KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN TAMANSISWA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Mutiatun Nadlifah,Isronng Nur Aini,Vinsensia G. Nusin
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
e-mail: mutiatunnadlifah@gmail.com, isrongnur@gmail.com, fannynusin9@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji konsep dan implementasi ajaran Tamansiswa dalam konteks pembelajaran abad 21 melalui metode kajian literatur. Tamansiswa, yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, menekankan pentingnya pendidikan yang holistik dan berakar pada budaya lokal. Pembelajaran abad 21 menuntut kompetensi seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Kajian ini menganalisis relevansi prinsip-prinsip Tamansiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 serta mengidentifikasi strategi implementasi yang efektif.
Kata Kunci:Tamansiswa, pembelajaran abad 21, pendidikan holistik, kajian literatur.
ABSTRACT
This asticle aims to examine the concept and implementation of tamansiswa teachings in the context of 21st centuri learning through literature reviw methods. Tamansiswa which was founded by Ki Hadjar Dewantar, emphasizes the importance of education that is holistic and rooted in locak culture.21st century learning thinking, creativity, collaboration and communication. This study analyzes the relevance of tamansiswa principles to the skills needed in the 21st century and identifies effective implementasion strategies.
Keywords: Tamansiswa, 21st century learning, holistic education, literature review.
Pendahuluan:
Pendidikan memegang peran krusial dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi. Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat pada abad 21 menuntut adanya transformasi dalam pendekatan pendidikan agar dapat membekali peserta didik dengan keterampilan yang relevan, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Oleh karena itu, penting bagi sistem pendidikan untuk mengadopsi prinsip-prinsip yang tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan abad 21, tetapi juga menjaga integritas nilai-nilai budaya lokal.
Tamansiswa, sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922, menawarkan sebuah model pendidikan yang menekankan pada pendidikan holistik dan berakar pada budaya Indonesia. Prinsip-prinsip dasar Tamansiswa seperti Tut Wuri Handayani (memberikan dorongan dari belakang), Ing Madya Mangun Karsa (memberikan semangat di tengah), dan Ing Ngarsa Sung Tulada (memberikan teladan di depan) telah terbukti relevan dalam membentuk karakter dan kemandirian peserta didik. Tamansiswa menekankan pentingnya pembelajaran yang memerdekakan, di mana siswa didorong untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Namun, dalam menghadapi tantangan pendidikan abad 21, terdapat kebutuhan untuk mengkaji kembali bagaimana ajaran Tamansiswa dapat diimplementasikan secara efektif dalam konteks modern. Kajian literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep ajaran Tamansiswa dan mengidentifikasi strategi implementasinya dalam pembelajaran abad 21. Dengan demikian, diharapkan dapat ditemukan sinergi antara nilai-nilai lokal yang diajarkan oleh Tamansiswa dan kebutuhan keterampilan global yang harus dikuasai oleh peserta didik saat ini.
Kajian ini akan membahas bagaimana prinsip-prinsip Tamansiswa dapat mendukung pengembangan keterampilan abad 21, serta memberikan rekomendasi praktis untuk implementasinya dalam kurikulum dan praktik pendidikan sehari-hari. Penelitian ini penting untuk memastikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya mampu bersaing di kancah global tetapi juga tetap berakar kuat pada nilai-nilai budaya lokal yang kaya.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber yang relevan, termasuk buku, artikel, dan dokumen kebijakan pendidikan. Kajian ini berfokus pada prinsip-prinsip dasar Tamansiswa dan bagaimana prinsip tersebut dapat diimplementasikan dalam konteks pembelajaran abad 21.
Hasil dan Pembahasan:
1. Konsep Ajaran Tamansiswa
Tamansiswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922 dengan tujuan untuk memberikan pendidikan yang memerdekakan dan mengembangkan potensi individu secara optimal. Prinsip-prinsip dasar yang diusung oleh Tamansiswa antara lain:
1. Tut Wuri Handayani: Memberikan dorongan dari belakang agar siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya sendiri.
2. Ing Madya Mangun Karsa: Memberikan semangat dan motivasi di tengah, mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif.
3. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Memberikan teladan di depan, menjadi contoh yang baik bagi siswa.
Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pengembangan karakter dan nilai-nilai budaya lokal.
2. Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 menuntut pengembangan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman, seperti:
1. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah: Kemampuan untuk menganalisis informasi, membuat keputusan berdasarkan bukti, dan menyelesaikan masalah kompleks. 2. Kreativitas dan Inovasi: Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan menerapkan solusi kreatif dalam berbagai situasi.
3. Kolaborasi: Kemampuan untuk bekerja sama secara efektif dalam tim, baik secara langsung maupun melalui platform digital.
4. Komunikasi: Kemampuan untuk menyampaikan informasi dan ide secara jelas dan persuasif, baik secara lisan maupun tulisan.
