-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

KURIKULUM MERDEKA DI SD: APAKAH ANAK LEBIH BAHAGIA BELAJAR?

Senin, 07 Juli 2025 | Juli 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-07T13:57:03Z

 KURIKULUM MERDEKA DI SD: APAKAH ANAK LEBIH BAHAGIA BELAJAR?


Affara Kurniansih

(affarakurniansih@gmail.com)

PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Abstrak

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji dampak penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kebahagiaan belajar siswa sekolah dasar (SD), dengan meninjau berbagai sudut pandang seperti siswa, guru, dan orang tua. Kurikulum Merdeka diperkenalkan sebagai solusi atas tantangan pendidikan masa kini: pembelajaran yang lebih menyenangkan, bermakna, dan berpusat pada anak. Tapi, benarkah anak-anak SD benar-benar lebih bahagia belajar dengan kurikulum ini? Di satu sisi, Kurikulum Merdeka memberi ruang eksplorasi, kreativitas, dan aktivitas yang membuat anak merasa lebih santai dan terlibat aktif. Anak-anak tidak lagi hanya duduk mendengarkan, tetapi bergerak, berdiskusi, dan berkarya lewat projek. Namun di sisi lain, belum semua guru siap menerapkan pendekatan baru ini secara maksimal. Beberapa guru masih terbiasa dengan pola lama, sementara orang tua pun kebingungan memahami perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, meskipun semangat Kurikulum Merdeka patut diapresiasi, kebahagiaan anak dalam belajar tidak akan tercapai tanpa dukungan nyata dari semua pihak: guru yang terlatih, sekolah yang terbuka, dan orang tua yang terlibat. Kurikulum boleh merdeka, tetapi proses belajar anak tetap perlu pendampingan dan arah yang jelas.

Kata kunci: Kurikulum Merdeka, Sekolah Dasar, kebahagiaan belajar, pembelajaran menyenangkan, persepsi siswa.

Pendahuluan

Pendidikan di tingkat sekolah dasar memiliki peran strategis dalam membentuk sikap, karakter, dan semangat belajar jangka panjang siswa. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai solusi atas berbagai tantangan pembelajaran sebelumnya, terutama untuk menjawab kebutuhan pendidikan yang lebih bermakna, menyenangkan, dan berpusat pada peserta didik.

Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan yang lebih fleksibel, memberi ruang bagi guru dan siswa untuk menyesuaikan materi dengan kebutuhan dan konteks lingkungan belajar. Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi secara kognitif, tetapi juga diajak untuk terlibat aktif secara emosional dan sosial.

Namun demikian, pertanyaan kritis yang muncul adalah: apakah pendekatan yang lebih merdeka ini benar-benar membuat siswa merasa lebih bahagia dalam belajar? 

Permasalahan Yang dibahas

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam kajian ini adalah:

  1. Apakah Kurikulum Merdeka mampu menciptakan suasana belajar yang membahagiakan bagi siswa SD?

  2. Apa saja faktor yang memengaruhi kebahagiaan belajar siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka?

  3. Bagaimana persepsi siswa SD terhadap perubahan pendekatan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka?

Isi Artikel

1. Apakah Kurikulum Merdeka mampu menciptakan suasana belajar yang membahagiakan bagi siswa SD?

Kurikulum Merdeka dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan membahagiakan bagi peserta didik, terutama pada jenjang sekolah dasar. Pendekatan ini mendorong pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil kognitif, tetapi juga memberi ruang untuk kreativitas, refleksi, dan pengalaman nyata yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.Dalam praktiknya, banyak siswa merasa lebih senang dan termotivasi karena mereka tidak hanya duduk mendengarkan ceramah guru, melainkan juga aktif bergerak, berdiskusi, dan mengerjakan projek bersama teman. Siswa merasa dihargai karena pendapat mereka didengarkan, dan mereka punya pilihan dalam menentukan cara belajar.Namun demikian, pembelajaran yang membahagiakan belum sepenuhnya merata di semua sekolah. Di beberapa sekolah, implementasi Kurikulum Merdeka masih bersifat administratif dan belum menyentuh esensi pembelajaran merdeka. Ketika guru belum siap, atau ketika kegiatan belajar hanya formalitas, siswa tetap merasa jenuh, bahkan bingung.Jadi ya, Kurikulum Merdeka mampu menciptakan suasana belajar yang membahagiakan, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan guru, serta dukungan dari semua pihak yang terlibat.

2. Apa saja faktor yang memengaruhi kebahagiaan belajar siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka?

Terdapat beberapa faktor utama yang memengaruhi kebahagiaan belajar siswa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, yaitu:

  1. Kesiapan dan pendekatan guru

Guru yang mampu memahami dan menerapkan pembelajaran diferensiasi, pembelajaran berbasis projek, serta membangun hubungan emosional yang positif dengan siswa akan menciptakan ruang belajar yang lebih nyaman dan membahagiakan.

