PEMBELAJARAN BERDIRIFENSIAL DALAM KURIKULUM MERDEKA
Email: renioktavia453@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Abstrack
Differentiated Learning in Merdeka Belajar Curriculum has become a major concern in an effort to improve student learning outcomes, especially in Christian Religious Education subjects. This article examines the strategies used in differentiated learning to achieve this goal. The research methodology involves a systematic library study approach, where information related to differentiated learning and Merdeka Belajar Curriculum is collected from various sources in the library. Analysis and synthesis of findings from various sources of information were conducted to identify strategies that are effective in improving student learning outcomes. The results highlight the importance of a differentiated approach in teaching Christian Religious Education, including the use of diverse learning methods and differentiation-based assessment. The implication of the findings is that differentiated learning can be key to creating a learning environment that is inclusive and responsive to students' individual needs. By effectively implementing differentiated learning strategies, it is expected that student learning outcomes in Christian Religious Education will improve, in accordance with the vision of Merdeka Belajar Curriculum to empower every student to reach their maximum potential.
Keywords: Differentiated Learning, Merdeka Belajar Curriculum, Learning Strategies, Student Learning Outcomes, Christian Religious Education.
Abstrak
Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Belajar telah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Artikel ini mengkaji strategi yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi untuk mencapai tujuan tersebut. Metodologi penelitian melibatkan pendekatan studi perpustakaan yang sistematis, di mana informasi terkait pembelajaran berdiferensiasi dan Kurikulum Merdeka Belajar dikumpulkan dari berbagai sumber di perpustakaan. Analisis dan sintesis temuan dari berbagai sumber informasi dilakukan untuk mengidentifikasi strategi yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyoroti pentingnya pendekatan berbeda-beda dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, termasuk penggunaan metode pembelajaran yang beragam dan penilaian berbasis diferensiasi. Implikasi dari temuan ini adalah bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan individual siswa. Dengan menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi secara efektif, diharapkan bahwa hasil belajar siswa dalam Pendidikan agama islama kan meningkat, sesuai dengan visi Kurikulum Merdeka Belajar untuk memberdayakan setiap siswa mencapai potensi maksimal mereka.
Kata Kunci: Pembelajaran Berdiferensiasi, Kurikulum Merdeka Belajar, Strategi Pembelajaran, Hasil Belajar Siswa, Pendidikan Agama Islam.
PENDAHULUAN
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2023). Pendekatan ini bertujuan untuk membebaskan guru dari keterikatan pada kurikulum yang kaku dan standar pembelajaran yang bersifat seragam, sehingga mereka dapat merancang pengalaman pembelajaran yang lebih relevan dan menarik sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa mereka. Guru diberikan keleluasaan untuk menggunakan metode pengajaran
yang inovatif dan materi yang menarik, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih dinamis dan berpusat pada kebutuhan siswa.
Salah satu aspek penting dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan di mana guru memperhatikan perbedaan-perbedaan individual antar siswa dalam hal gaya belajar, tingkat pemahaman, minat, dan kebutuhan lainnya. Hal ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat belajar secara efektif dan mencapai potensi maksimal mereka (Waruwu & Waruwu, 2023). Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menyesuaikan pengajaran mereka agar sesuai dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa, sehingga memungkinkan mereka untuk berkembang secara holistik.
Dalam penelitian sebelumnya yang lakukan oleh Ahmad Teguh Purnawanto tentang pembelajaran berdiferensiasi menjelaskan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik yang dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik itu sendiri (Purnawanto, 2023). Selaras dengan itu Wiwin Herwina tentang optimalisasi kebutuhan siswa dan hasil belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi menjelaskan bahwa Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa. Penyesuaian yang dimaksud yakni terkait minat, profil belajar, kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar (Herwina, 2021). Dari penelitian sebelumnya tidak ada yang memfokuskan pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka belajar terkhususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, penulis menawarkan buah pikiran bagaimana pembelajaran berdiferensiansi menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya kurikulum merdeka belajar Pendidikan Agama Islam.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Belajar membawa banyak manfaat bagi siswa. Selain memberikan kesempatan yang sama
