MENGIMPLEMENTASIKAN AJARAN TAMANSISWA DALAM PENDIDIKAN ABAD 21 : IMPLEMENTASI AJARAN TAMANSISWA DI ERA DIGITALISASI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MINAT BACA
Brendawati Hadi Putri1, Latifah Maelani2, Nur Azizah3
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Email : brendaputri3814@gmail.com latifahmaelani86@gmail.com na4573712@gmail.com
ABSTRACT
The important role of education in advancing the nation, seen from a historical perspective to the context of the 21st century. Education is recognized as the main means to educate the nation's life, an idea that has been instilled since the era of the struggle for independence. Ki Hajar Dewantara, as the Father of Indonesian National Education, made a major contribution through Taman Siswa National College with his principles which include "ing ngarsa sung tuladha", "ing madya mangun karsa", and "tut wuri handayani". Reading interest skills are also considered important in the context of 21st century education, because they not only help in reading comprehension but also in holistic self-development. The role of parents and educators is crucial in developing children's interest in reading, as a foundation for forming a generation that loves to read and has good critical skills. Education that is based on the values of the times and contemporary needs is believed to have a positive impact on advancing the nation, facing global challenges, and improving the welfare of society as a whole.
ABSTRAK
Peran penting pendidikan dalam memajukan bangsa, dilihat dari perspektif sejarah hingga konteks abad ke-21. Pendidikan diakui sebagai sarana utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebuah gagasan yang telah ditanamkan sejak zaman perjuangan kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memberikan kontribusi besar melalui Perguruan Nasional Taman Siswa dengan prinsip-prinsipnya yang meliputi "ing ngarsa sung tuladha", "ing madya mangun karsa", dan "tut wuri handayani". Keterampilan minat baca juga dipandang penting dalam konteks pendidikan abad 21, karena tidak hanya membantu dalam pemahaman bacaan tetapi juga dalam pengembangan diri secara holistik. Peran orang
tua dan pendidik menjadi krusial dalam mengembangkan minat baca pada anak, sebagai fondasi untuk membentuk generasi yang gemar membaca dan memiliki kemampuan kritis yang baik. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai zaman dan kebutuhan kontemporer diyakini dapat membawa dampak positif dalam memajukan bangsa, menghadapi tantangan global, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai aktor utama. Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Beliau adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia
Bersama rekan-rekan seperjuangannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Nationaal Onderwijs Institut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsanya, Ki Hajar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu ing ngarsa sung tuladha (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Begitu juga konsep Sistem Among (sistem pengajaran) dan Kodrat Alam (kehendak alam) juga merupakan buah gagasan dari pemikirannya. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara merangkum konsep yang dikenal dengan istilah Among Methode atau sistem among. Among mempunyai arti menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksana “among” disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Guru atau dosen di Taman Siswa disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus bangsa kembali membedah intisari dari konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam pandangan pendidikan multiliterasi. Tuntutan revitalisasi sistem kurikulum diimplementasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan cara mengembangkan kurikulum baru yaitu kurikulum K13. Kurikulum K13 ini mengadaptasi konsep pendidikan abad 21. Kompetensi Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan global. (Ayu, 2019). Abad 21 dicirikan oleh berkembangnya informasi secara digital. Masyarakat secara masif terkoneksi satu dengan lainnya. Hal inilah yang dikatakan oleh banyak orang dengan revolusi industri, terutama industri informasi.
Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak hanya pada tuntutan kinerja guru dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan anak-anak menerapkan 4C dalam keseharian (Prihadi, 2017). Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Sangat disayangkan, apabila siswa mempunyai minat membaca yang rendah karena pengetahuan siswa terbatas. Oleh sebab itu adanya kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak yang terkait serta membuat kegiatan yang sesuai dan edukatif diharapkan dapat membangun dan meningkatkan minat baca di kalangan siswa sekolah.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber yang relevan, termasuk buku,artikel, dan dokumen kebijakan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang keterampilan minat baca siswa di sekolah dasar. Waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar X. Waktu penelitian dilaksanakan pada jam pembelajaran. Objek pada penelitian ini adalah perpustakaan dan pojok baca, serta siswa yang membaca buku diperpustakaan.
