Bukan Hanya Gadget, Tapi Kurang Sentuhan Hati: Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Emosi Anak SD
Khonsa Faizah Nabil
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
PENDAHULUAN
Di zaman digital yang semakin berkembang, semua kalangan masyarakat di seluruh dunia dituntut untuk memperbarui diri dengan kemajuan teknologi. Meskipun kemajuan ini memberikan kemudahan dalam berbagai aspek, penggunaan yang tidak tepat dapat berdampak negatif bagi individu. Salah satu alat teknologi yang banyak digunakan saat ini adalah gadget. Gadget telah merubah cara orang berinteraksi, bekerja, dan belajar. Hal ini juga berpengaruh pada anak-anak di tingkat SD yang semakin akrab dengan gadget. Banyak orang tua yang memberikan gadget kepada anak-anak mereka di usia dini dengan tujuan untuk mempermudah proses pencarian informasi dan belajar. Namun, seringkali orang tua dan guru merasa bahwa gadget memberikan dampak buruk pada anak, seperti masalah perilaku, penurunan rasa empati, dan gangguan perkembangan emosional. Sebenarnya, jika dianalisis lebih dalam, isu yang dihadapi anak-anak tidak hanya berasal dari gadget, tetapi juga disebabkan oleh minimnya peran orang tua dalam mendampingi dan mendukung perkembangan emosional anak.
PEMBAHASAN
Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk mengenali perasaan diri sendiri serta orang lain. Kemampuan ini sangat krusial bagi anak-anak di tingkat SD karena berkaitan langsung dengan cara mereka menerima, menilai, dan mengelola emosi diri serta orang di sekelilingnya. Sayangnya, saat ini perhatian orang tua sering kali teralihkan oleh kesibukan dan anggapan bahwa teknologi seperti gadget dapat mengambil alih tugas pengasuhan mereka. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa gadget bukanlah faktor utama; kurangnya kasih sayang dan pola asuh yang tidak tepat dari orang tua juga berkontribusi besar dalam perkembangan kecerdasan emosional anak-anak di usia tersebut.
Sebuah penelitian oleh Sari et al. (2023) dan Latifah et al. (2024) menunjukkan bahwa kecanduan gadget berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak. Anak yang menghabiskan waktu lama menggunakan gadget cenderung memiliki tingkat empati yang rendah, kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, dan lebih mudah mengalami ledakan emosi tanpa kontrol. Namun, penyebab kecanduan ini sering berkaitan dengan minimnya interaksi emosional antara anak dan orang tua di rumah. Bukti lain dari studi oleh Erdaliameta et al. (2023) menunjukkan bahwa pola asuh orang tua sangat berperan dalam perkembangan kecerdasan emosional anak usia dini. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang demokratis, dengan adanya komunikasi dua arah serta kasih sayang, biasanya memiliki kemampuan dalam mengelola emosi yang lebih baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian Hidayati (2014), yang menyatakan bahwa anak yang dibesarkan dengan cara otoriter cenderung memiliki kecerdasan emosional yang rendah karena kurangnya kesempatan untuk mengekspresikan diri. Kecerdasan emosional juga terkait erat dengan perhatian yang diberikan orang tua.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maksum et al. (2023), ditemukan bahwa perhatian orang tua, baik dalam bentuk dukungan verbal maupun kehadiran fisik, memiliki hubungan positif dengan kestabilan emosi anak. Anak-anak yang merasakan perhatian dari orang tua menunjukkan kemampuan kontrol diri yang lebih baik dan dapat lebih berempati kepada teman sebayanya. Selain aspek psikologi modern, pentingnya peran orang tua dalam membangun kecerdasan emosional juga didukung oleh nilai-nilai agama. Muali dan Fatmawati (2022) menekankan bahwa dalam pandangan Islam, orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan emosional anaknya. Memenuhi kebutuhan fisik saja tidaklah cukup; orang tua harus menjadi contoh dalam menunjukkan cara menghadapi perasaan, berempati, dan menciptakan komunikasi yang sehat.
