasi kemiskinan 

3. Megatasi keterbelakngan 

B. Pendidikan di Era Digitalisasi 

Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi,  sehingga dengan interaksi dan penyampaian informasi dapat berlangsung dengan cepat.  Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negative pada suatu Negara. Pendidikan  adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dan bagi Indonesia  hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 

Tuntutan revitalisasi sistem kurikulum diimplementasikan oleh Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan Republik Indonesia dengan cara mengembangkan kurikulum baru yaitu 

kurikulum K13. Kurikulum K13 ini mengadaptasi konsep pendidikan abad 21. Kompetensi  Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan, keterampilan,  dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dunia  pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan global. (Ayu,  2019). Pendidikan Digital merupakan konsep/cara memberikan pelajaran kepada peserta didik  dengan menggunakan media antara lain menggunakan bantuan computer/notebook,  smartphone, video, Audio dan visual. Menurut Kristiawan dkk (2019) dalam dunia pendidikan  tidak hanya fokus pada satu teknologi yang digunakan, namun teknologi sangat banyak  ragamnya dan akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. 

Pendidikan berbasis digital adalah pendidikan yang menggunakan media elektronik  sebagai alat bantu untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Alat bantu ini adalah produk  dari Teknologi Informasi dan Komunikasi atau disingkat TIK. Dari produk TIK ini lahir TIK  untuk pendidikan yang dapat dikembangkan menjadi jaringan internet dan internet  (Kristiawan, 2014). Pendidikan berbasis digital sebaiknya mampu menguatkan jaringan  intranet sekolah lebih dahulu, baru kemudian jaringan internet. Dengan begitu, biaya akses  internet dapat ditekan, dan sekolah dapat menikmati akses internet cepat dengan biaya murah.  Kerjasama dengan pihak sponsor, tentu akan membantu sekolah dari sisi pembiayaan.  Pendidikan berbasis digital harus mampu diimbangi dengan tersedianya SDM tenaga pendidik  yang profesional, dan ini telah menjadi program dari organisasi ikatan guru Indonesia (IGI)  dalam pelatihan-pelatihan berbasis ICT, dimana guru harus melek internet dan mampu menulis. Untuk meningkatkan skill teknologi digitalnya, para guru juga bisa mengikuti pelatihan digital  learning yang banyak diadakan. Dalam pelatihan ini para guru bisa menambah wawasan  teknologinya sehingga melebihi wawasan para muridnya. Untuk memacu dan memicu  kreatifitasnya para guru bisa mengikuti berbagai lomba yang diadakan sekolah atau luar  sekolah agar terus bersemangat dan terus belajar yang hal baru. 

Transformasi digital telah mengubah paradigma dalam dunia pendidikan, memberikan  dampak signifikan terhadap metode pembelajaran dan pengajaran. Dalam era yang terus bertransformasi dengan pesat, pendidikan tidak dapat menghindar dari dampak revolusi digital  yang melanda segala bidang kehidupan. Sejak beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi  telah mengubah secara mendasar cara kita berinteraksi dengan informasi, budaya, dan tentu  saja, proses pendidikan. Pergeseran ini, dari pembelajaran konvensional menuju penggunaan  teknologi digital, membawa konsekuensi dan potensi yang mendalam untuk mengubah lanskap  pendidikan global.

C. Keterampilan Minat Baca 

Minat merupakan gambaran sikap seseorang ketika menginginkan sesuatu. Minat erat  kaitannya dengan emosi, sehingga melakukan suatu aktivitas secara kompulsif dapat  menyebabkan seseorang kehilangan minat terhadap aktivitas tersebut, termasuk membaca.  Ketertarikan dapat menimbulkan rasa senang bila terwujud, sebaliknya bila tidak dapat  diwujudkan timbul rasa kecewa di hati. Pengertian minat menurut bahasa Etimologi, ialah  usaha dan kemauan untuk mempelajari Learning dan mencari sesuatu. Secara tertminologi,  minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat baca adalah  kecenderungan jiwa seseorang secara mendalam yang ditandai dengan perasaan senang serta  berkeinginan kuat untuk membaca tanpa adanya paksaan (Anjani, Dantes, dan Arawan, 2019:  75). Minat baca memerluka perhatian yang meneyeluruh serta perasaan senang untuk membaca  selain itu minat baca disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca. 

Menurut Mansyur (2019: 3) minat baca merupakan kesadaran individu untuk membaca  yang berawal dari dorongan diri masing- masing yang didukung dengan lingkungan. Anak  yang membaca dengan minat akan lebih memahami bacaan yang sedang dibaca, karena anak  akan membaca dengan sepenuh hati. Agar siswa dapat mengetahui makna bacaan dibutuhkan  minat yang baik dalam membaca. 