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Implementasi Ajaran Tamansiswa pada Pendidikan abad-21
Pendidikan tamansiswa dalam menghadapi perkembangan zaman dan alam. Pada Pendidikan abad 21 ini memerlukan kemampuan beradaptasi untuk mempertahankan jati diri. Dalam melakukan adaptasi memerlukan budaya yang dipegang kuat dalam mengimplementasikan yaitu adat istiadat SBII (sifat, bentuk, isi, dan irama). Dalam SBII yang menjadi paten yaitu sifat, bentuk, dan isi, sedangkan irama dapat berubah mengikuti dengan perkembangan zaman yang ada. Dalam dunia Pendidikan SBII dapat di implementasikan melalui ajaran tamansiswa. Ajaran tamansiswa yaitu Pendidikan tamansiswa yang dilaksanakan untuk mempertajam daya cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan tamansiswa memiliki ciri khas pancadarma yaitu, kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Kodrat alam yaitu sesuatu yang berkaitan dengan minat bakat untuk mengembangkan aspek pengembangan, kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk. Kemerdekaan yaitu menjadi dasar untuk mengembangkan diri menjadi sabar dan kuat dalam suasana keseimbangan dan keselarasan kehidupan di Masyarakat. Kebudayaan yaitu merupakan bukti bahwa manusia dapat mengatasi berbagai rintangan di dalam hidup untuk mencapai sebuah kesuksesan. Kebangsaan yaitu adanya suatu bangsa dalam suka maupun duka, serta mencapai kebahagiaan lahir dan batin seluruh bangsa. Kemanusiaan yaitu memiliki akal sehat serta keluhuran akal budi untuk menimbulkan rasa dan cinta kasih kepada sesama manusia dan makhluk hidup.
Ajaran tamansiswa bersifat konseptual, fatwa, pedoman operasional, dan nasehat atau semboyan-semboyan tamansiswa. Ada beberapa ajaran tamansiswa yang perlu kita ketahui sebagai berikut:
a. Tripusat Pendidikan
Tripusat Pendidikan adalah dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan Masyarakat, ketiga lingkungan tersebut saling berkaitan untuk membentuk Pendidikan serta memberikan manfaat bagi Masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa agar lebih maju.
b. Trikon
Trikon adalah digunakan untuk mengembangkan kebudayaan yang terdiri dari kontinyu, konvergensi, dan konsentris, dari ketiga tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan untuk kemajuan kebudayaan yang ada dan tidak meninggal budaya yang asli.
c. Tringa : Ngerti, Ngrasa, Nglakoni
Tringa adalah untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang apa yang telah dipelajari, mempertajam pemahamannya, dan meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan apa yang dipelajarinya. Konsep Tringa terdiri dari Ngerti, Ngroso, Nglakoni. Ngerti artinya mengerti, Ngroso artinya merasakan atau menghayati, dan Nglakoni artinya melakukan. Maka dari itu dalam mengimplementasikannya tidak hanya cukup mengerti, merasakan, namun harus melakukan apa yang telah dipelajari.
d. Tri Hayu
Tri Hayu adalah Memayu hayuning saliro (membahagiakan diri sendiri), Memayu hayuning bongso (membahagiakan hidup bangsa), Memayu hayuning manungso ( membahagiakan hidup manusia pada umumnya).
e. Tripantangan
Tripantangan adalah larangan atau pantangan dalam tamansiswa yaitu: 1. Larangan dalam penyalahgunaan kekuasaan yang telah dimiliki. 2. Larangan dalam pelanggaran kesusilaan.
3. Larangan dalam penyelewangan keuangan, termasuk larangan tak tertulis, bahwa ketua menjabat sebagai ketua bagian dari perbendaharaan. f. Tri N
Tri N adalah salah satu Ajaran Tamansiswa yang digunakan dalam proses pembelajaran. Tri N bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam penbelajaran IPA di sekolah dasar. Tri N terdiri dari niteni, niroake, dan nambahake
Jika di implementasikan dalam proses pembelajaran, niteni yaitu mengingat atau mengenali apa yang telah disampaikan oleh guru atau sesuatu yang telah dipelajari, niroake yaitu menirukan sesuatu yang telah dipelajari, nambahake yaitu menginovasikan atau mengembangkan sesuatu yang telah dipelajari.
g. Tri Sakti Jiwa
Tri Sakti Jiwa adalah kemampuan yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa yang berarti Pendidikan harus mengembangkan daya olah piker, olah hati, dan daya karsa atau kemuan anak didik secara seimbang. Jika akan mengimplementasikan Tri Sakti Jiwa maka anak harus melakukannya secara berurutan.
h. Trilogi Kepemimpinan
Trilogi Kepemimpinan adalah semboyan yang mejadi dasar Pendidikan yang meliputi dari: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, arti dari semboyan ini yaitu seorang pendidik didepan harus memberikan contoh yang terpuji atau terbaik, ditengah memberikan dukungan atau dorongan keanak didik, dan mengikuti dari belakang untuk memberikan pengaruh baik.
