PENTINGNYA KERJASAMA GURU DAN ORANGTUA DALAM MENYUKSESKAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Luthfi nur choirul miftah
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Pendahuluan
Proses pendidikan inklusi mulai dikembangkan di Indonesia, Beberapa daerah menerima bantuan untuk menjadi mampu menerapkan dan menginternalisasikan pendidikan inklusi. Selain itu, sekolah adalah penyelenggara pendidikan yang penting, tempat mengembangkan potensi generasi penerus bangsa.
Karena kesadaran hak-hak anak meningkat di seluruh dunia, pendidikan terintegrasi telah dimasukkan ke dalam kebijakan pendidikan di banyak negara, tetapi masih ada banyak masalah untuk diatasi. Salah satu tantangan terbesar adalah menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar mendukung keragaman siswa dengan kurikulum, lembaga, dan pengajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
Peran guru sangat penting dalam pendidikan terintegrasi. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga bertindak sebagai mediator yang dapat membuat lingkungan kelas yang ramah, fleksibel, dan mendukung semua siswa. Dalam lingkungan seperti ini, guru harus memiliki pemahaman yang kuat tentang berbagai jenis siswa dan memiliki kemampuan untuk membuat dan menerapkan strategi pengajaran yang luas.Guru di posisi ini sangat bergantung pada kemampuan diri untuk memahami kebutuhan setiap murid dan menemukan metode pengajaran yang paling cocok untuk mereka.
Orang tua yang bertanggung jawab tidak hanya membantu dan mendorong anak-anak mereka secara emosional tetapi juga berpartisipasi secara aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak dapat berkembang dengan baik di lingkungan pendidikan yang terintegrasi.
Meskipun peran orang tua dan guru sangat penting dalam pendidikan terintegrasi, tidak jarang ada hambatan untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerja sama ini dan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang cara-cara di mana pendidikan terintegrasi dapat diterapkan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk bekerja sama untuk membuat lingkungan pendidikan yang lebih terintegrasi yang mendukung perkembangan setiap anak.
KAJIAN TEORI
Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang bertujuan untuk menjamin bahwa semua anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar. Kerja sama antara guru dan orang tua sangat penting untuk keberhasilan pendidikan inklusif dan perkembangan anak secara keseluruhan. Studi ini akan membicarakan beberapa alasan mengapa kerja sama guru-orangtua sangat penting untuk pendidikan inklusif.
1. Peran Guru dan Orangtua
Peran guru dan orangtua sangat penting memenuhi kebutuhan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang ramah. Strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan unik siswa.
2. Komunikasi yang Efektif
Komunikasi terbuka antara guru dan orangtua membantu dalam berbagi informasi tentang kemajuan dan tantangan anak, sehingga kedua pihak dapat bekerja sama untuk mencapai solusi yang tepat.
3. Penguatan Keterlibatan Orangtua
Orang tua yang aktif mengajar anak mereka dapat membantu anak mereka di rumah, meningkatkan pembelajaran di sekolah, dan mendorong mereka untuk lebih percaya diri saat menghadapi tantangan.
4. Pemantauan Kemajuan Anak
Dengan data dari rumah dan sekolah yang saling melengkapi, kerjasama ini memungkinkan pemantauan kemajuan anak yang lebih menyeluruh. strategi pendidikan juga disesuaikan dengan perkembangan anak.
5. Lingkungan Belajar yang Mendukung
Dengan dukungan orang tua dan guru, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang inklusif dan mendukung. Ini akan membantu mereka mengatasi kesulitan dan mencapai potensi terbaik mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk memperoleh pendidikan berkualitas tinggi. Di Indonesia, model layanan pendidikan inklusif sudah ada sejak tahun 2000-an. Namun, Permendiknas nomor 70 tahun 2009 menetapkan undang-undang resmi yang mengatur layanan sekolah berdasarkan model inklusif (Dulisanti, 2015). Pekerjaan guru sebagai sumber yang memengaruhi perkembangan pendidikan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, yang menetapkan bahwa pendidik adalah sumber daya dari tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi untuk bekerja sebagai guru yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia untuk menerapkan pendidikan inklusif, ada banyak tantangan dan perdebatan karena konsep ini rumit.