  1. Lingkungan dan budaya sekolah

Sekolah yang memberi kebebasan berekspresi, ruang untuk bergerak, serta mendorong kolaborasi antarsiswa akan membuat anak merasa aman dan senang belajar. Sebaliknya, lingkungan yang terlalu kaku atau berorientasi hanya pada nilai akademik akan menghambat semangat mereka.

  1. Dukungan orang tua

Orang tua yang memahami perubahan pendekatan Kurikulum Merdeka cenderung lebih mendukung proses belajar anak di rumah, termasuk tidak memaksa anak untuk selalu mengejar nilai tinggi, melainkan menghargai proses dan kemajuan anak.

  1. Kondisi emosional siswa sendiri

Tidak semua siswa merespons perubahan kurikulum dengan cara yang sama. Karakter, pengalaman sebelumnya, serta kemampuan adaptasi juga turut menentukan bagaimana anak merasakan pembelajaran tersebut.

3. Bagaimana persepsi siswa SD terhadap perubahan pendekatan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka?

Banyak siswa merasa bahwa pelajaran sekarang lebih menarik, karena mereka bisa membuat sesuatu, bekerja sama, dan tidak hanya duduk mendengarkan.Beberapa siswa menyebut bahwa mereka merasa seperti "belajar sambil bermain", karena banyak kegiatan yang dilakukan secara langsung dan melibatkan pengalaman nyata. Projek-projek yang mereka kerjakan memberi rasa bangga karena hasilnya bisa dilihat dan dibagikan kepada orang lain.Namun, ada juga siswa yang merasa bingung atau kewalahan dengan sistem baru, terutama jika guru tidak menjelaskan dengan cukup jelas atau terlalu banyak tugas tanpa pendampingan yang tepat. Siswa juga bisa merasa kurang bahagia bila merasa dibandingkan dengan teman lain dalam projek kelompok, atau jika tidak mendapat dukungan dari orang tua di rumah. Dengan kata lain, persepsi siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana pendekatan pembelajaran itu diterapkan secara nyata di kelas.

Saran

Agar Kurikulum Merdeka benar-benar bisa membuat anak-anak merasa lebih bahagia saat belajar, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian bersama.Pertama, guru perlu terus didukung dan diberi pelatihan yang sesuai dengan semangat Kurikulum Merdeka. Bukan sekadar soal materi, tapi juga bagaimana membangun suasana belajar yang menyenangkan, memberi ruang berekspresi, dan membuat anak merasa dihargai.Kedua, sekolah perlu menciptakan lingkungan belajar yang ramah anak—bukan hanya fisiknya, tapi juga dari sisi pendekatan. Anak-anak akan lebih nyaman dan semangat jika mereka merasa aman dan tidak ditekan untuk “selalu benar” atau “selalu bisa”.Ketiga, orang tua juga penting untuk dilibatkan. Kadang perubahan kurikulum membingungkan bagi mereka. Maka, sekolah bisa rutin mengadakan pertemuan atau diskusi supaya orang tua paham apa yang sedang dijalani anak-anak mereka di sekolah. Dan yang terakhir, semua pihak perlu sadar bahwa kebahagiaan dalam belajar itu tidak muncul seketika. Ini proses. Maka, kolaborasi antara guru, sekolah, orang tua, dan siswa sendiri harus terus dibangun supaya semangat Kurikulum Merdeka benar-benar terasa di hati dan pikiran anak-anak.

Kesimpulan

Kurikulum Merdeka merupakan langkah progresif pemerintah untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan, bermakna, dan berpusat pada peserta didik. Di tingkat sekolah dasar, pendekatan ini memberi ruang bagi anak untuk belajar melalui pengalaman, eksplorasi, dan kreativitas yang sebelumnya kurang terfasilitasi.

Berdasarkan kajian literatur dan praktik lapangan, Kurikulum Merdeka terbukti berpotensi meningkatkan kebahagiaan belajar siswa, terutama karena sifatnya yang fleksibel dan partisipatif. Anak tidak hanya menerima materi, tetapi juga diajak berpikir dan berkarya.

Namun, kebahagiaan tersebut belum merata. Kesiapan guru, dukungan lingkungan sekolah, dan pemahaman orang tua menjadi faktor penentu keberhasilan. Oleh karena itu, kebahagiaan belajar tidak terjadi secara otomatis, tetapi membutuhkan proses, pendampingan, dan kolaborasi dari seluruh pihak. Jika diterapkan dengan pemahaman dan kepedulian, Kurikulum Merdeka dapat menjadi jalan menuju pembelajaran yang benar-benar membahagiakan.





×
Berita Terbaru Update