i. Tritantangan
Tritantangan adalah salah satu ajaran tamansiswa yang dilakukan untuk megatasi hambatan dan tatangan yang menghadang untuk memajukan memerdekan serta mensejahterakan bagsa yaitu dengan :
1. Mengatasi dalam hal kebodohan
2. Megatasi kemiskinan
3. Megatasi keterbelakngan
B. Pendidikan di Era Digitalisasi
Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga dengan interaksi dan penyampaian informasi dapat berlangsung dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negative pada suatu Negara. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Tuntutan revitalisasi sistem kurikulum diimplementasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan cara mengembangkan kurikulum baru yaitu
kurikulum K13. Kurikulum K13 ini mengadaptasi konsep pendidikan abad 21. Kompetensi Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan global. (Ayu, 2019). Pendidikan Digital merupakan konsep/cara memberikan pelajaran kepada peserta didik dengan menggunakan media antara lain menggunakan bantuan computer/notebook, smartphone, video, Audio dan visual. Menurut Kristiawan dkk (2019) dalam dunia pendidikan tidak hanya fokus pada satu teknologi yang digunakan, namun teknologi sangat banyak ragamnya dan akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran.
Pendidikan berbasis digital adalah pendidikan yang menggunakan media elektronik sebagai alat bantu untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Alat bantu ini adalah produk dari Teknologi Informasi dan Komunikasi atau disingkat TIK. Dari produk TIK ini lahir TIK untuk pendidikan yang dapat dikembangkan menjadi jaringan internet dan internet (Kristiawan, 2014). Pendidikan berbasis digital sebaiknya mampu menguatkan jaringan intranet sekolah lebih dahulu, baru kemudian jaringan internet. Dengan begitu, biaya akses internet dapat ditekan, dan sekolah dapat menikmati akses internet cepat dengan biaya murah. Kerjasama dengan pihak sponsor, tentu akan membantu sekolah dari sisi pembiayaan. Pendidikan berbasis digital harus mampu diimbangi dengan tersedianya SDM tenaga pendidik yang profesional, dan ini telah menjadi program dari organisasi ikatan guru Indonesia (IGI) dalam pelatihan-pelatihan berbasis ICT, dimana guru harus melek internet dan mampu menulis. Untuk meningkatkan skill teknologi digitalnya, para guru juga bisa mengikuti pelatihan digital learning yang banyak diadakan. Dalam pelatihan ini para guru bisa menambah wawasan teknologinya sehingga melebihi wawasan para muridnya. Untuk memacu dan memicu kreatifitasnya para guru bisa mengikuti berbagai lomba yang diadakan sekolah atau luar sekolah agar terus bersemangat dan terus belajar yang hal baru.
Transformasi digital telah mengubah paradigma dalam dunia pendidikan, memberikan dampak signifikan terhadap metode pembelajaran dan pengajaran. Dalam era yang terus bertransformasi dengan pesat, pendidikan tidak dapat menghindar dari dampak revolusi digital yang melanda segala bidang kehidupan. Sejak beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah secara mendasar cara kita berinteraksi dengan informasi, budaya, dan tentu saja, proses pendidikan. Pergeseran ini, dari pembelajaran konvensional menuju penggunaan teknologi digital, membawa konsekuensi dan potensi yang mendalam untuk mengubah lanskap pendidikan global.
C. Keterampilan Minat Baca
Minat merupakan gambaran sikap seseorang ketika menginginkan sesuatu. Minat erat kaitannya dengan emosi, sehingga melakukan suatu aktivitas secara kompulsif dapat menyebabkan seseorang kehilangan minat terhadap aktivitas tersebut, termasuk membaca. Ketertarikan dapat menimbulkan rasa senang bila terwujud, sebaliknya bila tidak dapat diwujudkan timbul rasa kecewa di hati. Pengertian minat menurut bahasa Etimologi, ialah usaha dan kemauan untuk mempelajari Learning dan mencari sesuatu. Secara tertminologi, minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat baca adalah kecenderungan jiwa seseorang secara mendalam yang ditandai dengan perasaan senang serta berkeinginan kuat untuk membaca tanpa adanya paksaan (Anjani, Dantes, dan Arawan, 2019: 75). Minat baca memerluka perhatian yang meneyeluruh serta perasaan senang untuk membaca selain itu minat baca disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca.
Menurut Mansyur (2019: 3) minat baca merupakan kesadaran individu untuk membaca yang berawal dari dorongan diri masing- masing yang didukung dengan lingkungan. Anak yang membaca dengan minat akan lebih memahami bacaan yang sedang dibaca, karena anak akan membaca dengan sepenuh hati. Agar siswa dapat mengetahui makna bacaan dibutuhkan minat yang baik dalam membaca.
