-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

The Role of Teachers as Facilitators of Children's Mental Health in Elementary Schools

Jumat, 04 Juli 2025 | Juli 04, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-04T14:08:33Z

 Peran Guru sebagai Fasilitator Kesehatan Mental Anak di Sekolah Dasar

The Role of Teachers as Facilitators of Children's Mental Health in Elementary Schools  


Dwi Fathonah Ragea Ningsih.MS.

Nim : 2024015077

PGSD Universitas Sarjanawiayata Tamansiswa

dwifathonah35@gmail.com








Abstract

Mental health in elementary school-aged children is a crucial aspect in supporting both their learning process and social development. Teachers, as key figures within the school environment, hold a strategic role in identifying and supporting students’ psychological conditions. This article explores how teachers can act as facilitators of mental health through educational, communicative, and collaborative approaches. The writing method involves literature review and field observation. The discussion reveals that teachers who are responsive to students' emotions, create a supportive learning environment, and collaborate with parents and professionals can significantly enhance children's mental well-being. The conclusion emphasizes the importance of providing training and institutional support for teachers to effectively fulfill this role.

Abstrak

Kesehatan mental anak usia sekolah dasar merupakan aspek penting dalam mendukung proses belajar dan perkembangan sosial. Guru sebagai figur utama di lingkungan sekolah memiliki peran strategis dalam mendeteksi dan mendampingi kondisi psikologis siswa. Artikel ini membahas bagaimana guru dapat berperan sebagai fasilitator kesehatan mental melalui pendekatan edukatif, komunikatif, dan kolaboratif. Metode penulisan menggunakan studi pustaka dan pengamatan lapangan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa guru yang responsif terhadap emosi siswa, menciptakan lingkungan belajar yang suportif, serta bekerja sama dengan orang tua dan tenaga profesional dapat meningkatkan kesejahteraan mental anak. Kesimpulan dari artikel ini menegaskan perlunya pelatihan dan dukungan institusional bagi guru dalam menjalankan peran tersebut.






Pendahuluan

Isu kesehatan mental anak kini menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar yang merupakan masa krusial dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada rentang usia 6 hingga 12 tahun, anak-anak mengalami dinamika emosional dan sosial yang cukup signifikan, bersamaan dengan mulai munculnya tekanan akademik. Jika tekanan ini tidak dikelola dengan tepat, maka berpotensi memicu masalah psikologis seperti kecemasan, stres, bahkan gangguan depresi ringan.

Dalam konteks sekolah, guru merupakan sosok yang memiliki intensitas interaksi paling tinggi dengan peserta didik. Hubungan yang terjalin tidak hanya berkaitan dengan proses belajar mengajar, tetapi juga mencakup aspek sosial dan emosional. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memahami kebutuhan psikologis siswa dan memberikan respons yang tepat melalui pendekatan empatik serta dukungan yang memperkuat kesehatan mental anak.

Agar peran ini dapat dijalankan secara efektif, guru perlu memperoleh bekal pengetahuan dasar terkait kesehatan mental anak dan keterampilan komunikasi yang membangun. Pelatihan dalam hal pengelolaan emosi, kemampuan mendeteksi dini masalah psikologis, serta strategi penanganan awal yang tepat menjadi hal yang penting. Dengan begitu, guru dapat berperan tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pendamping yang menciptakan suasana belajar yang aman dan mendukung kesejahteraan psikologis siswa secara menyeluruh.


Metode 

Artikel ini disusun dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah literatur yang mencakup jurnal-jurnal pendidikan, buku-buku referensi, serta laporan dari institusi internasional seperti WHO. Selain itu, data juga diperoleh melalui hasil observasi terhadap praktik guru di sejumlah sekolah dasar di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan peran guru dalam mengidentifikasi dan memberikan dukungan kepada siswa yang menunjukkan tanda-tanda kesulitan emosional.









