-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Peran Guru Dalam Mendidik Siswa SD Yang Mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas Di Kelas Inklusif.

Rabu, 16 April 2025 | April 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T03:36:10Z

Peran Guru Dalam Mendidik Siswa SD Yang Mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas Di Kelas Inklusif.

Intan Melida/2022015145

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Melidaintan474@gmail.com 



  1. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan tidak terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi peserta didik, salah satunya adalah adanya kondisi khusus yang memengaruhi proses belajar mereka. Salah satu gangguan perkembangan yang sering ditemui di lingkungan pendidikan adalah Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau yang secara internasional dikenal dengan istilah Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Anak dengan GPPH menunjukkan kesulitan dalam memusatkan perhatian, kecenderungan bertindak impulsif, serta perilaku hiperaktif yang tidak terkendali.

Kondisi ini menimbulkan berbagai dampak yang kompleks, mulai dari kesulitan akademik, hambatan dalam berinteraksi sosial, hingga tantangan dalam membangun perilaku disiplin. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai ciri, penyebab, dan dampak dari GPPH sangat penting, terutama bagi para pendidik dan orang tua. Guru sebagai figur utama dalam lingkungan pendidikan memiliki peran strategis dalam menciptakan pendekatan pembelajaran yang adaptif bagi siswa dengan GPPH. Dengan penerapan metode pengajaran yang tepat, anak-anak dengan gangguan ini dapat dibantu untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

  1. PEMBAHASAN 

  1.  Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas (GPPH).

  1. Pengertian GPPH

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan kondisi neuroperilaku yang memengaruhi fokus, kontrol impuls, dan aktivitas fisik anak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik genetik maupun lingkungan, dan dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan akademik serta sosial anak. Anak dengan GPPH menunjukkan ciri khas seperti kesulitan memusatkan perhatian, impulsivitas tinggi, hiperaktivitas, serta kesulitan dalam mengatur diri dan rutinitas harian.

Guru memiliki peran penting dalam mendukung anak dengan GPPH melalui pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Dengan menerapkan strategi seperti penguatan perilaku positif, penataan lingkungan belajar yang kondusif, serta kerja sama dengan orang tua, proses belajar anak dengan GPPH dapat dioptimalkan. Kesadaran dan pemahaman yang tepat dari semua pihak terkait—baik guru, sekolah, maupun keluarga—akan sangat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.

  1. Faktor Penyebab GPPH

Beberapa faktor diyakini memiliki kaitan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya GPPH pada anak. Faktor-faktor ini bersifat multifaktor dan melibatkan unsur biologis maupun lingkungan.

  1. Faktor Genetik 

Penelitian menunjukkan bahwa adanya riwayat GPPH dalam keluarga, khususnya pada orang tua, dapat berperan dalam meningkatkan kemungkinan anak mengalami kondisi serupa. Ini menunjukkan adanya kecenderungan hereditas dalam gangguan ini.

  1. Paparan Zat Tertentu Selama Kehamilan 

Konsumsi zat seperti tembakau dan alkohol oleh ibu selama masa kehamilan diduga menjadi salah satu faktor yang berpotensi memengaruhi perkembangan neurobiologis janin, yang kemudian berkaitan dengan risiko GPPH.

  1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Anak yang lahir dengan berat badan di bawah rata-rata berpotensi memiliki risiko lebih tinggi mengalami GPPH. Meskipun begitu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana gejala tersebut dapat berlanjut hingga masa dewasa.


  1. Kelahiran Prematur

Anak yang lahir sebelum usia kehamilan cukup bulan memiliki kerentanan lebih besar terhadap gangguan perkembangan, termasuk GPPH. Penelitian menunjukkan sekitar 30% anak yang lahir pada usia kehamilan 36 minggu menunjukkan tanda-tanda GPPH saat memasuki usia sekolah.

  1. Riwayat Proses Persalinan

Beberapa kasus menunjukkan bahwa proses kelahiran menggunakan ekstraksi forceps mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko GPPH, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memperkuat temuan ini.

  1. Riwayat Kejang Demam dan Trauma Kepala

Anak dengan riwayat kejang demam atau pernah mengalami cedera kepala memiliki kemungkinan lebih besar untuk menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan GPPH.

  1. Jenis Kelamin

GPPH lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Perbandingan jumlah kasus antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 3:1 hingga 4:1 di lingkungan klinis, dan sekitar 2:1 di masyarakat umum.

  1. Faktor Usia 

Sekitar 30% hingga 50% anak yang mengalami GPPH dapat terus menunjukkan gejalanya hingga dewasa. Gejala hiperaktivitas cenderung menurun seiring perkembangan usia dan kematangan sistem kontrol diri, namun kesulitan dalam memusatkan perhatian bisa saja tetap bertahan.