Minat baca dapat diartikan sebagai minat membaca sesuatu, memperhatikan suatu topik tertentu, dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari dan memperagakannya dengan partisipasi aktif dan keinginan yang besar. untuk membaca Kemauan tersebut juga merupakan keinginan yang besar untuk membaca dan didorong oleh kesadaran siswa akan pentingnya keinginan membaca yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pembaca. Minat baca dapat diartikan sebagai minat membaca sesuatu, memperhatikan suatu topik tertentu, dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari dan memperagakannya dengan partisipasi aktif dan keinginan yang besar. untuk membaca Kemauan tersebut juga merupakan keinginan yang besar untuk membaca dan didorong oleh kesadaran siswa akan pentingnya keinginan membaca yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pembaca. Peran orang tua dalam mengembangkan minat baca pada anak sangat penting. Perlunya orang tua untuk menjalankan perannya dalam mengembangkan minat baca pada anak. Hal tersebut dianggap penting karena orang tua di sini memiliki peran sebagai pendidik utama bagi anak sebelum mengenali apapun. Anak akan mendapatkan berbagai pelajaran serta pengetahuan awal dari orang tua, termasuk
dalam kegiatan membaca. Orang tua sangat perlu mengembangkan minat baca pada anak sejak dini.
DISKUSI
Implementasi ajaran tamanasiswa dalam pembelajaran abad 21 berbasis keterampilan minat baca diera digitalisasi. Dilihat dari hasil pengamatan di sekolah-sekolah kurang mengimplementasikan keterampilan minat baca yang dikolaborasikan dengan ajaran tamansiswa. Ajaran tamansiswa yang diambil yaitu Konsep Tringo, terdiri dari ngerti, ngrasa, nglakoni. Penggembangan konsep Tringa harus bersinergi dengan pola asah, asuh dan asih orang tua. Artinya, peserta didik akan mendapatkan pendidikan secara utuh dan total untuk meningkatkan tidak hanya kemampuan akademiknya, tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Oleh karena itu, para pendidik memiliki kontribusi yang besar terhadap pencapaian Tringa. Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan global. Guru dituntut untuk menunjukkan profesionalisme dan empati kepada peserta didik. Guru harus memahami sifat individu peserta didik sehingga guru dapat merancang pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik, bukan hanya tujuan kurikulum. Ngerti artinya mengerti, Ngrasa artinya merasakan atau menghayati dan Nglakoni artinya melakukan serta menginovasikan. Jadi jangan hanya cukup mengerti, jangan hanya merasa cukup, namun kamu harus melakukan apa yang benar dan apa yang menurut kita benar.
KESIMPULAN
Pendidikan memiliki peran penting dalam memajukan suatu bangsa, sebagaimana yang disadari oleh para pejuang dan perintis kemerdekaan sejak zaman perjuangan dahulu. Mereka menyadari bahwa pendidikan menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ki Hajar Dewantara, yang dianggap sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan dengan prinsip-prinsipnya yang diwariskan melalui Perguruan Nasional Taman Siswa. Salah satu kosep ajarannya yaitu "ing ngarsa sung tuladha", "ing madya mangun karsa", dan "tut wuri handayani" yang menjadi landasan dalam mengembangkan karakter dan kecerdasan anak bangsa. Pentingnya keterampilan minat baca
juga ditekankan sebagai bagian integral dari pendidikan abad 21. Minat baca yang baik tidak hanya membantu dalam pemahaman bacaan, tetapi juga dalam pengembangan diri secara holistik. Peran orang tua dan pendidik dalam mengembangkan minat baca pada anak sangat krusial untuk membentuk generasi yang gemar membaca dan memiliki daya kritis yang baik.
Secara keseluruhan, pendidikan yang baik dan terarah dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan zaman dan kebutuhan akan membawa dampak positif dalam memajukan bangsa, menghadapi tantangan global, dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewatntara, Ki Hajar. (1953 ). Pendidikan. Penerbit Tamansiswa.
Niyarci, Diana, Deni Setiawan. (2022). “Perkembangan Pendidikan Abad 21 Berdasarkan Teori Ki Hajar Dewantara” . Pedagogika: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan. Volume 2 (1), page. 47 – 55.
Fitroh, Ismaul dan Moh. Imron Rosidi. (2023).” Taman Siswa: Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Tinjauan Historis”. Journal on Education : Volume 5 (2) , 2677-2688.
Suryana, Cucu dan Tatang Muhtar (2022). “Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara di Sekolah Dasar pada Era Digital”. Jurnal Basicedu : Volume 6 (4), 5501-7663.
Hidayat, Rosidah Aliim.(2022). SBII Tamansiswa : “Kunci Menuju Generasi Adaptif di Abad 2”1. Prosiding Seminar Nasional PGSD UST, Volume 1(1), 6-11.