Hasil Pembahasan

Guru sebagai Fasilitator Emosional

Guru memiliki peran sentral dalam membentuk iklim kelas yang aman dan nyaman secara emosional. Lingkungan yang penuh rasa aman memungkinkan siswa untuk merasa diterima, didengar, dan dipahami—faktor penting dalam mendukung perkembangan mental anak. Ketika guru membangun hubungan yang positif, terbuka, dan hangat dengan murid, mereka membuka ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau ditolak. Dalam hal ini, penerapan disiplin yang bersifat positif, penggunaan bahasa yang membangun, serta sikap empatik guru sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang tidak hanya produktif secara akademik, tetapi juga menyehatkan secara psikologis.

Guru yang mampu menjadi fasilitator emosional bukan hanya menyelesaikan konflik di kelas, tetapi juga membantu siswa mengelola emosi secara konstruktif. Perhatian guru terhadap dinamika perasaan siswa—baik melalui ekspresi wajah, perubahan perilaku, maupun penarikan diri—dapat menjadi sinyal awal dalam mengidentifikasi permasalahan mental yang mungkin sedang dialami siswa. Dengan kepekaan dan kepedulian yang konsisten, guru dapat menjadi garda terdepan dalam pencegahan gangguan psikologis sejak dini.

Strategi Edukasi Emosi

Pendidikan emosi atau emotional literacy dapat diintegrasikan secara sederhana namun efektif ke dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Guru dapat memulainya dengan kegiatan refleksi pagi, di mana siswa diajak untuk menyebutkan perasaannya hari itu dan menjelaskan penyebabnya secara terbuka. Kegiatan diskusi kelompok kecil yang membahas topik-topik perasaan, empati, dan penyelesaian konflik juga sangat bermanfaat dalam melatih kecerdasan emosional.

Selain itu, penggunaan media seperti cerita bergambar, dongeng, atau video yang mengangkat isu emosional dan sosial dapat memicu percakapan bermakna antara siswa dan guru. Misalnya, setelah membacakan cerita tentang tokoh yang merasa takut atau sedih, guru bisa mengajak siswa mendiskusikan apa yang mereka rasakan dan bagaimana sebaiknya menyikapi perasaan tersebut. Proses ini tidak hanya meningkatkan kesadaran diri, tetapi juga melatih siswa dalam memahami dan menghormati perasaan orang lain.


Studi Kasus Lapangan

Salah satu contoh praktik baik datang dari sebuah sekolah dasar di Yogyakarta yang menerapkan program “Morning Check-In”. Setiap pagi, siswa diminta memilih emotikon yang paling menggambarkan suasana hati mereka dari papan ekspresi yang tersedia di dalam kelas. Guru kemudian mencatat respons siswa, mengamati pola emosi, dan memberikan perhatian lebih kepada siswa yang tampak menunjukkan gejala kecemasan, kesedihan, atau ketidaknyamanan.

GAMBAR 1.MORNING CHECK-IN

Program sederhana ini telah memberikan dampak positif dalam menciptakan suasana kelas yang terbuka dan penuh empati. Tidak hanya mempererat hubungan guru dan siswa, kegiatan ini juga membantu guru dalam mendeteksi lebih awal masalah emosional yang mungkin terjadi, serta memudahkan penanganan lebih lanjut jika diperlukan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa intervensi kecil yang konsisten dapat memberi pengaruh besar terhadap kesejahteraan mental anak.

Kolaborasi dengan Orang Tua dan Profesional

Dalam menangani persoalan kesehatan mental siswa, guru tidak dapat bekerja sendirian. Diperlukan kolaborasi yang erat antara guru, orang tua, dan tenaga profesional seperti psikolog atau konselor sekolah. Guru bertindak sebagai penghubung yang pertama kali mengamati gejala, lalu menyampaikan temuan tersebut kepada pihak keluarga dan menyarankan langkah lanjut yang tepat. Komunikasi yang baik dengan orang tua menjadi kunci dalam memastikan bahwa dukungan terhadap anak tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di rumah.