Dalam upaya menerapkan pendidikan inklusi di Indonesia, beberapa elemen harus dipertimbangkan, antara lain: (1) Sekolah harus menciptakan lingkungan yang ramah, ramah, dan terbuka terhadap perbedaan; (2) Sekolah harus mampu melibatkan tenaga profesional dalam melakukan asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan memberikan solusi yang diperlukan (untuk mengidentifikasi hambatan fisik, masalah sosial, dan masalah lainnya yang berkaitan dengan pendidikan inklusi). Selama proses belajar, guru dapat menciptakan kreativitas dengan inovasi baru. Guru berada di garis depan, yang sangat penting dalam proses pembelajaran, dan peran guru sangat penting dalam membantu keberhasilan siswa.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus memiliki berbagai jenis kebutuhan dan karakteristik. Oleh karena itu, mereka membutuhkan kemampuan guru untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan situasi mereka. Pendekatan dengan hati dapat membuat guru pendamping berkonsentrasi pada keunggulan, kekuatan anak berkebutuhan khusus dapat menumbuhkan kepercayaan, serta menciptakan kebutuhan khusus untuk komunikasi dan partisipasi dalam proses pembelajaran. (Berlinda & Naryoso, 2018).
Lingkungan pendidikan yang ramah dan terintegrasi dihasilkan oleh hubungan antara anak-anak dan kebutuhan khusus mereka serta guru yang berpengalaman. Ini berarti bahwa setiap siswa dalam lingkungan pendidikan yang inklusif memiliki hak yang sama untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Guru yang mengikutinya memainkan peran yang sangat penting dalam membantu siswa yang memiliki kebutuhan khusus untuk mencapai kesuksesan akademik. Namun demikian, mereka tidak dapat dipisahkan dari berbagai kesulitan saat berperan. Dalam menangani emosi anak-anak dengan kebutuhan khusus, guru harus mengendalikan diri. Emosional yang tidak stabil dapat Disebabkan oleh berbagai hal, ini karena mereka tidak memenuhi kewajiban mereka, memiliki keterbatasan fisik dalam kinerja kegiatan mereka, mengekspresikan emosi verbal dan tidak berlebihan.
perkembangan emosional anak dengan kebutuhan khusus. Peningkatan kualitas pendidikan di seluruh negeri juga didukung oleh keberhasilan implementasi sistem pendidikan terintegrasi.
Untuk menerapkan pendidikan terintegrasi, guru harus melakukan hal-hal berikut:
1. Komunikasi rutin dengan anggota keluarga, termasuk orang tua atau wali, tentang kemajuan anak dalam akademik
2. Bekerja sama dengan komunitas untuk menemukan anak-anak yang tidak memiliki akses ke sekolah dan mengajak dan memasukkan mereka ke sekolah;
3. Memberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan lingkungan pembelajaran inklusif yang ramah orangtua.
4. Memasukkan interaksi sosial ke dalam kurikulum, seperti mengunjungi museum dan merayakan peristiwa keagamaan dan nasional, adalah bagian dari mendidik anak.
5. Mengundang orang tua dan anggota komunitas untuk hadir di kelas;
6. Mengkomunikasikan lingkungan pendidikan yang inklusif kepada orang tua, guru sekolah, dan masyarakat sekitar;
7. Setiap guru diharapkan bisa memberikan yang terbaik untuk kebutuhan siswa ABK selama proses pembelajaran yang inklusif.
(Nurlaela Bonso, Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,2021).
