Memahami konsep emosi,konsep diri pada siswa dan pengaruh terhadap pembelajaran.
Understanding the concept of emotions,self-concept,in students and their influence on learning
Annisa Nur Ramadhita
Nim: 2024015080
PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Abstract
The learning approach is a benchmark or our point of view on the learning process, which refers to the view of the occurrence of a process that is still very general in nature, which accommodates, inspires, strengthens, and underlies the learning method by covering theoretically. This study was conducted with the aim of finding out whether there is a relationship between self-concept and emotional stability in high school students at SMA Negeri 1 Menganti Gresik. Participants numbered 186 students including classes X, XI, XII. The data collection technique used a Likert scale to measure the variables of self-concept and emotional stability. The results of the Kolmogorov-Smirnov normality test showed the results of sig. = 0.200> 0.05 which means it has a normally distributed value. While the linearity test results of sig. = 0.575> 0.05 which means it has a linear value. In the correlation analysis carried out, the results of the analysis obtained r = 0.404 with sig. = 0.000 which means there is a correlation between self-concept and emotional stability.
Keywords: self-concept; emotional stability; high school stuents.
Abstrak:
Pemahaman peran emosi dan konsep diri dalam pembelajaran adalah kunci untuk meningkatkan proses pembelajaran dan perkembangan pribadi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep emosi dan konsep diri yang mempengaruhi pembelajaran. Metode yang digunakan adalah studi literatur, dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Aspek konsep diri ini dapat saling memengaruhi dan berinteraksi satu sama lain. Emosi dan konsep diri tidak terpisah dalam pembelajaran. Emosi yang kuat atau berulang dapat memengaruhi konsep diri siswa. Sebaliknya, konsep diri yang negatif dapat memengaruhi emosi siswa. Dalam perkembangannya, manusia telah mempelajari keterampilan sosial dan emosional sejak bayi, di mana pembelajaran tersebut dapat diperoleh dari lingkungan keluarga. Dengan adanya peran orang tua dan guru, siswa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dalam perkembangan emosi yang sehat dan konsep diri yang kuat dalam dirinya sendiri.
Kata Kunci : Konsep Emosi; Konsep diri; Siswa
PENDAHULUAN
Secara umum siswa diharapkan lebih mandiri, lebih proaktif, lebih matang dalam berpikir dan berperilaku, serta mampu berkomunikasi secara akurat dan efektif. Tatus (2018) mengatakan saat ini mahasiswa dalam pergaulannya tidak berani mengungkapkan perasaan atau pikirannya dan kurang mampu untuk bersikap tegas dalam menolak sesuatu yang tidak sesuai kepada orang lain, mahasiswa merasa tidak mampu untuk mengekspresikan ide karena takut salah atau tidak diterima. Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran diri sendiri yang meliputi pengetahuan tentang dirinya sendiri, harapan dan penilaian terhadap dirinya. Harga diri yang positif membentuk bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku dalam kehidupan. Citra diri yang positif sangat diperlukan agar siswa dapat berperilaku percaya diri sehingga dapat berinteraksi lebih baik dengan lingkungannya. Hurlock (1996) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan suatu penilaian mengenai diri sendiri yang meliputi aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial, aspek emosional, aspek aspirasi dan aspek prestasi. Regulasi emosi adalah kemampuan untuk mengelola emosi, dengan melihat bagaimana individu tersebut mengalami dan mengungkapkan emosinya, hal tersebut akan berpengaruh pada perilaku individu dalam mencapai tujuannya (Balter, 2003). Seseorang dengan regulasi emosi yang baik akan melakukan sesuatu yang positif dalam hidupnya. Oleh karena itu, ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya, individu akan menghargai dan menerimanya daripada menyalahkan kemampuannya sendiri. Konsep diri merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang karena menunjukkan bagaimana seseorang mempresepsikan dirinya. Penelitian Kurniasih (2013) juga menyebutkan bahwa kemampuan regulasi emosi menjadikan individu lebih mampu menerima dan menghargai dirinya sendiri. Kemampuan tersebut akan membantu dalam mengontrol emosinya, sehingga perilaku yang ditampilkan akan ke arah positif ketika terjadi suatu masalah. Konsep diri menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan seseorang karena konsep diri menunjukkan bagaimana pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri seorang mahasiswa dapat mempengaruhi motivasi atau keinginannya untuk berprestasi atau mencapai target yang sudah ditetapkannya (Ghufron dan Risnawati 2011). Selain citra diri, kecerdasan emosional juga sangat penting bagi siswa ketika berada dalam tekanan tertentu. Seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional maka ia akan mampu mengendalikan dirinya dikala ada persoalan tertentu, mampu menahan emosi dan mampu memotivasi dirinya yang akan meningkatkan kesadarannya untuk belajar sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan (Goleman dalam Imam Musbikin, 2013: 85.