-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE KELAS III SD NEGERI MENDUNGAN I

Minggu, 30 Juni 2024 | Juni 30, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-30T13:22:25Z

 

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE KELAS III SD NEGERI MENDUNGAN I


By Tri Kartika Zumaroh (2021015258)

Di dunia pendidikan dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari berbagai strategi, metode, bahkan sumber belajar mengajar maupun media yang digunakan guru agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta dapat tercapainya apa yang menjadi tujuan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Jika kita lihat dari istilah belajar terdapat dua proses atau kegiatan yaitu kegiatan belajar dan kegiatan mengajar. Kedua proses tersebut tak terpisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubaan tingkah laku dalam dirinya baik yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Bloom dan Krathwohl dalam Pribadi, (2009: 15) mengemukakan bahwa tiga domain atau ranah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap anak didik sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu. Pembelajaran merupakan suatu proses dimana membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Bagi seorang guru atau pendidik langkah dalam melakukan proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan menentukan tujuan pembelajaran, memilih materi pembelajaran, menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif, menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik yang akan disampaikan misalnya dengan memecahkan masalah, diskusi, simulasi, mengembangkan metode pembelajaran serta melakukan panilaian proses dan hasil belajar siswa. Dalam melakukan proses pembelajaran tentunya mempunyai tujuan, pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar dan mengembangkan kemampuan tiap individu secara optimal. Peran guru dalam pembelajaran baik secara individu dan kelompok kecil berlaku di dalam pembelajaran. Yang dapat dilakukan pada pembelajaran di dalam kelas yaitu dengan penciptaan tertib belajar, penciptaan suasana senang dalam belajar, memusatkan perhatian pada bahan ajar, serta pengorganisasian belajar sesuai kondisi siswa. Sehingga membuat siswa menjadi lebih tertib serta bertanggung jawab selama pembelajaran berlangsung.

Pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu. Sehubungan dengan hal itu, guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan, serta keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk mempersiapkan pengalaman siswa pada jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan.

Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Menurut Tarigan (2008) keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis, dan keempat keterampilan tersebutsaling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi Bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai pengukur kemampuan minimal peserta didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran



bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.

Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar ialah pengajaran menulis dan mengarang. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Mulyati, (2008) menulis adalah suatu proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan). Sehubungan dengan hal itu, mengarang dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang. Karangan memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam. Wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Hal ini berarti menulis cerita adalah salah satu jenis karangan.

Menulis cerita merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang sekolah dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis cerita. Kemampuan menulis cerita tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Menulis merupakan kegiatan komunikasi, sama dengan komunikasi lisan, pesan yang tepat dan efektif akan memudahkan penerima pesan memahaminya. Penulis yang baik adalah penulis yang mampu menggunakan teknik menulis secara berbeda tergantung dari siapa sasaran tulisannya dan untuk tujuan apa tulisan itu dibuat. Nurudin ( 2010) menyebutkan lima bentuk atau jenis tulisan yaitu: 1) Deskripsi; 2) Eksposisi; 3) Narasi; 4) Persuasi; dan 5) Argumentasi.

Sehubungan dengan itu, kemampuan menulis siswa harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan sekolah dasar. Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau mengungkapkan gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang bahkan tidak berkembang. Dalam kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran. Menurut Suyono & Hariyanto (2011: 11) “Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan”. Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah picture and picture. Menurut Miftahul A’la (2011) picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini yang menjadi faktor utama di dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta/poster dalam ukuran besar, atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan power point atau software yang lain.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas III, kemampuan menulis siswa kelas III di SD Negeri Mendungan I pada tahun pelajaran 2023/2024 masih rendah. Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 13 dari 19 siswa masih memperoleh nilai dibawah 75, sedangkan 6 siswa mendapatkan nilai di atas 75. Hal ini dikarenakan masih terdapat siswa yang masih belum lancar dalam membaca teks baik berbentuk dialog atau cerita sehingga siswa kesulitan dalam menulis ataupun mengarang sebuah cerita, serta siswa tidak di tuntut atau melompat-lompat dalam menulis cerita, yang mana ide utamanya masih belum terlihat dan urutannya tidak logis. Kenyataan ini menunjukkan bahwa guru kurang membimbing siswa dengan baik dalam hal menulis cerita serta siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan gagasannya untuk menulis cerita. Guru perlu berupaya mengembangkan pembelajaran yang inovatif serta kreatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya dalam pembelajaran menulis cerita.

Dari indentifikasi beberapa permasalahan di atas, selanjutnya peneliti menetapkan fokus permasalahan pada model pembelajaran yang kurang optimal oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa cenderung kesulitan dalam memahami materi-materi yang pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan menulis siswa. 


×
Berita Terbaru Update