Menurut Ki Hajar Dwantara, menerapkan pendidikan secara merata di sekolah dasar benar-benar membutuhkan kerja sama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan anak-anakagar lebih berkembang. Orang tua harus ikut serta dalam keputusan dan persiapan kelas integrasi. Setelah mereka ditempatkan, mereka didorong untuk berbicara dengan guru secara teratur untuk memperkuat dan memperluas kerja sama mereka di bidang pendidikan terpadu. Peran orang tua dalam pendidikan
terhadap pembelajaran di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Orang tua yang membesarkan anak mereka adalah motivator dan berkomitmen untuk mendukung inklusi di seluruh dunia. Hal ini didasarkan pada proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan magang sekolah yang dilakukan dalam kerja sama sekolah, orang tua, dan sekolah. Jika seorang anak diterima dan dididik di lembaga formal, informal dan informal, orang tua terus berperan dalam menentukan masa
depan pendidikan anak -anak mereka. Peran orang tua sangat penting dalam menentukan apakah anak-anak berhasil atau tidak dalam proses pendidikan. Orang tua memainkan peran yang sangat penting dan mendukung proses pendidikan anak -anak mereka. Orang tua memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga parenting adalah pelatihan dasar untuk anak-anak. Keberhasilan anak-anak sangat berpengaruh kepada orang tua mereka dan lingkungan sekitar mereka. Orang tua dapat membantu mereka di rumah, di komunitas mereka, dan sebagai guru yang hebat sebagai mitra di kelas mereka. Ini sangat jarang bagi orang tua sebagai pendukung, dan tidak mungkin menemukan orang tua yang tidak ingin melakukan yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Peran orang tua sangat penting untuk membantu anak-anak mereka dalam pergaluan kepada temannya. Dukungan orang tua memungkinkan pengembangan "skala dukungan sosial." Ini mengukur ketersediaan dukungan yang muncul dari hubungan dengan orang lain. Ada enam aspek : (1) kepatuhan (cinta atau ikatan). (2) Integrasi Sosial (Integrasi Sosial). (3) keamanan atau nilai (penghargaan atau peringkat). (4) aliansi yang dapat dipercaya (hubungan dan hubungan tepercaya). (5) Instruksi (instruksi). (6) Kemungkinan perawatan (kemungkinan bantuan).
Tujuan Pendidikan inklusi
Pasal 2 Permendiknas No.70 Tahun 2009 (dalam Fitriatun & Nopita, 2012) tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan inklusi adalah:
a) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermuutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
b) Mewujudkan sistem pendidikan yang menghormati keanekaragaman dan tidak diskriminatif terhadap semua siswa
sebagaimana yang dimaksud pada huruf a.
Implementasi sistem pendidikan ditujukan untuk guru dan sekolah, bukan hanya siswa. Bagi anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusif bertujuan agar:
1. Anak merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya dan dianggap sama.
2. Anak akan mendapatkan ilmu yang setara dari berbagai sumber untuk belajar dan bertumbuh.
3. Meningkatkan rasa percaya diri anak.
4. Memperoleh kesempatan untuk belajar dan berkomunikasi dengan teman sebaya.
Sementara bagi guru, pendidikan inklusif bertujuan untuk:
1. Membantu pendidik memahami bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dan bahwa siswa berkebutuhan khusus juga memiliki keunggulan dan kemampuan.
2. Menciptakan kepedulian akan pentingnya pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus.
3. Memberikan tantangan dalam menciptakan metode pembelajaran baru dan mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah.
Tujuan pendidikan inklusif bagi pihak sekolah antara lain:
1. Memperoleh pengalaman untuk mengatur berbagai perbedaan dalam satu kelas.
2. Mengembangkan apresiasi bahwa setiap siswa mempunyai keunikan dan kelebihan yang berbeda-beda.
3. Meningkatkan rasa empati dan kepekaan terhadap keterbatasan siswa.
4. Meningkatkan kemampuan untuk membantu dan mengajar semua siswa di kelas.
Mengapa Inklusi
Menurut Pusat Penelitian Pendidikan Inggris (CSIE) (Herawati, 2016), ada 10 alasan mengapa pendidikan komprehensif didasarkan. Artinya,
(1) semua anak memiliki hak untuk belajar bersama. (2) Dengan berpisah dari kelompok lain, anak -anak tidak perlu menerima perlakuan diskriminatif karena kecacatan mereka. (3) Penyandang disabilitas yang telah lulus pendidikan isolasi akan segera meminta diakhirinya sistem pemisahan. (4) Tidak ada alasan yang baik untuk memisahkan pendidikan untuk anak -anak penyandang cacat, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan semua orang. (5) Banyak temuan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terintegrasi dengan sekolah cacat memiliki kinerja akademik dan sosial yang unggul daripada sekolah umum. (6) Sekolah karantina tidak memiliki pelajaran yang tidak dapat diterapkan oleh sekolah umum. (7) Komitmen dan dukungan yang lebih baik untuk pelatihan inklusi lebih efisien dalam menggunakan sumber belajar. (8) Sistem pemisahan memungkinkan anak -anak untuk bias dan terlalu takut (tidak menyenangkan). (9) Semua anak membutuhkan pendidikan yang membantu mereka tumbuh untuk hidup dalam masyarakat normal. (10) hanya sistem inklusilah yang berpotensi untuk mengurangi rasa kekhawatiran, membangun rasa persahabatan, saling menghargai dan memahami.
Isu dan permasalahan Pendidikan inklusi
Masalah yang terkait dengan pendidikan inklusi sangat sensitif terhadap anak -anak yang dianggap berbeda dalam semua topik ini ketika bekerja dengan rata -rata anak, karena kepercayaan mereka mempengaruhi kepercayaan mereka. Research Sunardi (2009) (Fitriatun & Nopita, 2012) memiliki lima masalah dan masalah inklusi di tingkat sekolah yang perlu dipertimbangkan dan diprediksi yaitu:
1) Pemahaman dan implementasi orang dengan anak -anak dengan kebutuhan khusus harus diluruskan karena mereka tidak terbiasa dianggap sebagai anak -anak yang selalu dikecualikan dari lingkungan. Implementasi ini cenderung tidak aktif dan ramah kepada semua anak.
2) Keberhasilan Keberhasilan Kebijakan Sekolah Pendidikan tidak hanya didukung oleh perhatian pemerintah, tetapi juga dari perspektif kebijakan sekolah, melalui pendanaan pendidikan dan lembaga pendukung lainnya yang dibutuhkan oleh anak -anak dengan kebutuhan khusus.
3) Proses Pembelajaran
Sehubungan dengan masalah dengan proses pembelajaran, masalah utama pendidikan inklusi yang tidak digunakan oleh sistem pendidikan tim untuk menciptakan anak -anak dengan kebutuhan khusus yang sulit menerima topik. Selain itu, masalah dengan sistem pendidikan tidak menjamin keberhasilan untuk anak -anak dengan kebutuhan khusus dalam perekaman dokumen. Ini karena kurangnya fasilitas dan media pembelajaran
4) Kondisi Guru
Kondisi guru juga harus ditanya tentang kualitas dan komitmen anak -anak dengan kebutuhan dan promosi dan perlindungan khusus. Komitmen guru harus ditanyakan karena mereka mungkin tidak terlalu bersemangat untuk mengganti anak -anak dengan kebutuhan khusus.
5) Support system Sistem
Sistem pendukung tersebut bisa dari orangtua yang belum memiliki perhatian penuh kepada anak mereka yang menginginkan sekolah di lembaga formal karena takut mendapatkan ejekan dan hinaan dari teman sebanyanya.