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bermaksud untuk memahami objek penelitian dengan upaya canggih melalui seni berbicara, seni menulis dan seni mempresentasikan apa yang telah diteliti (Habsy, 2017). Dalam penelitian ini, menggunakan metode deskriptif digunakan untuk menyusun artikel dengan menganalisis tinjauan literatur dan studi kasus yang relevan. Metode deskriptif digunakan karena tujuan penelitian adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan karakter generasi Z. Tinjauan literatur adalah sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam tinjauan literatur, peneliti mengumpulkan dan menganalisis banyak artikel, buku, jurnal ilmiah, dan sumber lain yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling pendidikan karakter untuk generasi Z. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data dari banyak database dan perpustakaan yang relevan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi kasus untuk memberikan gambaran praktis penerapan bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan karakter generasi Z. Studi kasus ini mencakup observasi praktik bimbingan dan konseling langsung di beberapa lembaga pendidikan dengan program yang berfokus pada pendidikan karakter generasi Z. Data yang dikumpulkan dari studi kasus meliputi observasi, wawancara, konsultasi dan analisis dokumen terkait.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah:
1. Identifikasi topik penelitian: Memilih topik penelitian yang berfokus pada peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan karakter generasi Z.
2. Pengumpulan data: Melakukan tinjauan literatur untuk mengumpulkan sumber yang relevan dan mengumpulkan data dari studi kasus yang telah selesai.
3. Analisis data: Menganalisis data dari sumber yang dikumpulkan menggunakan metode deskriptif untuk memahami peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan karakter generasi Z.
4. Interpretasi hasil: Memahami hasil analisis data dan memberikan interpretasi yang tepat mengenai peran bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan karakter generasi Z.
5. Penyusunan artikel: Menyusun artikel ilmiah yang terstruktur dengan baik, meliputi bab tentang metode penelitian, abstrak, pendahuluan, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan penutup.
Dengan menggunakan metode deskriptif dan menggabungkan tinjauan pustaka dan studi kasus, penelitian ini mampu memberikan gambaran yang komprehensif mengenai peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan karakter generasi Z. Metode ini memberikan dasar yang kuat untuk menafsirkan hasil dan membuat rekomendasi terkait dalam artikel ilmiah ini.
Menurut Nasution (2003) motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi diharapkan siswa memiliki usaha untuk membangun kondisi sehingga memiliki keinginan dan minat serta bersedia melakukan sesuatu. Sardiman (1996) mengatakan bahwa ada halhal yang menjadi karakteristik dari seseorang itu mempunyai motivasi, diantaranya adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi tus, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya, senang mencari dan memecahkan.
Konsep Diri
Didasarkan pada pendapat para ahli bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar seseorang adalah konsep diri yang dimiliki oleh individu, jika individu menganggap bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu maka individu tersebut akan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya. Memiliki anggapan positif bahwa dirinya mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi, maka siswa tersebut akan berusaha mencapai keinginan (Fernald, 1999). Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual. Termasuk di dalamnya adalah persepsi individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan, dan keinginannya (Fitts 1971).
Kecerdasan Emosi
Goleman (2003) mendefiniskan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati. Yang termasuk kecerdasan emosional seseorang adalah kecakapan, diantaranya intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenai perasaan kita sendiri yang terdiri dari kesadaran diri dan motivasi (Howard Gardner, 2002). Dapat diartikan bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang kuat jika mereka cakap mengelola emosinya dengan baik.