bagi setiap siswa untuk sukses dalam pendidikan, pembelajaran berdiferensiasi juga membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung (Halimah Nurul et al., 2023). Siswa merasa diakui dan didukung dalam perjalanan pendidikan mereka, dan mereka merasa lebih termotivasi untuk belajar karena pengalaman pembelajaran yang relevan dan menarik. Dengan demikian, pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya membantu siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan penulis adalah dengan pendekatan studi perpustakaan yang melibatkan langkah-langkah sistematis (John W. Creswell, 2018, p. 246). Pendekatan studi perpustakaan ialah studi aktifitas yang bertalian langsung dengan penghimpunan data melalui analisis data dan informasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang kredibel (Viter, Daniel Marciano Kapoh, Lukas Budi, 2023, p. 48). Langkah-langkah dalam penelitian yang penulis lakukan ialah: Pertama, peneliti mengidentifikasi topik penelitian terkait pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Belajar, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kedua, peneliti mengumpulkan informasi dari berbagai sumber kepustakaan, termasuk artikel, buku, dan jurnal, yang relevan dengan topik penelitian. Senada dengan tujuan studi perpustakaan menurut (Darlina, Henni Somantik, Sanci Amelia Malelak, Mau, 2022, p. 73) bahwa untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang berkorelasi dengan judul permasalahan yang akan dipaparkan. Setelah itu, informasi tersebut dianalisis, dievaluasi, dan disintesis untuk mengidentifikasi pola, tren, dan tema yang berkaitan dengan strategi pembelajaran berdiferensiasi (Amir Hamzah, 2019, p. 270). Akhirnya, hasil analisis tersebut dirangkum dalam laporan penelitian yang mencakup strategi pembelajaran berdiferensiasi yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka Belajar dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam. Melalui pendekatan ini,
peneliti dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang isu pembelajaran berdiferensiasi dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang memperhatikan perbedaan individual di antara para siswa di dalam kelas (Ambarita, Jenri; Simanullang, 2023). Dalam konteks ini, guru tidak hanya mengajar dengan satu pendekatan yang sama untuk semua siswa, tetapi mengenali dan merespons kebutuhan, minat, dan tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Ini dilakukan dengan cara menyesuaikan metode pengajaran, materi, dan penilaian sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa. Misalnya, guru dapat memberikan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan atau minat siswa, atau menggunakan berbagai strategi pengajaran yang dapat menjangkau beragam gaya belajar. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang sesuai dan memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Gambar 1 : Proses Belajar Mengajar
Dengan pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mencapai potensinya secara maksimal. Guru tidak hanya memperhatikan perbedaan dalam kemampuan akademik, tetapi juga minat, gaya belajar, dan kebutuhan lainnya (Purwowidodo, A., & Zaini, 2023). Dengan memberikan pendekatan yang lebih individualized, siswa merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi dan minat mereka terhadap pelajaran. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga membantu mencegah siswa yang lebih
lambat dalam pemahaman untuk tertinggal, sementara siswa yang lebih cepat bisa terus berkembang tanpa merasa terhambat oleh kelas yang terlalu lambat bagi mereka. Dengan demikian, pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, tetapi juga memungkinkan setiap siswa untuk mencapai keberhasilan akademiknya dengan cara yang terbaik bagi mereka.
Prinsip – prinsip pembelajaran yang berdirefensial.
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran berdiferensiasi adalah tentang memahami bahwa setiap siswa itu berbeda dan memiliki cara belajar yang unik. Pertama, guru perlu mengenal baik siswa-siswanya, memahami minat, kebutuhan, dan tingkat kemampuan mereka. Setelah itu, guru dapat menyesuaikan cara mengajar dan materi pelajaran agar sesuai dengan kebutuhan masing masing siswa. Prinsip kedua adalah penggunaan berbagai strategi pengajaran (Ahmad Zain Sarnoto, 2020). Guru harus kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang berbeda-beda, seperti diskusi kelompok, proyek, atau tugas individu, agar setiap siswa dapat terlibat secara aktif sesuai dengan gaya belajarnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Selain itu, prinsip ketiga adalah memberikan umpan balik yang sesuai dan mendukung. Guru harus memberikan umpan balik secara teratur kepada siswa untuk membantu mereka memahami kemajuan belajar mereka dan mengidentifikasi area- area yang perlu ditingkatkan (Nur Cahyati Ngaisah, Munawarah, 2023). Umpan balik ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap siswa, memberikan dorongan yang positif untuk terus belajar. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar ini, pembelajaran berdiferensiasi dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan merangsang pertumbuhan yang berkelanjutan bagi setiap siswa.
Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima (Malana et al., 2022). Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, ini memiliki dampak penting karena agama seringkali menjadi bagian integral dari identitas dan kepercayaan individu.
Melalui pendekatan yang menyesuaikan, siswa dengan berbagai latar belakang budaya, sosial, atau bahasa dapat merasa bahwa ajaran-ajaran agama Kristen relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Hal ini memperkuat nilai nilai toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan kemampuan siswa untuk menjalin hubungan yang sehat dengan sesama, yang merupakan aspek penting dalam ajaran agama Islam.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Pendidikan Agama Islam Pengenalan karakteristik siswa
Strategi pembelajaran berdiferensiasi dalam Pendidikan Agama Islam dimulai dengan pengenalan karakteristik siswa secara individu. Ini berarti guru perlu memahami minat, kebutuhan, tingkat pemahaman, dan gaya belajar setiap siswa dalam kelas (Rafiska & Susanti, 2023). Misalnya, seorang siswa mungkin lebih tertarik pada kisah-kisah Alkitab, sementara yang lain mungkin lebih suka belajar melalui aktivitas praktis seperti permainan peran atau proyek kreatif. Dengan memahami karakteristik siswa, guru dapat menyesuaikan cara mengajar dan materi pelajaran agar sesuai dengan preferensi dan kebutuhan individu mereka.