KESIMPULAN
Pendidikan inklusif memungkinkan semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus, untuk belajar bersama dengan orang lain tanpa diskriminasi. Dalam pendidikan inklusi, tujuan adalah untuk mendorong keberagaman dan menyediakan pendidikan terbaik bagi setiap siswa. Guru pendamping sangat penting untuk mendukung pendidikan inklusi karena peran mereka membantu guru dan anak berkebutuhan khusus berinteraksi satu sama lain selama proses pembelajaran. Selain itu, mereka bertanggung jawab untuk mendorong minat anak dalam pendidikan dan memberikan contoh moral melalui tindakan, sikap, dan etika mereka sendiri. Dengan menggunakan pendekatan individu, guru pendamping harus membangun hubungan yang kuat dengan anak berkebutuhan khusus dan membantu siswa.
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing anak-anak mereka dalam proses pendidikan mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan sekolah dan masyarakat. Orang tua sangat penting untuk mendukung anak-anak mereka dalam pendidikan inklusif, yang mencakup hal-hal selain pendidikan, seperti membangun rasa percaya diri, kemandirian, dan integrasi sosial. Orang tua dan sekolah yang bekerja sama dapat membuat lingkungan yang inklusif di mana anak-anak berkebutuhan khusus dapat tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, kerja sama antara orang tua, pihak sekolah, dan guru akan membuat pendidikan lebih inklusif dan bermanfaat. Dengan menerapkan sistem pendidikan inklusif, kualitas pendidikan nasional meningkat. Siswa difabel dapat belajar untuk menerima dan menghargai satu sama lain karena mereka memiliki hak yang sama untuk hidup dan mendapatkan pendidikan seperti siswa normal.
DAFTAR PUSTAKA
Lailiyah, N., & Jihan, F. (2020). Peranan Guru Kelas dan Guru Pendamping Khusus dalam Memberikan Bimbingan Belajar pada Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 2(3), 42–51.
Pinanti. (2022). Peran Guru Pendamping Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Di Taman Kanak - Kanak Mutiara Bunda Pesawaran. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
Nurlaela Bonso. 2021. Peran Guru Dalam Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
https://matakita.co/2021/06/27/peran-guru-dalam-pendidikan-inklusif-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/. Diakses pada tanggal 29 Maret 2023
Putri, Y., & Hamdan, S. R. (2021). Sikap dan Kompetensi Guru Pada Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar. JPI (Jurnal Pendidikan Inklusi), 4(2), 138-152.
Wardani K & Dwiningrum SI, (2021) Studi Kasus: Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Seruma. Wacana Akademika: Majalah Ilmiah Kepandidikanvolume 5, Nomor 1, Mei 1, Pp. 69 -75p-ISSN: 2579-499X, E-ISSN: 2579- 5007https://Jurnal.Ustjogja.Ac.Id /Index.Php/Wacanaakademika/I ndex
Fitriatun, E., & Nopita. (2012). Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusif. Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan Dan Menggembirakan, 70, 131–138. www.icse2011.upsi.edu.my
Herawati, N. I. (2016). Pendidikan Inklusif. EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 2(1), 1–6. https://doi.org/10.17509/eh.v2i1.2755
Satwika, Y. W., Khoirunnisa, R. N., Laksmiwati, H., & Jannah, M. (2019). Efektivitas Pelatihan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Pada Guru Sekolah Inklusi. PSIKOSAINS (Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Psikologi), 13(2), 109. https://doi.org/10.30587/psikosains.v13i2.763
Dulisanti, R. (2015). Penerimaan Sosial Dalam Proses Pendidikan Inklusif (Studi Kasus Pada Proses Pendidikan
Inklusif di SMK Negeri 2 Malang). IJDS: Indonesian Journal of Disability Studies, 2(1).
Mustika, D., Yurika Irsanti, A., Setiyawati, E., Yunita, F., Fitri, N., Zulkarnaini, P., …Dasar, S. (2023). Pendidikan Inklusi: Mengubah Masa Depan Bagi Semua Anak. Student Scientific Creativity Journal (SSCJ), 1(4), 41–50. Retrieved from https://doi.org/10.55606/sscj
amik.v1i4.1575
Berlinda, L. M., & Naryoso, A. (2018). Kompetensi Komunikasi Guru
Pendamping Khusus di Sekolah Inklusi.
Interaksi Online, 6(4), 411–422