Hubungan Antara Konsep Diri Dan Konsep Emosi Dalam Pembelajaran
Konsep diri, kecerdasan emosional, motivasi dan hasil belajar memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Peserta didik yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan rasa percaya diri yang tinggi dan mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga dengan dapat menerima keadaan dirinya, peserta didik tersebut akan memiliki kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, hal tersebut akan semakin baik jika peserta didik juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi sehingga membuat peserta didik mampu mengatur emosi dirinya dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara luwes. Peserta didik yang cerdas secara emosional memiliki kesadaran diri dan bertanggung jawab untuk belajar sekalipun pada pelajaran yang dianggap sulit sekalipun seperti pada mata pelajaran biologi. Sinergi antara keduanya akan membentuk peserta didik yang tangguh dan berhasil serta mampu menjawab tantangan di masa depan. (Nonci, 2020) Dengan kata lain, dalam pandangan Carl Rogers, emosi dan konsep diri saling terkait dalam pembelajaran. Emosi yang positif dan penerimaan diri yang kuat berkontribusi pada perkembangan konsep diri yang positif, yang pada gilirannya memengaruhi motivasi, kepercayaan diri, dan hasil belajar siswa. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan emosi positif dan konsep diri yang sehat sangat penting dalam proses pembelajaran yang efektif.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyebutkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa diterima. Ini berarti ada hubungan yang kuat antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa SMK Assa’adah Sampurnan Bungah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa konsep diri mempunyai hubungan secara parsial yang sangat tinggi dengan motivasi belajar siswa. Arah yang positif menunjukkan bahwa semakin baik konsep diri siswa akan semakin baik pula motivasi belajarnya. Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapat Fernald (1999) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar seseorang adalah konsep diri yang dimiliki oleh individu, jika individu menganggap bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu maka individu tersebut akan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya. Memiliki anggapan positif bahwa dirinya mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi, maka siswa tersebut akan berusaha mencapai keinginan. Karena telah diketahui bahwa adanya hubungan yang sangat erat antara variabel konsep diri dengan motivasi belajar, maka perlu adanya penanaman dalam diri siswa SMK Assa’adah Sampurnan Bungah untuk membentuk konsep diri yang positif agar motivasi belajar mereka semakin meningkat. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyebutkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan motivasi belajar siswa diterima. Ini berarti ada hubungan yang kuat kecerdasan emosi dengan motivasi belajar siswa SMK Assa’adah Sampurnan Bungah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan secara parsial yang sangat tinggi dengan motivasi belajar siswa. Arah yang positif menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan emosional siswa akan semakin baik pula motivasi belajarnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konsep emosi dan konsep diri sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Orang tua memiliki hubungan penting dalam konsep emosi dan konsep diri seorang anak, karena orang tua berperan penting dalam pembentukan kecerdasan emosional dan perilaku diri anak. Dalam konsep emosi kita dapat belajar bahwa perkembangan emosi selama remaja melibatkan bagaimana seorang remaja membangun kemampuan untuk dapat menghadapi kenyataan dan bagaimana mereka dapat mengelola emosi yang dihadapinya. Konsep diri sendiri berperan penting dalam perkembangan siswa karena konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa untuk mencapai tujuannya. Emosi yang kuat dapat mempengaruhi konsep diri dengan begitu guru memberikan pemahaman agar siswa mengenali dan mengelola emosi mereka, mengembangkan konsep diri yang positif, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan emosi yang sehat dan konsep diri yang kuat. Kesimpulannya, penting untuk di catat bahwa konsep emosi dan diri merupakan bagian penting dalam perkembangan siswa. Dengan adanya peran orang tua dan guru, siswa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dalam perkembangan emosi yang sehat dan konsep diri yang kuat dalam dirinya sendiri
DAFTAR PUSAKA
Utari, A. R. T., & Rustika, I. M. (2021). Konsep diri dan kecerdasan emosional terhadap perilaku prososial remaja sekolah menengah atas. Jurnal Studia Insania, 8(2), 80-98.
Tanjung et al., (2024). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Kestabilan Emosi Warga Binaan Remaja. Jurnal Mahasiswa BK AnNur : Berbeda, Bermakna, Mulia, 10(1), 49. https://doi.org/10.31602/jmbkan.v1 0i1.11878
Goleman, D. (1995). Kecerdasan emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ. (Hermaya, T., penterjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Stein, S. J. & Book, H. E. (2004). Ledakan EQ: 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. (Januarsari, T. R., & Murtanto, Y., alih bahasa). Bandung: Kaifa.
Ahmadi dan Supriyono (2004), motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.
ejournal.yasin-alsys.org › tsaqofah › article
jurnal.uia.ac.id › index › guidance
 
 
 
