-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Implementasi kurikulum merdeka di Sd

Jumat, 18 Juli 2025 | Juli 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-18T09:58:59Z



Implementasi kurikulum merdeka di SD

Penulis: Wulan Wijayanti

PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa




        Kurikulum Merdeka telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A tanggal 11 Februari 2022 lalu saat meluncurkan Merdeka Belajar Episode 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum Merdeka mulai diberlakukan secara Nasional pada tahun 2024 ini. Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan kurikulum merdeka hadir sebagai inovasi dalam menciptakan suasana belajar dan Bahagia. Nadiem mengharapkan adanya pembelajaran yang tidak menyusahkan guru atau peserta didik dengan menunjukkan ketercapaian tinggi nilai atau KKM, berganti menjadi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kemendikbud Ristek juga menjelaskan bahwa kekhasan kurikulum merdeka, yaitu 1) Jam belajar pertahun 144 jam, 2) Adanya Capaian Pembelajaran, 3) Adanya Tujuan Pembelajaran, 4) Modul Ajar, 5) Guru merancang pembelajaran perminggu dengan 20% Project dari intrakurikuler contoh perminggu mata pelajaran PKn 4 jam, maka 3 jam intrakurikuler dan 1 jam kokurikuler, 6) Bisa sistem block. 7) Mata pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS, 8) Berbasis proyek tetapi tidak mengurangi intrakurikuler, 9) Mata Pelajaran SBdP hanya bisa diajarkan satu bidang saja, misalnya seni rupa, seni tari, atau seni suara. 10) Pembelajaran harus berdiferensiasi, 11) Setiap kelas dibagi beberapa fase, kelas 1 dan 2 fase A, kelas 3 dan 4 fase B, kelas 5 dan 6 fase C. Jika siswa tidak mampu mencapai capaian pembelajaran di kelas 1, maka siswa dapat menyelesaikan capaian pembelajaran di fase berikutnya. Kurikulum merdeka ini secara holistic mengukur kompetensi peserta didik (Nurcahyo dalam Iskandar et al., 2023).

Peluang yang Ditawarkan Kurikulum Merdeka

         Kurikulum Merdeka membuka ruang inovasi yang lebih luas bagi guru dan sekolah. Guru diberi keleluasaan dalam memilih dan menyusun materi ajar sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekitar. Selain itu, struktur kurikulum yang lebih fleksibel memungkinkan terjadinya pengintegrasian proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), yang berfungsi mengasah soft skills, kreativitas, serta nilai-nilai kebhinekaan. Dalam konteks SD tempat saya magang, proyek P5 bertema “Gaya Hidup Berkelanjutan” diimplementasikan melalui kegiatan daur ulang sampah plastik menjadi pot tanaman. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif, mendorong partisipasi aktif siswa, serta membentuk karakter peduli lingkungan.Guru juga dibantu oleh platform digital seperti Merdeka Mengajar yang menyediakan referensi RPP, asesmen diagnostik, dan video pembelajaran. Hal ini sangat membantu terutama bagi guru yang sebelumnya kesulitan beradaptasi dengan perubahan kurikulum.

Tantangan dalam Implementasi

        Meskipun menjanjikan banyak perubahan positif, implementasi Kurikulum Merdeka tidak lepas dari sejumlah tantangan. Pertama, masih banyak guru yang belum memiliki pemahaman utuh tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi. Beberapa guru merasa kesulitan melakukan asesmen diagnostik awal karena keterbatasan waktu dan keterampilan.

 

Kedua, infrastruktur sekolah yang belum merata juga menjadi hambatan. Di sekolah tempat saya magang, keterbatasan perangkat TIK membuat guru tidak optimal memanfaatkan platform digital pembelajaran. Selain itu, rasio jumlah siswa dan guru yang tinggi menyebabkan pembelajaran berdiferensiasi tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Ketiga, belum semua orang tua siswa memahami perubahan pendekatan pembelajaran ini. Beberapa orang tua masih berharap guru mengajarkan materi secara seragam dan menilai kemampuan siswa berdasarkan hasil ujian tertulis semata.

Solusi dan Rekomendasi

     Agar Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan secara optimal di tingkat SD, dibutuhkan dukungan menyeluruh dari berbagai pihak. Pertama, perlu ada pelatihan berkelanjutan bagi guru, terutama mengenai strategi pembelajaran berdiferensiasi dan asesmen formatif. Pelatihan harus bersifat praktis dan kontekstual, bukan sekadar teoritis.

Kedua, pemerintah dan dinas pendidikan harus memperhatikan pemerataan sarana dan prasarana sekolah, khususnya di daerah yang belum memiliki akses TIK yang memadai.

Ketiga, sekolah perlu menggandeng orang tua dalam memahami arah perubahan kurikulum. Ini bisa dilakukan melalui kegiatan parenting education yang menjelaskan manfaat pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka

              Beberapa cara yang dapat digunakan jika sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah akan menetapkan kurikulum pembelajaran merdeka belajar, antara lain:

1. Berpartisipasi dalam sosialisasi pendidikan, pelatihan, webinar, dan kegiatan persiapan bimbingan teknologi sebelum menerapkan kurikulum merdeka untuk mengenal dan memahami persyaratan kurikulum merdeka,

2. Melakukan kerja sama di sekolah/madasah untuk menentukan jenis kurikulum yang akan digunakan

 3. Mengisi angket pendaftaran implementasi kurikulum merdeka apabila sekoleh telah memutuskan untuk

memilih menerapkan kurikulum, maka untuk sekolah berada di bawah kemendikbudristek, sedangkan untuk madrasah berada di bawah Kemenag yang kemudian mengusulkan kepada Kanwil Kementerian Agama Provinsi melalui Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

4. Membentuk tim untuk mempersiapkan implementasi kurikulum merdeka atau Tim Pengembang Kurikulum yang mengkoordinir, yang terdiri atas:

a. Pelatihan guru

 b. mengangkat koordinator pembelajaran berbasis proyek

c. Melakukan kreasi dan inovasi sesuai visi, misi, tujuan, dan kekhasan sekolah/madrasah dengan menyusun kurikulum operasional sekolah/madrasah

 d. menyiapkan contoh perangkat perangkat kurikulum merdeka (Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan, Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan Pebelajaran, Modul Ajar, Bahan Ajar, Assesmen, Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek)

 5. Bahan ajar belajar merdeka, kurikulum merdeka harus bersifat mandiri.

Kesimpulan

       Kurikulum Merdeka, yang mulai diberlakukan secara nasional pada tahun 2024, merupakan inovasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertujuan menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Kurikulum ini berfokus pada Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP), bukan hanya nilai atau KKM semata, dan secara holistik mengukur kompetensi siswa. Secara keseluruhan, implementasi Kurikulum Merdeka di SD memerlukan komitmen kuat dari seluruh ekosistem pendidikan, mulai dari pemerintah, dinas pendidikan, sekolah, guru, hingga orang tua, agar tujuan menciptakan pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa dapat tercapai secara optimal.

 

 

×
Berita Terbaru Update