Selanjutnya, penelitian oleh Agustiana (2023) dan Ningsih (2023) menekankan bahwa komunikasi antara orang tua dan anak memiliki pengaruh yang signifikan dalam menciptakan suasana psikologis yang baik di rumah. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana yang mendukung akan lebih mampu menghadapi stres dan konflik di sekolah, baik dari segi sosial maupun pendidikan. Aspek lain yang sering diabaikan adalah pengaruh teman sebaya dan lingkungan sosial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ernilah et al. (2022) mengindikasikan bahwa hubungan anak dengan teman-teman dan keluarga mereka secara bersamaan turut berperan dalam perkembangan kecerdasan emosional mereka. Oleh karena itu, orang tua tidak hanya bertanggung jawab dalam pengasuhan di rumah, tetapi juga perlu terlibat dalam membantu anak berinteraksi secara sosial.
Terakhir, kecerdasan emosional yang baik ternyata memiliki dampak yang luas. Anisah et al. (2021) menemukan bahwa anak-anak dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung memiliki perilaku sosial yang positif, seperti saling membantu, bersikap jujur, dan mampu bekerjasama di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan emosional tidak hanya penting untuk kepentingan pribadi anak, tetapi juga untuk menciptakan suasana belajar yang sehat dan harmonis di sekolah dasar.
KESIMPULAN
Dari berbagai penelitian tersebut, disimpulkan bahwa isu perkembangan emosional anak SD tidak hanya dapat dilihat dari faktor penggunaan gadget semata. Gadget memang dapat memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak, namun akar masalah sering kali berasal dari minimnya kehadiran emosional orang tua dan pola asuh yang tidak sesuai, sehingga tidak mendukung perkembangan emosional anak. Karena itu, menyalahkan teknologi tanpa memperbaiki cara interaksi dalam keluarga justru akan memperburuk masalah. Kecerdasan emosional merupakan elemen terpenting dalam pendidikan anak di sekolah dasar, karena menjadi fondasi dalam pembentukan hubungan sosial, pencapaian akademis, hingga kesehatan mental anak di masa depan. Untuk itu, sebagai orang tua, mereka harus mengambil peran utama, bukan sebagai pengawas, tetapi sebagai pendamping emosional bagi anak-anak mereka.
Perkembangan dunia digital adalah hal yang tidak dapat dihindari, tetapi kehadiran dan kasih sayang orang tua tetap tak tergantikan, meskipun oleh teknologi canggih sekalipun. Saatnya kita merenungkan diri dan memperbaiki hubungan yang harmonis dalam keluarga. Tidak hanya berusaha mengurangi waktu dengan gadget, tetapi juga memperpanjang waktu yang dihabiskan bersama anak, menemani dan mendukung perkembangan emosional mereka dengan cinta yang tulus.
REFERENSI
Agustiana, N. (2023). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosional Anak (Disertasi, Universitas Terbuka).
Anisah, A. S., Katmajaya, S., & Zakiyyah, W. L. (2021). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap sosial pada siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan UNIGA, 15(1), 434.
Erdaliameta, A., Khurotunisa, R., Nana, N., & Tohani, E. (2023). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(4), 4521–4530.
Ernilah, E., Toharudin, M., & Wahid, F. S. (2022). Pengaruh lingkungan keluarga dan teman sebaya terhadap kecerdasan emosional siswa sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Kontekstual, 3(2), 158–166.
Hidayati, N. I. (2014). Pola asuh otoriter orang tua, kecerdasan emosi, dan kemandirian anak SD. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(1), 1–8.
Latifah, D. R., Hasanah, U., & Suhendro, P. P. M. (2024). Analisis penggunaan gadget terhadap kecerdasan emosional siswa kelas tinggi di sekolah dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(2), 657–666.
Maksum, A., Nurhasanah, N., & Saputri, Y. D. (2023). Hubungan perhatian orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa SD. Caruban: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Dasar, 6(2), 276–283.
Muali, C., & Fatmawati, S. (2022). Peran orang tua meningkatkan kecerdasan emosional anak: Analisis faktor dan strategi dalam perspektif Islam. Fitrah: Journal of Islamic Education, 3(2), 85–100.
Ningsih, H. (2023). Peran pendidikan orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak SD Inpres Keong Sano Nggoang. Rayah Al-Islam, 7(3), 1066–1074.
Sari, S. P., Handayani, Y., & Herliana, I. (2023). Hubungan tingkat adiksi penggunaan gadget dengan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah dasar. Open Access Jakarta Journal of Health Sciences, 2(2), 579–585.