3.Implementasi Ajaran Tamansiswa dalam Pembelajaran Abad 21
Prinsip-prinsip Tamansiswa dapat diintegrasikan dalam pembelajaran abad 21 melalui berbagai pendekatan dan strategi:
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Metode ini mendorong siswa untuk bekerja dalam tim, merencanakan, dan melaksanakan proyek yang relevan dengan dunia nyata. Prinsip Tut Wuri Handayani dapat diterapkan dengan memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa selama proses tersebut.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning): Metode ini mengajarkan siswa untuk mengidentifikasi masalah, melakukan penelitian, dan mencari solusi. Prinsip Ing Madya Mangun Karsa diterapkan dengan memberikan semangat dan motivasi di tengah proses pembelajaran.
3. Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning): Metode ini memotivasi siswa untuk bertanya, melakukan investigasi, dan menemukan jawaban sendiri. Prinsip Ing Ngarsa Sung Tulada dapat diterapkan dengan guru memberikan contoh sebagai peneliti dan pembelajar sepanjang hayat.
4. Relevansi dan Manfaat
Integrasi ajaran Tamansiswa dalam pembelajaran abad 21 memiliki beberapa manfaat penting.
1. Pengembangan Karakter dan Moral: Prinsip-prinsip Tamansiswa mendukung pembentukan karakter yang kuat dan bermoral, yang penting dalam menghadapi tantangan global.
2. Pendidikan Holistik: Pendekatan holistik yang menekankan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21. 3. Pemberdayaan Siswa: Mendorong siswa untuk menjadi pembelajar mandiri yang kreatif dan inovatif, siap menghadapi dinamika dunia kerja dan kehidupan sosial.
5.Tantangan dan Rekomendasi
Implementasi ajaran Tamansiswa dalam konteks modern tidak terlepas dari tantangan, antara lain:
1. Kesiapan Guru: Dibutuhkan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru untuk mengadopsi metode pembelajaran yang sesuai dengan prinsip Tamansiswa dan keterampilan abad 21.
2. Kurikulum yang Fleksibel: Kurikulum perlu dirancang sedemikian rupa agar fleksibel dan dapat mengakomodasi berbagai pendekatan pembelajaran yang holistik dan berpusat pada siswa.
3. Dukungan Infrastruktur: Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran abad 21 memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan adalah:
1. Pelatihan Guru: Menyediakan program pelatihan yang komprehensif untuk meningkatkan kapasitas guru dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip Tamansiswa dan strategi pembelajaran abad 21.
2. Pengembangan Kurikulum: Merancang kurikulum yang integratif dan adaptif, menggabungkan nilai-nilai Tamansiswa dengan keterampilan abad 21.
3. Peningkatan Infrastruktur: Memastikan ketersediaan infrastruktur teknologi yang mendukung proses pembelajaran yang inovatif dan interaktif.
Kesimpulan:
Kajian literatur ini telah menguraikan bagaimana konsep ajaran Tamansiswa yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara dapat diimplementasikan dalam konteks pembelajaran abad 21. Prinsip-prinsip dasar Tamansiswa seperti Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, dan Ing Ngarsa Sung Tuladha menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, berakar pada budaya lokal, dan berorientasi pada pembentukan karakter yang kuat. Dalam menghadapi tantangan dan tuntutan global di era digital ini, nilai-nilai tersebut tetap relevan dan dapat diintegrasikan secara efektif dalam sistem pendidikan modern.
Pembelajaran abad 21 menuntut keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Implementasi ajaran Tamansiswa dapat mendukung pengembangan keterampilan ini melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis inkuiri. Strategi-strategi ini mendorong peserta didik untuk menjadi pembelajar yang aktif, mandiri, dan kreatif.
Selain itu, integrasi nilai-nilai lokal yang diajarkan oleh Tamansiswa dalam kurikulum modern dapat membantu peserta didik untuk tetap terhubung dengan identitas budaya mereka, sambil mempersiapkan mereka untuk bersaing di kancah global. Dengan demikian, pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan individu yang
tidak hanya unggul dalam keterampilan abad 21, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa.
Kesimpulannya, ajaran Tamansiswa menawarkan panduan yang berharga untuk pengembangan pendidikan holistik di era modern. Dengan mengadaptasi dan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini dalam praktik pendidikan sehari-hari, diharapkan dapat tercipta generasi yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang tangguh dan berintegritas. Pendidikan yang berakar pada budaya lokal namun responsif terhadap perubahan global adalah kunci untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan dengan percaya diri dan bijaksana.
Saran:
Artikel ini memberikan gambaran tentang bagaimana ajaran Tamansiswa dapat diadaptasi dalam konteks pendidikan modern, menunjukkan relevansi dan manfaat pendekatan pendidikan yang berakar pada nilai-nilai lokal untuk menghadapi tantangan global.
Daftar Pustaka:
Dewantara, Ki Hadjar. (1962). Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka. Kemendikbud. (2020). Kurikulum 2013: Penguatan Pendidikan Karakter. Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times.