Implementasi kurikulum merdeka di SD
Penulis: Wulan Wijayanti
PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Kurikulum Merdeka telah dicanangkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A
tanggal 11 Februari 2022 lalu saat meluncurkan Merdeka Belajar Episode 15:
Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum Merdeka mulai
diberlakukan secara Nasional pada tahun 2024 ini. Menteri Pendidikan,
Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan kurikulum merdeka
hadir sebagai inovasi dalam menciptakan suasana belajar dan Bahagia. Nadiem
mengharapkan adanya pembelajaran yang tidak menyusahkan guru atau peserta didik
dengan menunjukkan ketercapaian tinggi nilai atau KKM, berganti menjadi
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kemendikbud
Ristek juga menjelaskan bahwa kekhasan kurikulum merdeka, yaitu 1) Jam belajar
pertahun 144 jam, 2) Adanya Capaian Pembelajaran, 3) Adanya Tujuan
Pembelajaran, 4) Modul Ajar, 5) Guru merancang pembelajaran perminggu dengan
20% Project dari intrakurikuler contoh perminggu mata pelajaran PKn 4 jam, maka
3 jam intrakurikuler dan 1 jam kokurikuler, 6) Bisa sistem block. 7) Mata
pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS, 8) Berbasis proyek tetapi tidak
mengurangi intrakurikuler, 9) Mata Pelajaran SBdP hanya bisa diajarkan satu
bidang saja, misalnya seni rupa, seni tari, atau seni suara. 10) Pembelajaran
harus berdiferensiasi, 11) Setiap kelas dibagi beberapa fase, kelas 1 dan 2
fase A, kelas 3 dan 4 fase B, kelas 5 dan 6 fase C. Jika siswa tidak mampu
mencapai capaian pembelajaran di kelas 1, maka siswa dapat menyelesaikan capaian
pembelajaran di fase berikutnya. Kurikulum merdeka ini secara holistic mengukur
kompetensi peserta didik (Nurcahyo dalam Iskandar et al., 2023).
Peluang yang Ditawarkan Kurikulum Merdeka
Kurikulum
Merdeka membuka ruang inovasi yang lebih luas bagi guru dan sekolah. Guru
diberi keleluasaan dalam memilih dan menyusun materi ajar sesuai dengan
karakteristik siswa dan lingkungan sekitar. Selain itu, struktur kurikulum yang
lebih fleksibel memungkinkan terjadinya pengintegrasian proyek penguatan profil
pelajar Pancasila (P5), yang berfungsi mengasah soft skills, kreativitas, serta
nilai-nilai kebhinekaan. Dalam konteks SD tempat saya magang, proyek P5 bertema
“Gaya Hidup Berkelanjutan” diimplementasikan melalui kegiatan daur ulang sampah
plastik menjadi pot tanaman. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif,
mendorong partisipasi aktif siswa, serta membentuk karakter peduli
lingkungan.Guru juga dibantu oleh platform digital seperti Merdeka Mengajar
yang menyediakan referensi RPP, asesmen diagnostik, dan video pembelajaran. Hal
ini sangat membantu terutama bagi guru yang sebelumnya kesulitan beradaptasi
dengan perubahan kurikulum.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun
menjanjikan banyak perubahan positif, implementasi Kurikulum Merdeka tidak
lepas dari sejumlah tantangan. Pertama, masih banyak guru yang belum memiliki
pemahaman utuh tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi. Beberapa guru
merasa kesulitan melakukan asesmen diagnostik awal karena keterbatasan waktu
dan keterampilan.
Kedua, infrastruktur sekolah yang belum merata juga
menjadi hambatan. Di sekolah tempat saya magang, keterbatasan perangkat TIK
membuat guru tidak optimal memanfaatkan platform digital pembelajaran. Selain
itu, rasio jumlah siswa dan guru yang tinggi menyebabkan pembelajaran
berdiferensiasi tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Ketiga, belum semua orang tua siswa memahami perubahan
pendekatan pembelajaran ini. Beberapa orang tua masih berharap guru mengajarkan
materi secara seragam dan menilai kemampuan siswa berdasarkan hasil ujian
tertulis semata.
Solusi dan Rekomendasi
Agar
Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan secara optimal di tingkat SD,
dibutuhkan dukungan menyeluruh dari berbagai pihak. Pertama, perlu ada
pelatihan berkelanjutan bagi guru, terutama mengenai strategi pembelajaran
berdiferensiasi dan asesmen formatif. Pelatihan harus bersifat praktis dan
kontekstual, bukan sekadar teoritis.
Kedua, pemerintah dan dinas pendidikan harus
memperhatikan pemerataan sarana dan prasarana sekolah, khususnya di daerah yang
belum memiliki akses TIK yang memadai.
Ketiga, sekolah perlu menggandeng orang tua dalam
memahami arah perubahan kurikulum. Ini bisa dilakukan melalui kegiatan
parenting education yang menjelaskan manfaat pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka
Beberapa
cara yang dapat digunakan jika sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah akan
menetapkan kurikulum pembelajaran merdeka belajar, antara lain:
1. Berpartisipasi dalam sosialisasi pendidikan,
pelatihan, webinar, dan kegiatan persiapan bimbingan teknologi sebelum
menerapkan kurikulum merdeka untuk mengenal dan memahami persyaratan kurikulum
merdeka,
2. Melakukan kerja sama di sekolah/madasah untuk
menentukan jenis kurikulum yang akan digunakan
3. Mengisi
angket pendaftaran implementasi kurikulum merdeka apabila sekoleh telah
memutuskan untuk
memilih menerapkan kurikulum, maka untuk sekolah
berada di bawah kemendikbudristek, sedangkan untuk madrasah berada di bawah
Kemenag yang kemudian mengusulkan kepada Kanwil Kementerian Agama Provinsi
melalui Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
4. Membentuk tim untuk mempersiapkan implementasi
kurikulum merdeka atau Tim Pengembang Kurikulum yang mengkoordinir, yang
terdiri atas:
a. Pelatihan guru
b. mengangkat
koordinator pembelajaran berbasis proyek
c. Melakukan kreasi dan inovasi sesuai visi, misi,
tujuan, dan kekhasan sekolah/madrasah dengan menyusun kurikulum operasional
sekolah/madrasah
d. menyiapkan
contoh perangkat perangkat kurikulum merdeka (Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan, Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan Pebelajaran, Modul Ajar, Bahan
Ajar, Assesmen, Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek)
5. Bahan ajar
belajar merdeka, kurikulum merdeka harus bersifat mandiri.
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka, yang mulai
diberlakukan secara nasional pada tahun 2024, merupakan inovasi dari
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
yang bertujuan menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan berpusat
pada peserta didik. Kurikulum ini berfokus pada Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP), bukan hanya nilai atau KKM semata, dan secara holistik
mengukur kompetensi siswa. Secara keseluruhan, implementasi
Kurikulum Merdeka di SD memerlukan komitmen kuat dari seluruh ekosistem
pendidikan, mulai dari pemerintah, dinas pendidikan, sekolah, guru, hingga
orang tua, agar tujuan menciptakan pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada
siswa dapat tercapai secara optimal.