Minat baca dapat diartikan sebagai minat membaca sesuatu, memperhatikan suatu topik  tertentu, dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari dan memperagakannya  dengan partisipasi aktif dan keinginan yang besar. untuk membaca Kemauan tersebut juga  merupakan keinginan yang besar untuk membaca dan didorong oleh kesadaran siswa akan  pentingnya keinginan membaca yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang  diinginkan oleh pembaca. Minat baca dapat diartikan sebagai minat membaca sesuatu,  memperhatikan suatu topik tertentu, dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui,  mempelajari dan memperagakannya dengan partisipasi aktif dan keinginan yang besar. untuk  membaca Kemauan tersebut juga merupakan keinginan yang besar untuk membaca dan  didorong oleh kesadaran siswa akan pentingnya keinginan membaca yang sangat diperlukan  untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pembaca. Peran orang tua dalam  mengembangkan minat baca pada anak sangat penting. Perlunya orang tua untuk menjalankan  perannya dalam mengembangkan minat baca pada anak. Hal tersebut dianggap penting karena  orang tua di sini memiliki peran sebagai pendidik utama bagi anak sebelum mengenali apapun.  Anak akan mendapatkan berbagai pelajaran serta pengetahuan awal dari orang tua, termasuk 

dalam kegiatan membaca. Orang tua sangat perlu mengembangkan minat baca pada anak sejak  dini. 

DISKUSI 

Implementasi ajaran tamanasiswa dalam pembelajaran abad 21 berbasis keterampilan minat  baca diera digitalisasi. Dilihat dari hasil pengamatan di sekolah-sekolah kurang  mengimplementasikan keterampilan minat baca yang dikolaborasikan dengan ajaran  tamansiswa. Ajaran tamansiswa yang diambil yaitu Konsep Tringo, terdiri dari ngerti, ngrasa,  nglakoni. Penggembangan konsep Tringa harus bersinergi dengan pola asah, asuh dan asih  orang tua. Artinya, peserta didik akan mendapatkan pendidikan secara utuh dan total untuk  meningkatkan tidak hanya kemampuan akademiknya, tetapi juga kemampuan afektif dan  psikomotoriknya. Oleh karena itu, para pendidik memiliki kontribusi yang besar terhadap  pencapaian Tringa. Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan  pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan  Komunikasi (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu  menghadapi tantangan global. Guru dituntut untuk menunjukkan profesionalisme dan empati  kepada peserta didik. Guru harus memahami sifat individu peserta didik sehingga guru dapat  merancang pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik, bukan hanya tujuan kurikulum.  Ngerti artinya mengerti, Ngrasa artinya merasakan atau menghayati dan Nglakoni artinya  melakukan serta menginovasikan. Jadi jangan hanya cukup mengerti, jangan hanya merasa  cukup, namun kamu harus melakukan apa yang benar dan apa yang menurut kita benar. 

KESIMPULAN 

Pendidikan memiliki peran penting dalam memajukan suatu bangsa, sebagaimana yang  disadari oleh para pejuang dan perintis kemerdekaan sejak zaman perjuangan dahulu. Mereka  menyadari bahwa pendidikan menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ki Hajar  Dewantara, yang dianggap sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memiliki kontribusi  besar dalam pengembangan pendidikan dengan prinsip-prinsipnya yang diwariskan melalui  Perguruan Nasional Taman Siswa. Salah satu kosep ajarannya yaitu "ing ngarsa sung tuladha",  "ing madya mangun karsa", dan "tut wuri handayani" yang menjadi landasan dalam  mengembangkan karakter dan kecerdasan anak bangsa. Pentingnya keterampilan minat baca 

juga ditekankan sebagai bagian integral dari pendidikan abad 21. Minat baca yang baik tidak  hanya membantu dalam pemahaman bacaan, tetapi juga dalam pengembangan diri secara  holistik. Peran orang tua dan pendidik dalam mengembangkan minat baca pada anak sangat  krusial untuk membentuk generasi yang gemar membaca dan memiliki daya kritis yang baik. 

Secara keseluruhan, pendidikan yang baik dan terarah dengan prinsip-prinsip yang sesuai  dengan zaman dan kebutuhan akan membawa dampak positif dalam memajukan bangsa,  menghadapi tantangan global, dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat. 

DAFTAR PUSTAKA 

Dewatntara, Ki Hajar. (1953 ). Pendidikan. Penerbit Tamansiswa. 

Niyarci, Diana, Deni Setiawan. (2022). “Perkembangan Pendidikan Abad 21 Berdasarkan  Teori Ki Hajar Dewantara” . Pedagogika: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan. Volume 2 (1),  page. 47 – 55. 

Fitroh, Ismaul dan Moh. Imron Rosidi. (2023).” Taman Siswa: Pemikiran Ki Hajar  Dewantara Dalam Tinjauan Historis”. Journal on Education : Volume 5 (2) , 2677-2688. 

Suryana, Cucu dan Tatang Muhtar (2022). “Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki  Hajar Dewantara di Sekolah Dasar pada Era Digital”. Jurnal Basicedu : Volume 6 (4),  5501-7663. 

Hidayat, Rosidah Aliim.(2022). SBII Tamansiswa : “Kunci Menuju Generasi Adaptif di Abad  2”1. Prosiding Seminar Nasional PGSD UST, Volume 1(1), 6-11.


×
Berita Terbaru Update