Selain itu, kerja sama dengan tenaga profesional sangat penting dalam kasus yang lebih kompleks, di mana intervensi khusus diperlukan. Guru dapat berperan dalam proses rujukan dan tindak lanjut, sembari terus memberikan dukungan sehari-hari di lingkungan kelas. Dengan adanya sinergi antar pihak, upaya peningkatan kesehatan mental anak menjadi lebih efektif dan menyeluruh.


Hambatan yang Dihadapi Guru

Meskipun memiliki peran yang penting, guru sering kali menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan fungsi sebagai fasilitator kesehatan mental. Salah satu hambatan utama adalah minimnya pelatihan khusus mengenai psikologi perkembangan anak dan keterampilan deteksi dini gangguan emosional. Banyak guru belum mendapatkan bekal yang memadai untuk menghadapi situasi-situasi yang berkaitan dengan masalah psikologis siswa.

Selain itu, beban kerja guru yang tinggi—mulai dari tanggung jawab administratif hingga tuntutan akademik—membuat perhatian terhadap aspek emosional siswa kerap terpinggirkan. Ditambah lagi, masih adanya stigma negatif terhadap masalah mental di lingkungan sekolah dan masyarakat menyebabkan sebagian guru maupun orang tua enggan membahas atau mengakui adanya masalah psikologis pada anak.

Tanpa dukungan kebijakan sekolah yang memadai dan pelatihan berkelanjutan, upaya guru dalam mendampingi siswa secara emosional akan sulit untuk dijalankan secara optimal. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan dan pembuat kebijakan untuk memberikan ruang, sumber daya, dan pelatihan yang mendukung peran guru dalam memelihara kesehatan mental siswa.


Kesimpulan

Guru di sekolah dasar memiliki peran yang sangat strategis dan krusial sebagai fasilitator dalam menjaga dan mendukung kesehatan mental siswa. Peran ini tidak hanya terbatas pada aspek akademik, tetapi juga mencakup dimensi emosional dan sosial anak. Dengan menciptakan lingkungan kelas yang aman, suportif, dan inklusif, guru dapat menumbuhkan rasa percaya diri, kenyamanan, serta keterbukaan siswa dalam mengekspresikan perasaan dan masalahnya. Melalui penerapan strategi edukasi emosional seperti pembelajaran sosial-emosional (Social Emotional Learning/SEL), pendekatan disiplin positif, serta penggunaan komunikasi yang empatik dan mendukung, guru mampu mencegah dan mengurangi risiko gangguan psikologis pada anak sejak usia dini. Selain itu, kolaborasi aktif dengan orang tua, konselor sekolah, serta tenaga profesional di bidang kesehatan mental sangat penting untuk memberikan penanganan yang komprehensif dan berkelanjutan terhadap kebutuhan psikologis siswa. Agar guru mampu menjalankan peran ini secara optimal, mereka perlu mendapatkan pelatihan khusus yang terstruktur mengenai kesehatan mental anak, keterampilan komunikasi, serta pendekatan psikopedagogis. Tidak kalah penting, dukungan penuh dari institusi pendidikan, komunitas sekolah, serta kebijakan dan fasilitas dari pemerintah menjadi fondasi utama dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat secara mental dan emosional bagi seluruh siswa. Dengan peran yang terintegrasi dan dukungan yang memadai, guru dapat menjadi garda terdepan dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara emosional dan mental.




Daftar Pustaka

Anggraini, S. (2021). Peran Guru dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Astuti, W., & Nurhadi, D. (2020). Peran guru dalam menangani masalah psikologis anak di sekolah dasar. Jurnal Psikologi Pendidikan, 15(2), 85–94.

Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2019). Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.

Setiawan, A. (2022). Pendidikan emosional dalam lingkungan sekolah: Peran guru sebagai agen perubahan. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 10(1), 45–58.

World Health Organization. (2021). Mental Health and Psychosocial Well-being among Children and Adolescents. Geneva: WHO. Diakses dari https://www.who.int

Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zakiyah, A. (2020). Strategi pembelajaran sosial emosional untuk anak usia sekolah. Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 11(3), 200–210.





×
Berita Terbaru Update