  1. Ciri-Ciri GPPH

  1. Kesulitan Memusatkan Perhatian

  2. Impulsivitas Tinggi

  3. Aktivitas Fisik yang Berlebih (Hiperaktivitas)

  4. Perhatian Tidak Stabil

  5. Kesulitan dalam Mengatur Diri

  6. Keterlambatan dalam "Bicara dalam Hati"

  1. Dampak GPPH

GPPH dapat memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan anak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun sosial. Beberapa dampak yang sering muncul antara lain:

  1. Anak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran secara optimal.

  2. Anak cenderung tidak merespons secara konsisten terhadap arahan atau permintaan dari orang tua.

  3. Anak menunjukkan tantangan dalam menjalani rutinitas yang membutuhkan kedisiplinan.

Jika kondisi ini tidak tertangani dengan tepat, maka dapat memengaruhi kemampuan anak dalam menyesuaikan diri secara sosial maupun akademik. Hambatan ini bisa berdampak jangka panjang terhadap perkembangan pribadi dan hubungan anak di lingkungan sekitarnya. Selain itu, GPPH juga kerap disertai dengan beberapa kondisi lain, seperti:

  1. Gangguan perilaku

  2. Sikap menolak atau menentang otoritas

  3. Gejala depresi dan kecemasan

  4. Kesulitan dalam proses belajar

  5. Masalah dalam pengendalian gerak dan perhatian

  6. Gangguan persepsi (DAMP)

  7. Keterlambatan perkembangan intelektual

  8. Bahkan berpotensi berkembang menjadi kondisi seperti autisme

  1.  Peran Guru Dalam Mendidik Siswa GPPH Di Kelas.

Dalam upaya menangani perilaku anak hiperaktif, guru memiliki peran strategis yang mencakup tiga fungsi utama: sebagai pendidik, fasilitator, dan evaluator.

  1. Guru sebagai pendidik 

Guru memberikan perlakuan yang adil terhadap semua siswa, namun menunjukkan perhatian khusus terhadap anak yang hiperaktif. Pendekatan yang dilakukan meliputi pemberian pengawasan intensif, tugas yang disesuaikan, serta ruang gerak yang fleksibel namun tetap dalam kontrol.

  1. Guru sebagai fasilator

Guru menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, serta menyediakan media atau alat bermain yang mendukung kebutuhan anak hiperaktif agar tetap terlibat secara aktif namun terstruktur.

  1. Guru sebagai Evaluator

Dalam peran ini, guru melakukan penilaian tidak hanya berdasarkan hasil kerja anak, tetapi juga perkembangan perilaku mereka dari waktu ke waktu, sebagai bagian dari proses pemantauan dan perbaikan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

Menurut Sugiarmin dalam Baihaqi (2008:68), penanganan siswa hiperaktif memerlukan pendekatan yang tepat dan dilakukan secara berulang. Jika metode yang digunakan belum menunjukkan hasil, perlu dipertimbangkan untuk mengganti atau memodifikasi pendekatan tersebut.

Beberapa strategi yang dapat diterapkan guru mencakup:

  1. Mengurangi perilaku negatif dengan memahami penyebabnya dan mengarahkannya ke bentuk perilaku yang lebih positif.

  2. Mendorong perilaku yang diharapkan melalui penguatan atau reinforcement secara konsisten (Baihaqi, 2008: 68-71).

Selain itu, ada sejumlah langkah praktis yang disarankan bagi guru saat menghadapi anak dengan GPPH:

  1. Tempatkan siswa di posisi dekat guru dan di antara teman yang tenang.

  2. Hindari lokasi yang dapat mengganggu fokus seperti dekat jendela atau benda mencolok.

  3. Bangun kontak mata saat berkomunikasi.

  4. Rapikan area belajar dari benda-benda yang tidak dibutuhkan.

  5. Gunakan kontak fisik ringan, seperti menepuk bahu, untuk menarik perhatian.

  6. Berikan pujian ketika anak menunjukkan perilaku tenang.

  7. Libatkan orang tua dalam menyediakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.

  8. Ajak orang tua melatih rutinitas harian yang terstruktur.

  9. Anjurkan persiapan kebutuhan sekolah di malam hari agar pagi lebih tertib.

  1. KESIMPULAN 

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan kondisi neuroperilaku yang memengaruhi fokus, kontrol impuls, dan aktivitas fisik anak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik genetik maupun lingkungan, dan dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan akademik serta sosial anak. Anak dengan GPPH menunjukkan ciri khas seperti kesulitan memusatkan perhatian, impulsivitas tinggi, hiperaktivitas, serta kesulitan dalam mengatur diri dan rutinitas harian.

Guru memiliki peran penting dalam mendukung anak dengan GPPH melalui pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Dengan menerapkan strategi seperti penguatan perilaku positif, penataan lingkungan belajar yang kondusif, serta kerja sama dengan orang tua, proses belajar anak dengan GPPH dapat dioptimalkan. Kesadaran dan pemahaman yang tepat dari semua pihak terkait—baik guru, sekolah, maupun keluarga—akan sangat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.

REFERENSI


Suprihatin, T. (2014). Modifikasi Perilaku Untuk Meningkatkan Perilaku Memperhatikan Pada Siswa Sd Yang Mengalami Gejala Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph). Proyeksi, 9(2), 15-36.

Tristanti, I., Indanah, I., & Prasetyo, T. I. (2020). Kejadian Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph) Pada Anak Pra Sekolah Di Rsud Dr Loekmonohadi Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(1), 23-30.

Nisa, F. A., & Khotimah, N. (2019). Metode guru dalam meningkatkan konsentrasi anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (gpph/adhd) dalam kegiatan belajar. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 3(2), 235-248.

Mingkala, H. (2021). Pendampingan peran guru dan orang tua dalam mendidik anak hiperaktif serta cara menangani anak hiperaktif. Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat Dan Pengabdian, 1(1), 27-34.

Jebia, F. K. (2022). Peran Guru Dalam Penanganan Perilaku Anak Hiperaktif Di Paud Santu Ignatius Sampar Desa Ponglale Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggara (Doctoral dissertation, Unika Santu Paulus Ruteng).


×
Berita Terbaru Update