Selain itu, pengenalan karakteristik siswa juga membantu guru untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam memberikan umpan balik dan dukungan kepada siswa (Rusmiyati, 2023). Misalnya, siswa yang lebih percaya diri dalam pemahaman konsep agama Kristen mungkin memerlukan umpan balik yang lebih menantang atau berfokus pada pengembangan keterampilan analitis mereka, sementara siswa yang mengalami kesulitan mungkin memerlukan dukungan tambahan dan umpan balik yang lebih mendalam. Dengan memperhatikan karakteristik siswa secara individu, strategi pembelajaran berdiferensiasi dalam Pendidikan Agama Islam dapat menjadi lebih efektif dan relevan bagi setiap siswa di dalam kelas.
Gambar 2: Proses Belajar Pada Uji laboratorium
Strategi pembelajaran berdiferensiasi dalam Pendidikan Agama Islam melibatkan penggunaan beragam metode pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar setiap siswa (Ahmad Zain Sarnoto, 2020). Ini berarti guru menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, seperti ceramah, diskusi kelompok, permainan peran, atau penggunaan media visual, untuk mengajarkan konsep-konsep agama Islam. kepada siswa. Misalnya, beberapa siswa mungkin lebih suka belajar melalui interaksi langsung dalam diskusi kelompok, sementara yang lain lebih menangkap konsep-konsep melalui pengalaman visual seperti gambar atau video. Dengan menggunakan beragam metode pembelajaran, guru dapat memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memahami dan terlibat dalam pembelajaran agama Islam. Selain itu, penggunaan beragam metode pembelajaran juga membantu memperkaya pengalaman belajar siswa dan menjadikannya lebih menarik dan relevan (Demsi ErebiaSipahutar, 2023). Misalnya, dengan mengadopsi pendekatan yang kreatif seperti permainan peran atau simulasi, guru dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak dalam dengan menerapkannya dalam situasi kehidupan nyata. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan berkesan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, solusi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan kolaborasi antar guru. Kolaborasi antar guru memungkinkan berbagi pengalaman, ide, dan sumber daya, sehingga memperkaya praktik pengajaran dan memungkinkan guru untuk belajar satu sama lain. Dengan berkolaborasi, guru dapat saling memberikan dukungan dalam menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk berbagai kebutuhan siswa. Selain itu, pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi solusi, karena memungkinkan guru untuk menyediakan materi tambahan atau tugas yang disesuaikan secara individual kepada siswa, bahkan dalam konteks pembelajaran jarak jauh. Dengan adanya kolaborasi antar guru dan pemanfaatan teknologi, diharapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam PAK dapat menjadi lebih terjangkau dan efektif bagi semua siswa.
KESIMPULAN
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, pembelajaran berdiferensiasi menjadi sebuah strategi yang vital untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk secara efektif menyesuaikan metode pengajaran dan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan individual siswa. Ini berarti bahwa setiap siswa, terlepas dari tingkat pemahaman atau minat mereka, dapat belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Misalnya, seorang siswa yang lebih visual mungkin akan lebih tertarik dengan penggunaan media seperti gambar atau video, sementara siswa lain mungkin lebih suka belajar melalui diskusi kelompok atau tugas proyek. Dengan memperhatikan perbedaan ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan responsif, di mana setiap siswa merasa diakui dan didukung dalam perjalanan pembelajaran mereka. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, tidak hanya tercipta kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk terlibat secara aktif, tetapi juga meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep agama Kristen dan, akhirnya, mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dengan demikian, pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya menjadi strategi
pendidikan yang efektif, tetapi juga mewujudkan prinsip inklusi dan kesetaraan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zain Sarnoto. (2020). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka. Journal on Education, 6(3), 15928–15939.
Ambarita, Jenri; Simanullang, M. P. S. A. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdifresiansi. Adab (CV. Adanu Abimata).
Amir Hamzah. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. CV. Literassi Nusantara Abadi. Astutik, F. (2023). Integrasi Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar untuk Mewujudkan School Well-Being di Era Merdeka Belajar. NEM.
Cahya, M. D., Pamungkas, Y., Faiqoh, E. N., Studi, P., Profesi, P., Jember, U. M., Technology, M., & Nopember, S. (2023). Analysis of Students’ Characteristic as the Basis for Differentiated Learning to Improved Student Collaboration. Biologi Dan Pembelajaran Biologi, 8(1), 31–45.
Demsi ErebiaSipahutar. (2023). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Materi Dampak Modernisasi Bagi Keluarga Di Kelas Xi Semester Genap SMA Negeri 5 Binjai Tahun Pelajaran 2022/2023. PROVIDENSI: Jurnal Pendidikan Dan Teologi, 6(1), 24–37.
Fauzia, R., & Hadikusuma Ramadan, Z. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(3), 1608–1617. Halimah Nurul, Hadiyanto, & Rusdinal. (2023). Analisis Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai BentukImplementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka. Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 5019– 5033.
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Murid Dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175–182.